PENGANTAR – Satu tim wartawan membangun sindikasi liputan dengan nama Journalist Journey #1 atau JoJo-1. Mereka terdiri dari Atviarni, Asril Koto, Devi Diany, Eko Yanche Edrie, Gusfen Khairul, Heranof Firdaus, Indra Sakti Nauli, Jayusdi Effendi, Nita Indrawati Arifin, Nofrialdi Nofi Sastera, dan Zulnadi. Tiap anggota sindikasi menulis di media masing-masing, Jojo-1 kali ini bertema ‘Payakumbuh Kota 24 Jam’. Di bawah liputannya:
Payakumbuh, majalahintrust.com – Meskipun hanya berstatus Penjabat Walikota di Kota Rendang Payakumbuh, namun jangan katakan, Drs. Jasman Rizal Dt. Bandaro Bendang akan senang-senang saja memengemban jabatan itu. Ia justru banyak melakukan terobosan di kota yang dulu bernama Kota Galamai itu.
Sebagai pamong senior yang juga sudah pernah menjadi Penjabat Bupati Solok Selatan, Jasman yang memang dikenal ‘lasak’, rupanya sudah mempelajari apa-apa yang perlu dan mungkin dilakukan selama rentang waktunya yang pendek sebagai Penjabat Walikota. Salah-satunya sisi birokrasi yang selama ini mungkin terkesan biasa-biasa saja, tiba-tiba ia ubah menjadi luar biasa.
Mungkin itu pula yang membuat Jasman di usia jabatannya yang masih sangat muda sebagai Pj. Walikota Payakumbuh sudah mampu meraih penghargaan secara nasional sebagai satu-satunya Walikota di Sumbar yang dianggap berhasil menghapus kemiskinan ekstrim. Untuk keberhasilan itu, Jasman tak hanya mendapat piagam penghargaan dari Wapres Ma’aruf Amin, namun juga memperoleh dan intensif fiskal sebesar Rp6,7 milyar
“Bukannya ingin memaksakan. Tapi saya ingin semua pegawai Kota Payakumbuh mau dan menyadari bahwa kota ini adalah milik kita. Karena itu selagi masih bisa mengejar semua yang bisa kita lakukan, kenapa tidak?” ujarnya.
Tentunya tidak begitu saja diterima apa yang dilakukan Jasman. Sebab sesuatu yang baru terkadang tidak semua orang bisa menerima. Namun dengan pendekatan yang baik dan bekerjasama dengan Sekda Ridha Ananda (yang sebelumnya cukup lama menjadi Penjabat Walikota), ia kemudian melakukan beberapa terobosan di bidang administrasi. Salah satunya dengan motto, kalau bisa dipercepat mengapa harus diperlambat. Kalau bisa lebih baik, kenapa harus dibiarkan berjalan apa adanya.
Potensi-potensi kota Payakumbuh yang sejak lama sudah ia ketahui, ia usahakan untuk menjadi lebih menggigit. Salah satunya kota Payakumbuh yang sejak tiga sampai enam tahun lalu terkenal sebagai kota yang hidup di malam hari. Sisi ini meski sepintas hanya biasa-biasa saja, namun dalam kacamata Jasman ini justru merupakan potensi besar yang perlu ditingkatkan.
Karena itu tidak salah bila ungkapan yang paling pas tentang kondisi perekonomian Kota Payakumbuh saat ini adalah “di Payakumbuh duit anda laku 24 jam,” katanya.
Maksud Jasman seperti disampaikannya kepada rombongan wartawan yang melakukan wisata jurnalistik (Journalist Journey) ke Payakumbuh (Minggu 26/11) lalu, bahwa duit di Payakumbuh bisa dibelanjakan sejak dari bangun sampai besoknya bangun kembali. Itu juga cara lain untuk mengatakan bahwa Payakumbuh itu hidup selama 24 jam. Meski bukan kota metropolitan, namun Kota Payakumbuh tak bisa dipungkiri memang tak ada matinya.
“Mau belanja pukul tiga pagi pun masih ada. Kehidupan dan transaksi tidak pernah berhenti siang dan malam,” ujar mantan jurubicara Pemprov Sumbar ini.
Sebagai ‘penerus’ dari Walikota sebelumnya, Jasman tetap melanjutkan apa-apa yang sudah dibuat oleh pendahulunya. Walikota Riza Falepi yang dipandang sangat berhasil dalam melakukan rebranding Kota Galamai atau Kota Batiah menjadi Kota Randang.
“Ya, galamai dan batiah sebagai produk UMKM Payakumbuh sudah lama masyhur. Potensi UMKM yang sangat besar inilah yang sebenarnya justru saya pertajam. Karena tidak bisa dipungkiri, UMKM di Payakumbuh memang sangat luar biasa untuk dikembangkan. Apalagi, randang adalah kuliner yang sudah mendunia. Karenanya, rebranding dengan memakai randang sebagai ikon akan mendorong tumbuhnya UMKM di Payakumbuh rasanya sangat tepat,” kata Jasman yang juga Sekretaris Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau itu.
