Catatan Reri L Tanjung
Pimpinan Umum Majalah Intrust
Sah, kontingen Pekan Olahraga Nasional (PON) Sumatera Barat gagal total pada hajatan PON XX Tahun 2021 di Provinsi Papua. Dari target 16 emas yang dicanangkan oleh oleh Syaiful selaku Ketua KONI Sumbar masa bakti 2017-2021, tak mampu diwujudkan oleh penerusnya Agus Suardi.
Hingga penutupan gelaran PON di provinsi ujung timur Indonesia, Sumbar hanya mampu meraih 8 emas, 12 perak, 18 perunggu. Jauh dari raihan sebelumnya pada PON XIX Jawa Barat tahun 2016 dengan meraih 14 emas semasa dipegang Syaiful, serta meraih 12 emas pada PON XVIII Provinsi Riau tahun 2012 di masa Prof Syahrial Bakhtiar.
Namun demikian, kita semua patut berbangga dan salut kepada seluruh atlet yang sudah berjuang hingga titik darah penghabisan, bermndikan peluh, serta menyita waktu dan tenaga untuk mencapai prestasi hingga titik ini.
Akan tetapi, suasana dan kondisi lain pasti akan berbeda jauh jika masih dipegang oleh Syaiful, jika kita bandingkan dengan kondisi kontingen Sumbar saat ini dipegang oleh Agus Suardi alias Abin.
Sebagai ketua kawakan, Syaiful sudah menyiapkan segenap strategi jitu untuk mengkerek motivasi atlet, agar mereka bertanding sepenuh jiwa raga membawa nama Ranah Minang di pesta olahraga bergengsi empat tahunan ini.
Namun sayang seribu sayang, apa yang Syaiful siapkan sejak jauh jauh hari harus pupus di tangan Gubernur Sumatera Barat saat ini Mahyedi Ansharullah.
Meskipun Syaiful sudah diberi kesempatan oleh Ketua KONI Pusat Marciano Norman dengan mendapat SK Perpanjangan pengurus hingga akhir PON selesai, Agus Suardi dan kawan kawan yang sudah nafsu memuncak hingga ke ubun ubun melalui tangan Mahyeldi, berhasil meruntuhkan Syaiful.
Strategi yang sudah dipersiapkan Syaiful yakni menjalankan TC Berjalan yang sudah terprogram dengan baik oleh Pengurus KONI, menjalankan TC Penuh sebulan jelang keberangkatan, mengatur waktus keberangkatan dan kepulangan atlet agar tidak terlantar di bandara,
Kemudian memberikan hak atlet berupa pemberian uang saku dengan full, menambah bonus peraih medali PON dari semula emas mendapat Rp 200 juta menjadi Rp 250 juta, mempersiapkan kelengkapan kontingen dengan baik, memberikan bonus spontan Rp 50 juta kepada peraih emas, dan sederet strategi lainnya, kami meyakini motivasi atlet akan meningkst berlipat lipat.
Namun sayangnya strategi yang dipersiapkan Syaiful tidak diadposi oleh Agus Suardi cs. Mereka pikir gampang mungkin membuat strategi baru, dengan waktu mepet, sehingga dengan pongahnya bakal mampu mencapai target 16 emas.
Motivasi atlet pun mula mula menjadi menurun karena ketidak jelasan program persiapan atlet menuju PON. Kemudian kostum kontingen atlet kurang banyak, yang merupakan suatu kebanggaan bagi mereka. Lalu semakin menurun daya juang mereka dengan hak uang saku mereka baru diperoleh setengah dari yang sudah dianggarkan.
Lanjut semakin menurun motivasi patriot olahraga Ranah Minang ini dengan ketidak jelasan pemberian bonus spontan. Hingga semakin kecewa dengan bonus spontan yang mereka terima hanya Rp 10 juta untuk peraih emas, serta makin memiriskan ketika atlet dari beberapa cabor ada yang terlantar di bandara akibat tidak bagusnya pengaturan jadwal kepulangan atlet.
Kalau diceritakan kekurangan yang didapat oleh atlet serta pelatih saat ini, kemungkinan bisa penuh satu halaman koran, bisa memuat pula pariwara kesedihan atlet dan pelatih jadinya.
Penulis pun juga berkali kali bertanya kepada Syaiful, apakah berminat untuk maju sebagai Ketua KONI Sumbar periode keduanya. Namun Syaiful selalu menegaskan tidak memiliki niat maupun minat yang tinggi untuk maju.
Setelah PON Papua habis, ia sangat membuka lebar dan mempersilahkan dilanjutkan suksesi kepengurusannya, kepada siapapun yang ingin memajukan olahraga di Ranah Minang Tercinta.
Syaiful pun juga telah berkali kali ingin menemui dan berbicara langsung dengan Mahyeldi, dengan niat hanya meminta satu kesempatan kepada Mahyeldi selaku orang nomor satu pembina olahraga Tuah Sakato, agar diberi kesempatan mengemban amanah selepas PON Papua.
Namun sayang seribu sayang, kesempatan tersebut tak kunjung didapat. Justru Pengurus KONI Sumbar hanya diberi kesempatan untuk presentasi dihadapan Tim Percepatan Pemprov Sumbar, untuk mempresentasikan kesiapan atlet dan pelatih jelang PON sekaligus menyampaikan target dengan yakin dapat meraih 16 emas.
Sekarang, nasi sudah menjadi bubur. Tak ada lagi yang perlu diratapi. Tinggal lagi ketegasan Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah untuk mengganti kepengurusan KONI sekarang, yang telah banyak mengecewakan atlet dan pelatih serta pengurus cabang olahraga .(***)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.