Anomali Sitinjau Laut

Oleh : Ir Reri L Tanjung MM
Pimpinan Umum.Majalah Intrust

Sitinjau Laut merupakan jalan paling ekstrim.di Sumatera Barat. Disebut ejstrim, karena memiliki.kontur jalan yang tidak rata, berbukit bukit, belokan tajam dan turunan yang curam.

Jalan Sitinjau Laut saat ini berstatus jalan nasional yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Barat, Kementerian PU. Ruas jalan ini dahulunya dibangun sejak zaman penjajahan Belanda yang menghubungkan Kota Padang dengan Kabupaten Solok.

Namun saat ini Sitinjau Laut terkenal dengan jalan yang angker dan mematikan. Sebab telah banyak menimbulkan kecelakaan, hingga berujung kepada kematian. Sehingga Pemerintah Kota Padang, Pemprov Sumbar , hingga Pemerintah Pusat bahu membahu bekerjasama mencarikan solusi guna menghadapi permasalahan.

Kemudian dapatlah solusi, dengan membangun fly over. Alhamdulillah prosesnya sudah sampai pada Ground Breaking yang dilakukan oleh Menteri PU Dody Hanggodo, sejumlah Anggota DPR RI dari Sumbar, Gubernur dan Wakil.Gubernur Sumbar, Anggota DPRD Sumbar, Walikota Padang dan lainnya.

Namun menurut penulis, sebenarnya peristiwa kecelakaan hingga berujung kepada kematian bisa dihindari jika sifat serakah yang menjadi anomali dalam permasalahan dimaksud tidak ada dalam seluruh unsur . Keseluruh unsur tersebut adalah oknum pemilik angkutan, oknum petugas timbangan, oknum aparat penegak hukum. Sudah rahasia umum.

Akibat dari keserakahan mereka, negara harus membayar mahal untuk pembangunan Fly Over Sitinjau Laut, lebih kurang Rp 1,4 Triliiun. Selain itu juga merenggut nyawa para driver yang membuat istri mereka menjadi janda dan anak mereka menjadi yatim.

Kenapa oknum pemilik angkutan disebut serakah, karena melakukan perbuatan ODOL (Over Dimensi Over Loading), sehingga memuat barang-barang dengan tonase berlebih, bisa mencapai 30 hingga 40 ton. Alasan mereka jelas, selain untuk mengejar benefit, juga untuk membayar setoran dijalan kepada dua oknum lainnya.

Padahal dua oknum ini seperti petugas timbangan dan aparat penegak hukum merupakan fungsi yang sangat vital untuk.menindak pelanggaran tersebut. Justru dengan kewenangan mereka, dimanfaatkan untuk meraup pundi pundi Rupiah, guna memuaskan nafsu syahwat serakah

Kita pun heran, kenapa masalah ini tidak bisa diberantas. Padahal akar masalahnya sangat jelas, bahwa manusia serakah menjadi penyebab. Sungguhpun begitu, kita tentu hanya bisa berdoa, semoga perbuatan mereka dapat ganjaran setimpal dari Allah SWT hendaknya.

Namun apakah masalah Fly Over Sitinjau Laut bisa selesai sampai disana? Belum tentu. Karena dalam proses pembangunannya juga akan muncul oknum oknum serakah yang aji mumpung meraup kekayaan.

Sangat berbahaya jika keserakahan mereka dapat disalurkan. Pasalnya juga akan merugikan negara dan masyarakat. Disatu sisi membahayakan kembali pengguna jalan dan berakibat merenggut kebahagiaan bersama keluarga. Disisi lain jika mutu dan kualitas pekerjaan infrastruktur tidak sesuai yang diharapkan dan ketahanan nya berusia pendek, maka negara pun juga kembali merugi.

Butuh sosok akhlakul karimah guna menuntaskan sifat serakah untuk menyelesaikan pembangunan mega proyek Ranah Minang ini, sehingga tujuan semula pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kesejahteraan, dapat tercapai hendaknya.

Semoga pembangunan Fly Over Sitinjau Laut bisa berjalan lancar. (***)