Sebanyak apapun anggaran jika tidak dibarengi dengan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah tidak akan selesai persoalan.
PADANG – Sampah menjadi momok menakutkan dalam beberapa waktu belakangan. Permasalahan sampah bagaikan gunung es yang setiap waktu dapat menjadi masalah besar, jika tidak terkendali dengan baik
Namun demikian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah punya strategi jitu guna mengatasi masalah ini. Perlu partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif di dalamnya guna mengatasi persoalan sampah.
Direktur Pengelolaan Sampah , Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah , Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3)KLHK Novrizal Tahar saat Rapat Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat Senin (19/4/2021) menyebut, tanpa peran masyarakat, sampah susah dikendalikan.
Peran yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari hari sebit Novrizal adalah, mulai dari sikap tidak menggunakan kantong plastik hingga gerakan sedekah sampah berbasis masjid. Bahkan yang terkini dengan membuat aplikasi pengumpulan kemasan bekas pakai untuk didaur ulang.
“Alhamdulillah masyarakat kita punya partisipasi yang baik dalam pengolahan sampah dan tidak dimiliki oleh negara lain. Partisipasi terbaru dalam bentuk sedekah sampah yang dilakukan dibeberapa masjid di Jawa,” katanya.
Menurut Novrizal, gerakan nasional sedekah sampah ini cocok digalakkan di Sumatera Barat (Sumbar). Konsep gerakan ini sangat sederhana, yaitu setiap orang bisa bersedekah termasuk orang kurang mampu karena mereka juga menghasilkan sampah .
“Hasil dari sedekah sampah ini dikelola oleh sarana ibadah untuk kebutuhan jemaah. Seperti uang sedekag sampah untuk membeli air minum di masjid, untuk orang sakit dan kebutuhan mendesak lainnya,” terangnya.
Kata Novrizal lagi, masjid tidak saja menjadi pusat peradaban tetapi juga menjadi perubahan dalam penanganan sampah . Apalagi masyarakat Sumbar terkenal dengan Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah.
“Bisa sukses besar gerakan ini di Sumbar, siapa yang tidak ingin bersedekah, apalagi dengan mengumpulkan sampah dari mereka juga,” sebutnya.
Novrizal menjelaskan, mengurai persoalan sampah harus dari hulu hingga hilir. Sebanyak apapun anggaran jika tidak dibarengi dengan perilaku masyarakat tidak akan selesai persoalan.
“Masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah ,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Barat Siti Asiyah mengatakan, provinsi menyiasati agar ada timbul inisiatif untuk pengelolaan sampah menjadi sumber pendapatan. DLH telah melakukan pendampingan agar sampah menjadi sumber pendapatan masyarakat.
“Itu salah satu tujuan rakor hari ini, kami ingin menumbuhkan semangat kawan-kawan di daerah untuk pengelolaan sampah . Kalau terkelola dengan baik akan mengurangi penumpukan sampah di TPA,” ujarnya.
Sesuai dengan visi misi Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, di TPS harus ada teknologi. Agar pengelolaan sampah dalat terukur, seperti ada sampah yang bisa menjadi sumber penghasilan, sampah kompos dan sampah yang bisa menjadi sumber energi alternatif.
“Sesuai permintaan Pak Gubernur, pengelolaan sampah berbasis teknologi. Sehingga terkelola dengan baik dan tumbuh partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah ,” katanya. (*)