Ketika Anies Baswedan Mengubah Pandanganku..
Oleh : Ameldian
Padang, majalahintrust.com – Awalnya saya sudah memutuskan untuk tidak akan ikut memilih alias jadi golongan putih (golput) dalam pemilu Presiden 14 Februari 2024 nanti. Saya bisa memutuskan begitu karena berangkat dari pemikiran saya bahwa siapapun yang akan jadi Presiden RI ini tidak akan bisa untuk memperbaiki negeri ini secara drastis dan berguna buat masyarakat banyak.
Saya pernah mencoba mencari di google ternyata gaji seorang Presiden RI hanya Rp. 62.750.000 per bulan. Saya teruskan googling lagi, UANG HALAL yang bisa diterima oleh seorang Presiden Indonesia pada saat ini cuma Rp. 2,5 milyar per bulannya. Kalau kita kalikan dengan masa jabatan seorang Presiden yaitu 5 tahun (60 bulan), maka pendapatan seorang Presiden RI adalah Rp. 150 milyar untuk satu periode masa jabatan.
Dalam masa kampanye sekarang, saya mendapatkan info bahwa salah seorang calon Presiden RI bersedia mengucurkan dana kampanye sebesar Rp. 50 milyar untuk wilayah Sumbar saja. Bayangkan, daerah dengan jumlah pemilih kecil begini, seorang Capres berani mengucurkan dana sebanyak itu buat biaya kampanyenya. Apalagi untuk daerah dengan jumlah pemilih yang besar seperti Jabar dan Jatim.
Kita anggap saja semua Provinsi di Indonesia dikucurkan jumlah dana kampanye yang sama yaitu Rp. 50 milyar, maka dana kampanye yang mesti dikucurkan oleh Capres tersebut untuk seluruh Indonesia adalah Rp. 1,7 trilyun, dengan asumsi jumlah Provinsi di Indonesia sekitar 34 Provinsi.
Otak saya yang bodoh langsung berpikir bahwa apa mungkin seseorang bisa ikhlas untuk mengeluarkan uang sebesar 1,7 trilyun untuk mendapatkan penghasilan sebesar 150 milyar ? Rasanya tidak mungkin ada manusia normal bisa berbuat seperti itu.
Jadi rasanya tidak mungkin seorang Capres tersebut setelah terpilih nanti akan bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Karena dia sendiri pasti akan ‘disibukkan’ dengan urusan pengembalian ‘uang modalnya’ untuk menjadi seorang Presiden. Belum lagi kalau dia dibantu modalnya oleh orang lain untuk jadi Presiden, tentu dia juga akan disibukkan dengan pengembalian hutang dan ‘balas jasa’ dari hutang2 fisik dan hutang budinya tersebut.
Atas dasar itu lah saya memutuskan untuk menjadi Golput saja karena saya tidak bisa berharap ‘perbaikan’ negeri ini dari siapapun Presiden terpilih nantinya.
Tapi sekitar 2 bulan lalu pikiran saya berubah setelah membaca di satu artikel/berita bahwa Anies hanya punya dana kampanye sebanyak Rp. 1 milyar yang berasal dari harta kekayaan pribadinya. Saya tidak yakin dengan dana sebanyak itu Anies akan bisa mengkampanyekan dirinya keliling Indonesia ini.
Tapi alangkah terkejutnya saya ketika melihat antusiasme masyarakat Indonesia yang seperti nya sudah bertekad untuk ‘membantu’ Anies dengan maksimal baik moril maupun materil. Dengan dana bantuan tersebut beliau akan bisa mewujudkan tujuannya menjadi Presiden RI. Di sini saya melihat setidaknya Anies tidak tekor (defisit) dana dalam pencalonannya ini sehingga nanti bisa lebih bersih dari kandidat lain.
Atas dasar itulah saya mulai berpikir untuk mendukung Anies dalam pemilu tahun 2024 ini.
Saya yang juga pernah duduk di bangku sekolah mulailah mencari segala referensi tentang Anies baik yang positif maupun negatif. Baik dari teman dan pendukungnya maupun dari lawan2 politiknya. Latar belakang pendidikan nya juga mulai lebih saya teliti, meski sebelumnya saya juga sudah tahu banyak tentang Anies meski awalnya itu tidak terlalu menarik (interested) buat saya.
Ternyata Anies sudah pintar dari sononya. Dari SMA ia sudah kelihatan menonjol dengan banyak prestasi dan penghargaan. Banyaknya penghargaan itu tidak perlu saya sampaikan di sini karena semua prestasi itu sudah dikenal banyak oleh masyarakat. Anies juga seorang yang bagus cara beragamanya. Dia bisa menjadi imam yang baik bagi keluarganya, imam yang baik bagi jemaah di mesjid mana pun dia shalat berjamaah. Bahkan ia juga bisa menjadi Khatib atau Penceramah bagi orang banyak. Semua ini tentu juga diharapkan bisa berdampak positif sehingga Anies bisa diharapkan sebagai IMAM yang baik bagi seluruh masyarakat Indonesia nantinya.
Semua pernyataan saya di atas sudah tentu dianggap cenderung subyektif karena saya sekarang sudah ‘terlanjur jatuh cinta’ pada Anies. Bagi pendukung Anies tentu saja akan mendukung semua pendapat saya. Tapi bagi orang yang tidak suka sama Anies, bisa saja mereka akan menentang pendapat saya.
Bagi saya pribadi, berbeda pilihan itu sah2 saja dan tidak melanggar hukum. Setiap kita pasti akan menilai seseorang dari sudut pandangnya masing-masing. Perbedaan itu akan sangat indah kalau kita menyikapinya secara positif. Bagi saya yang ingin kemajuan bagi negara ini tentu saja berharap agar Anies didukung oleh mayoritas rakyat Indonesia.
