Maninjau – Wabah Corona Virus Disease (Covid) 19 sudah menyebar ke seantero Sumatera Barat dalam kurun waktu satu bulan lebih. Akibatnya, sebagian warga terpaksa menenangkan diri dirumah, agar dapat meminimalisir penyebaran virus dimaksud.
Namun demikian, banyak warga yang mulai bosan untuk tetap berada dirumah saja dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Kejenuhan yang dirasakan oleh masyarakat tersebut tentu membuat otak semakin semaput.
Akan tetapi, keadaan berbeda dirasakan oleh masyarakat di sekitar Danau Maninjau Kabupaten Agam, bertepatan dengan musim panen durian yang terjadi di wilayah tersebut.
Mereka malangge atau mencari durian yang jatuh di parak (kebun) masyarakat yang rata-rata berada di pinggir dan dalam hutan. Tradisi malangge ini sudah jadi kebiasaan turun temurun di Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumbar, setiap kali musim durian datang.
Kegiatan Malangge tersebut disaksikan langsung Tim Redaksi Majalah Intrust, terdiri dari Reri L Tanjung Pemimpin Umum, Ridho Syarlinto Pemimpin Redaksi, Nazaruwil Fotografer, Fauzan Dinata adminstrator, serta Rizki Hutrindo Bagian Online.
Meski di luar ruangan, berburu durian di tengah hutan tidak melanggar aturan social distancing maupun phisycal distancing di tengah wabah corona. Sebab, antara satu, dua orang berjarak hampir puluhan meter. Mereka berpencar mencari durian di kebun-kebun warga.
Aktivitas malangge mengandung banyak pelajaran dan manfaat. Seperti terciptanya persatuan dan kesatuan antar masyarakat, memiliki rasa saling berbagi dan saling memiliki, serta saling merasakan kenikmatan lezatnya buah berduri tersebut.
Aturan Malangge, semua warga di sana boleh makan durian gratis yang mereka dapat dari kebun warga, meski pun mereka tidak memiliki kebun durian. Malangge adalah aktivitas yang dirindukan, terutama para pemuda di Maninjau.
Dari cerita Pemimpin Umum Majalah Intrust Reri Lazuardi Tanjung warga Nagari Rambai Koto Malintang Maninjau, dalam malangge semua warga boleh memakan durian yang di dapatnya dari kebun orang lain. Namun, aktivitas malangge ada waktu dan batas-batasnya.
Biasanya, warga boleh bebas mencari durian dari waktu 04.00 hingga pukul 06.00 WIB pagi. Di waktu tersebut, warga boleh malangge di kebun yang ditunggui pemilik kebun.
Kata Reri, durian yang sudah matang akan jatuh pada jam-jam tertentu. Paling banyak durian jatuh pada rentang waktu pukul 22.00 hingga pukul 02.00.
Pada musim durian, banyak dimanfaatkan masyarakat yang tidak memiliki kebun durian untuk memperoleh pendapatan tambahan dari hasil panen, sekaligus makan durian gratis sepuasnya.
Kegiatan malangge sepertinya wadah menghilangkan kebosonan warga Maninjau di tengah wabah covid-19. Bahkan, kaum ibu-ibu pun turut malangge durian ke dalam hutan. Selain untuk mengisi waktu rehat, malangge juga dapat memberikan tambahan uang bagi kaum ibu-ibu.
“Tidak hanya anak-anak muda dan bapak-bapak aja, kaum ibu-ibu pun juga menjalankan tradisi malangge,”tutupnya. (**)