Dinas Kebudayaan dan PAPPRI Sumbar Gelar Forum Diskusi Semarak HMN 2022
Padang, Intrus — Sebanyak 30-an pelaku seni musik anggota PAPPRI (Persatuan Artis Pentanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia) Sumatera Barat dan enam utusan DPC PAPPRI kabupaten dan kota dengan difasilitasi Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar menghadiri Forum Diskusi dalam rangka semarak Hari Musik Nasional 2022 di Kantor Dinas Kebudayaan Sumbar, Jl Samudera, Kamis (24/2).
Ketua DPD PAPPRI Sumbar, Husin Daruhan kepada media ini, Jumat (25/2) menjelaskan bahwa diskusi itu menghadirkan tokoh-tokoh yang kompeten di bidang cipta lagu atau musik minang. Di antaranya DR. Agusli Taher yang diwakili Sekri Budiman, DR. Yulizal Yunus dan Firdaus Abie sebagai nara sumber.
Dari diskusi disimpulkan beberapa hal di antaranya di masa mendatang akan lebih sering dilaksanakan forum diskusi. Khusus untuk lomba cipta lagu minang tingkat nasional kriteria tetap bebas dengam kaedah-kaedah yang berlaku di Minang. Liriknya juga tidak boleh mengandung unsur sara. Lagu juga harus santun serta boleh berkiasan. Soal irama bebas sesuai kreasi pencipta. Khusus untuk lagu Gamad disepakati akan dibuat sebuah buku.
Di bagian lain Husin Daruhan mengungkapkan bahwa musik Pop Minang disebut sebagai pelopor musik Nusantara. Dari tahun ke tahun perkembangannya sangat pesat. Era 90-an disebut sebagai era kebangkitan lagu Minang kedua dan dipelopori tiga musisi yaitu : Fery Zen, Zalmon dan Agusli Taher dengan album hit nya “Kasiak 7 Muaro.
Tidak berhenti sampai di situ, dinera 2000an juga muncul karya-karya lagu Minang yang sangat populer yang selalu berazaz pada etika dan estetika budaya minangkabau. Karena itu karya-karya itu penuh dengan nilai kearifan dan kesantunan serta tuntunan.
“Karya-karya terbaik tersebut juga dilantunkan oleh penyanyi-penyanyi terbaik di eranya. Rata–rata para pencipta lagu di era 2000 ini mempunyai latar belakang pengetahuan budaya atau seni tradisi yang kuat yang tercermin dari hasil karya-karya beliau,” ujar Husin Daruhan.
Menyinggung akhir-akhir ini kemajuan teknologi atau media sosial sudah sangat pesat, hal ini menurut Husni justru seakan-akan memberi peluang yang seluas-luasnya tanpa batas untuk berkarya termasuk seni musik.
“Namun dengan banyak bermunculan karya cipta lagu minang baru, sayangnya budaya/tradisi yang seharusnya menjadi pondasi karya lagu punya nilai kearifan, tuntunan, kesantunan dan tontonan seakan diabaikan. Karya cipta lagu yang seharusnya menjadi jati diri atau identitas orang minang justru melunturkan nilai-nilai budaya itu sendiri. Ini dapat kita lihat dari lirik maupun melodi lagu tersebut,” terangnya.
“Jadi forum diskusi dalam rangka semarak Hari Musik Nasional 2022 ini adalah solusi untuk mengatasi hal-hal yang tidak kita inginkan itu. Maka Kamis (24/2) kemarin kita duduk bersama untuk mencari akar permasalahannya. Juga untuk mencari solusi agar lagu minang tetap tegak sebagai lagu yang bermartabat dan benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkapnya. Ag
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.