Dari data BPS tahun 2021, jumlah total UMKM di Payakumbuh yang sudah bisa disebut maju dan berkembang, mencapai 537 entitas. Tapi menurut Jasman, saat ini yang perlu terus digenjot adalah terus menumbuhkan pendatang-pendatang baru (start-up) dari UMKM. “Kita perlu menambah dan menumbuhkan pelaku-pelaku baru dan terus meningkatkan daya saing bagi UMKM yang existing,” ujar Jasman.
Seperti dikutip dari laman rri.co.id, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh M. Faizal menyebutkan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan yang ada di Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh untuk terus mencetak wirausahawan baru.
“Pelaku UMKM di Kota Payakumbuh perlu dipacu untuk terus meningkatkan kapasitas usahanya untuk bersaing naik kelas dengan mempelajari berbagai aspek seperti manajemen usaha, keuangan, pembukuan, strategi bisnis dan pemasaran. Dengan diikutinya kegiatan pelatihan manajemen dan keuangan bagi pelaku UMKM diharapkan pelaku usaha dapat membangun pondasi bisnis usaha yang kuat dan maju sehingga kedepannya lebih bisa terukur dan berdaya saing,” harap M. Faizal.
Dikatakan M. Faizal, untuk menjadi pelaku usaha yang berdaya saing dan pelaku usaha yang legal di mata hukum dan pemerintahan di Indonesia maka setiap pelaku usaha wajib mengurus NIB (Nomor Induk Berusaha) berbasis resiko secara online di website www.oss.go.id. NIB menjadi penting untuk dimiliki semua pelaku usaha karena manfaat NIB itu adalah mempermudah akses pengurus izin lainnya (PIRT, halal, BPOM, HKI, Merk), memudahkan memperoleh akses pembiayaan dan usaha akan legal dan terdata secara nasional.
Tapi apa yang sudah ada dan dilaksanakan di Kota Payakumbuh saat ini, khususnya tentang berkembangnya UMKM terutama kuliner yang membuat kota ini hidup 24 jam, menurut Jasman Rizal belum cukup sampai di situ.
“UMKM kita harus bisa naik kelas, ditandai dengan berkembangnya bisnis, meluasnya pasar, dan makin banyaknya serapan tenaga kerja hingga mengurangi pengangguran,” kata dia.
Bagaimana cara UMKM yang berkembang dan naik kelas itu? Kata Penjabat Walikota sebelumnya (dikutip dari laman khazminang.id) naik kelas itu ditandai dengan cara berproduksi dan memasarkan yang lebih modern dan berbasis digital bahkan sampai ke ada tidaknya upaya menjaga lingkungan hidup.
Ketika meninjau sebuah UMKM yang bergeak di bidang kuliner, di Tanjung Pauah Payakumbuh, tim Jojo1 memang melihat usaha itu sudah memiliki sistem pembuangan limbah yang diakreditasi lembaga resmi. “Kita punya amdal juga, karena menggunakan minyak nabati yang cukup banyak. Kita tidak mau mencemari lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar,” kata Ulil Adhmi (50) pengusaha kerupuk ubi Aqila.
Sistem pembuangan limbahnya memang dibuat sedemikian rupa serta industrinya diberi jaminan higienis. Ia mengaku tiap hari butuh 1 ton ubi kayu yang diproduksi menjadi keripik dadu, keripik sanjai dan penganan lainnya dengan bahan baku ubi kayu. “Tiap 1 ton akan ada randemen sekitar 15 persen, jadi kami memasarkan kira-kira 850 kg ke berbagai kota di Sumbar, Riau, Jambi dan Aceh,” ujar Ulil yang mempekerjakan sekitar 20-an pegawai.
Ditegaskan Pj. Wako Jasman Rizal, pergerakan ekonomi Payakumbuh memang ditopang oleh UMKM terutama kuliner. “Mampirlah di Payakumbuh, nikmati randangnya, pongek situjuahnya, galamai dan batiah serta sate danguang-danguang. Dijamin, kapan pun Anda datang, dalam 24 Jam kami terima duit anda. Jangan khawatir,” ujar Jasman.
Salah satu upaya yang dilakukan Jasman saat ini adalah mendatangkan seorang investor urang awak yang sukses di rantau untuk lebih mengembangkan potensi UMKM Kota Payakumbuh. “Siapa orangnya nanti teman-teman juga akan tahu,” ujar Jasman mengakhiri bincang-bincang sembari makan siang di Restoran Pongek OR Situjuah, salah satu UMKM yang menjadi andalan Kota Payakumbuh. Nofrialdi Nofi Sastera
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.