Jakarta – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, ke depan pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di Indonesia akan menerapkan Smart Water Management (SWM).
Untuk itu Kementerian PUPR mendorong peran Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HTHI) untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, seperti pengembangan Integrated Water Resources Management (IWRM) dan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang akan menghasilkan kualitas pengelolaan sumber daya air yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai Pengelolaan Cerdas Sumber Daya Air atau Smart Water Management (SWM).
“Saya kira kedepan kita ingin menerapkan smart water management, termasuk untuk Ibu Kota Negara (IKN) baru dan kita harus mempersiapkan mekanismenya agar servicenya lebih baik serta efisien juga dalam pemanfaatan airnya,” katanya saat menghadiri Ulang Tahun Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HTHI) ke 39 dengan tema “Refleksi 39 Tahun Peran HATHI dalam Mendukung Program Pemerintah”, Rabu (22/1/2020), di Ruang Serbaguna Ditjen SDA Kementerian PUPR.
Hadir pada kesempatan tersebut Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto (2004-2014), serta para pejabat Tinggi Pratama di Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air (SDA).
Menurut Basuki, SWM memungkinkan kita menyediakan data real-time otomatik mengenai kondisi sumber daya air dan lingkungan, serta prakiraan kondisi cuaca dan iklim untuk digunakan dalam menyelesaikan tantangan terkait pengelolaan sumber daya air secara terpadu.
”SWM ini dapat digunakan mulai dari tahapan perencanaan hingga operasional, mulai dari penggunaan sehari-hari pengambilan kebijakan pada berbagai tingkatan pengelolaan, lintas pengguna dan lintas wilayah,” terangnya.
Selain itu kata Basuki, SWM memungkinkan pemerintah, industri, pemerhati dan pengguna sumber daya air mengintegrasikan prinsip-prinsip IWRM ke dalam strategi perkotaan, regional, dan nasional.
“Potensi penerapan SWM dalam pengelolaan sumber daya air sangat luas, antara lain mencakup pengelolaan kuantitas, kualitas, efisiensi penggunaan air baku untuk irigasi maupun air minum, pemantauan keamanan infrastruktur sumber daya air, penanganan risiko bencana terkait air dan kekeringan,” ujarnya.
Untuk itu Basuki berharap sudah saatnya HATHI dapat mengevaluasi managemen pengelolaan sungai, khususnya untuk wilayah sungai yang menjadi prioritas seperti Sungai Ciliwung, Sungai Cimanuk, Sungai Citarum, dan Sungai Brantas.
Dirinya mencontohkan, peristiwa banjir di Surabaya dimana setelah dievaluasi ternyata penyebabnya adalah dalam pengoperasian infrastruktur Sungai Brantas,” paparnya.
Ketua HATHI Imam Santoso mengatakan, sebagai organisasi para insinyur di bidang hidraulik, HATHI harus mampu berkontribusi nyata untuk perkembangan sekaligus menjawab tantangan pengelolaan sumber daya air tersebut,” keberadaan HATHI juga sebagai wadah untuk berdiskusi, bertukar pikiran, dan saling menimba ilmu dari satu sama lain,” jelasnya.
HATHI yang berdiri sejak 29 Januari 1981 di Bandung diharapkan memberikan manfaat yang lebih besar bagi para anggotanya dalam rangka menjawab tantangan zaman serta dapat mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibidang Teknik Hidro.
Acara Refleksi 39 Tahun Peran HATHI ini diisi dengan sharing knowledge oleh Ketua Bidang IV Iwan Krida tentang “Tantangan Ke Depan” dan Mochamad Amron tentang Kontemplasi. (*)i