PADANG – Istilah CT Value dalam pemeriksaan tes PCR (CT Value PCR) sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Sebagian dari kita mungkin sudah paham dengan istilah itu, namun ada juga yang bertanya-tanya soal ini. Lalu bagaimana sebenarnya CT Value PCR itu?
Spesialis Patologi Klinik Semen Padang Hospital, Prof. DR. dr. Rismawati Yaswir kk, Sp. PK (K) mengatakan, CT Value atau cycle threshold value mengacu pada berapa kali siklus yang muncul dalam pemeriksaan PCR atau pemeriksaan pada sampel sampai komponen virus corona dapat dideteksi.
“Jadi berapa kali amplifikasi atau pengulangan pemeriksaan sampai di baca mesin PCR, jadi tidak menyatakan ada kuman. Secara umum proses amplifikasi pada pemeriksaan PCR akan terjadi berulang-ulang hingga 40- 45 siklus, artinya melakukan pengulangan amplifikasi untuk mendeteksi RNA virus corona hingga 40 kali dalam tes PCR yang dilakukan, katanya dalam program Sumbar Melawan Corona di Radio Classy FM Padang, Senin, 2 Agustus 2021.
Ia mengatakan, apabila dalam 40 kali pengulangan, pemeriksa berhasil mendeteksi virus corona, maka tes PCR dinyatakan positif, setelah itu pemeriksa akan melampirkan pada siklus amplifikasi keberapa materi genetik virus corona ditemukan.
“Jadi itu gunanya, jika CT value nya tinggi maka diperkirakan kumannya rendah, tapi misalnya dalam pemeriksaan sampel terdeteksi di siklus ke 20, maka hasilnya adalah PCR positif dengan CT Value 20. Sementara jika dalam pengulangan 40 PCR tidak ditemukan virus Corona, maka hasil tes PCR bisa dinyatakan negatif,” paparnya.
Rismawati Yaswir menyebut angka CT value tidak menentukan orang itu sembuh atau tidak. “CT value menggambarkan materi genetik RNA dalam sampel yang diperiksa, bukan jumlah virus secara langsung dalam tubuh.CT value dipengaruhi oleh kualitas sampel, teknik sampel, waktu pengambilan sampel, metode yang digunakan, reagen, dan alat sehingga tidak bisa dibandingkan dengan sampel lainnya atau sampel yang berbeda,” terangnya.
Rismawati menegaskan, CT penting bagi penilai. CT value tidak direkomendasikan sebagai satu-satunya jalan dalam menilai infeksius individu karena CT value berbeda satu lab dengan lab lain. “Dan saat dikaitkan dengan isolasi mandiri, maka tidak bisa dikaitkan. Penentuan isolasi itu juga tidak ditentukan dari CT Value,” jelasnya.
CT Value menggambarkan materi genetik (RNA) virus dalam sampel yang diperiksa (bukan jumlah virus secara langsung dalam tubuh). “Selain itu, CT Value juga dipengaruhi oleh kualitas sampel (teknik pengambilan dan waktu), metode, reagen dan alat yang digunakan sehingga CT value tidak dapat dibandingkan pada sampel yang berbeda, pemeriksaan di laboratorium yang berbeda, metode, alat dan reagen yang berbeda,” jelasnya.
CT value tidak direkomendasikan sebagai satu-satunya dasar untuk menilai tingkat infeksius individu, menular/tidak menular maupun penetapan selesainya masa karantina/isolasi.(*)