Saya juga ingin sedikit bercerita bahwa baru dalam pemilu kali ini lah saya bisa punya pilihan Presiden yang sama dengan istri saya. Sebab dalam pemilu 2004 saya mendukung pasangan Wiranto – Salahuddin Wahid, istri saya mendukung Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla.
Lalu di Pemilu 2009 saya mendukung Jusuf Kalla – Wiranto, istri saya dukung Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono. Pemilu tahun 2014 saya dukung Prabowo – Hatta Rajasa sedangkan istri saya dukung Joko Widodo – Jusuf Kalla. Pemilu terakhir tahun 2019 saya mendukung Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, istri dukung Joko Widodo – Ma’ruf Amin.
Semua calon dukungan saya kalah. Istri saya menang telak 4-0. Padahal saya sudah ‘mati2an’ buat meyakinkan istri saya, tapi dia tetap teguh dengan keyakinannya.
Mudah2an dalam pemilu 2024 ini, calon yang kami dukung yaitu Anies – Muhaimin bisa menang telak atas lawan2nya dan bisa memimpin Indonesia untuk 5 tahun ke depan. Aamiin yaa Rabb.
Dari uraian di atas sedikit banyaknya telah saya gambarkan dasar saya untuk memilih pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (01) dalam pemilu kali ini. Disamping dikaruniai kecerdasan yang lebih baik oleh Allah daripada dua pasangan lain, mereka juga punya persyaratan2 yang komprehensip untuk menjadi pemimpin Indonesia ke depan. Dalam diri Anies saya belum bisa melihat kelemahan beliau. Jujur saya agak kurang sreg dengan Cawapresnya, tapi setiap manusia pasti punya kelemahan.
Dalam tulisan ini saya juga mau minta maaf kepada Bapak Prabowo Subianto. Saya tidak bisa lagi bersama Pak Prabowo dalam pemilu kali ini. Saya sudah coba bertahan mendukung Bapak dalam dua kali pemilu yaitu tahun 2014 dan 2019. Saya sangat militan mendukung Bapak pada waktu itu. Tapi Bapak begitu mudahnya meninggalkan kami semua pendukung Bapak setelah kalah ‘bertarung’ dengan Bapak Jokowi.
Seperti dikatakan Anies pada saat debat Capres beberapa waktu lalu, Bapak tidak kuat menjadi oposan dan malahan bergabung dengan kabinet Pak Jokowi. Bapak seperti menyerah dengan keadaan pada waktu itu. Bapak lebih dahulu meninggalkan kami para pendukung Bapak. Harusnya Bapak sekarang beristirahat saja dari hingar bingar politik dan bertindak menjadi Bapak Bangsa. Itu akan jauh lebih terhormat buat Bapak daripada ngotot lagi untuk menjadi Presiden.
Setiap orang ada masanya Pak dan setiap masa ada orangnya. Sekarang bukan lagi era emas bagi Bapak. Tapi Bapak ngotot, makanya mohon maaf kalau kami sekarang ‘berseberangan’ dengan Bapak.
Buat Gibran, kami tidak benci dengan Anda. Tapi kami hanya beranggapan bahwa Anda belumlah tepat untuk menjadi seorang calon Wakil Presiden di negara sebesar ini. Kenaikan Anda menjadi calon seperti dipaksakan oleh seorang yang seharusnya menjadi panutan kami karena beliau adalah pemimpin tertinggi di negara ini. Jadi mohon maaf kalau saya sekarang bukanlah pendukung calon 02.
Sangat sedih rasanya, anak saya dan anak-anak terbaik bangsa ini, ‘berkubang darah’ sekolah dan kuliah sampai S3 segala untuk bisa berkarir dengan baik di negara ini. Tapi dengan begitu mudahnya mereka ‘dikalahkan dan disisihkan’ oleh seorang anak Presiden yang (maaf) tidak jelas latar belakang pendidikannya. Kami tidak akan keberatan untuk ‘menyerahkan negara’ ini kepada Anda, kalau Anda benar2 orang yang brilian, orang yang bisa diharapkan membawa negara ini ke gerbang kemajuan.
Untuk Ganjar – Mahfud (03), perjuangan Anda harus maksimal. Resistensi Anda tidak terlalu besar dari rakyat Indonesia karena Anda berdua masih relatif bersih di mata rakyat Indonesia. Tapi mohon maaf, saya pribadi hanya bisa mendukung satu pasang paslon untuk menjadi pemenang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini. Mudah2an segala usaha dan perjuangan Anda diapresiasi positif oleh pemilih Anda.
Semoga pemilu 14 Februari 2024 berjalan lancar tanpa adanya kecurangan2 agar di ridhoi oleh Allah .. aamiin yaa Rabb.
Sebagai catatan :
Kita sebetulnya bukan melawan Prabowo dan Ganjar saat ini. Tapi kita mendukung perubahan yang diusung oleh Anies. Perubahan yang akan bisa membuat Indonesia bisa menjadi negara yang sangat maju karena dipimpin oleh seorang Presiden yang cerdas secara intelegensia dan spritual. Indonesia butuh perubahan karena saat ini kita sudah sangat dikendalikan oleh invisible hands (tangan2 terselubung) yang sebagiannya kita kenal sebagai oligarki dan 9 Naga. Tidak mungkin seorang boneka akan bisa membawa kemajuan bagi negeri ini. Perubahan adalah harga mati untuk mempertahankan sebuah NKRI harga mati. Titik. Padang, 29-01-2024
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.