Cegah Bau Mulut Sejak Dini: Edukasi Halitosis untuk Anak Sekolah Dasar

 

drg. Popy Sandra, Sp.Perio

Halitosis, atau yang lebih dikenal sebagai bau mulut, adalah kondisi ketika napas mengeluarkan aroma tidak sedap akibat penumpukan bakteri di rongga mulut. Bau kurang sedap dari mulut yang disebabkan bakteri yang memproduksi gas bakteri yaitu volatile sulfur compound (metil merkaptan dan hidrogen sulfida), baik oleh proses fisiologis maupun patologis.

Meski sering dianggap sebagai masalah orang dewasa, faktanya banyak anak sekolah dasar juga mengalaminya tanpa mereka sadari.Halitosis bukan hanya mengganggu kenyamanan berbicara, tetapi juga bisa memuat mereka minder, enggan tersenyum, bahkan takut berinteraksi.

Pemeriksaan terbaru pada siswa sekolah dasar di Kota Padang menunjukkan bahwa halitosis cukup sering ditemukan, terutama pada anak yang tidak rutin menyikat gigi sebelum tidur dan tidak pernah membersihkan lidah. Inilah alasan mengapa edukasi tentang bau mulut perlu dimulai sejak dini, sebelum masalah kecil berubah menjadi hambatan sosial yang lebih besar bagi anak-anak.

Penyebab halitosis/ bau mulut

Pada anak-anak, halitosis terutama disebabkan oleh faktor intraoral atau kondisi di dalam mulut. Literatur menyebutkan bahwa lebih dari 80–90% kasus bau mulut berasal dari rongga mulut, khususnya akibat penumpukan plak, karies, dan debris pada permukaan lidah yang menjadi tempat berkembangnya bakteri penghasil senyawa volatil sulfur (VSC) seperti hydrogen sulfide dan methyl mercaptan (Scully & Greenman, 2012).

Sisa makanan yang tersangkut di sela gigi, karang gigi yang tidak dibersihkan, serta kebiasaan menyikat gigi yang tidak teratur memperburuk kondisi ini. Pemeriksaan yang kami lakukan pada siswa sekolah dasar menunjukkan bahwa sebagian besar anak hanya menyikat gigi sekali sehari dan tidak mengetahui bahwa lidah adalah sumber utama koloni bakteri penyebab bau mulut.

Faktor perilaku seperti konsumsi makanan beraroma tajam, kebiasaan jajan manis, dan jarangnya kontrol ke dokter gigi turut meningkatkan risiko halitosis. Padahal, tindakan sederhana seperti menyikat gigi dua kali sehari, membersihkan lidah secara rutin, serta menjaga pola makan rendah gula terbukti efektif menurunkan bau mulut dan meningkatkan kesehatan mulut secara keseluruhan.

Temuan inilah yang memperkuat urgensi edukasi terstruktur kepada anak, guru, dan orang tua agar kebiasaan kebersihan mulut dapat dibentuk sejak usia dini.

Cara Mencegah halitosis

Mencegah halitosis pada anak sebenarnya tidak sulit jika dilakukan secara konsisten. Langkah utama adalah menjaga kebersihan mulut melalui sikat gigi dua kali sehari selama 2–3 menit, terutama setelah sarapan dan sebelum tidur. Membersihkan lidah juga sangat penting, karena permukaan lidah merupakan tempat berkembangnya bakteri penghasil bau mulut.

Selain itu, penggunaan benang gigi membantu menghilangkan sisa makanan di sela gigi yang tidak terjangkau oleh sikat. Anak-anak juga dianjurkan untuk membatasi makanan berbau menyengat atau tinggi gula yang dapat meningkatkan produksi bakteri penyebab bau mulut, serta memperbanyak minum air putih dan konsumsi sayur berserat.

Pemeriksaan pada Siswa SD

Pemeriksaan halitosis pada siswa SD Telkom Padang dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan sendiri oleh anak serta pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan.

Pada tahap awal, anak-anak diajarkan cara mengenali bau mulut mereka sendiri, misalnya dengan menjilat punggung tangan atau sendok kemudian membiarkannya mengering sebelum mencium aromanya. Cara sederhana ini membantu mereka memahami konsep bau mulut secara praktis.

Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan secara klinis di bawah pengawasan tim kesehatan, meliputi penilaian adanya karang gigi, lubang gigi, lapisan plak pada lidah, dan kondisi kebersihan mulut secara keseluruhan.

Kemudian dilakukan juga pengukuran tingkat halitosis menggunakan Tanita Breath Alert, alat yang mendeteksi gas sulfur penyebab bau mulut secara objektif. bau mulut bukan sesuatu yang “misterius”, melainkan dapat dicegah melalui kebiasaan kebersihan mulut rutin yang benar.

Dampak Program dan Harapan untuk Masa Depan Kesehatan Gigi Anak

Program edukasi halitosis yang dilaksanakan di SD Telkom Padang memberikan dampak nyata dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan mulut. Anak-anak mulai memahami bahwa mencegah bau mulut bukan hanya soal menyikat gigi dua kali sehari, tetapi juga membersihkan lidah, menggunakan benang gigi untuk menghilangkan sisa makanan di sela gigi, serta mengetahui kapan obat kumur dan perawatan lanjutan seperti penambalan atau pembersihan karang gigi perlu dilakukan.

Pemeriksaan menggunakan Tanita Breath Alert juga membuat siswa lebih menyadari kondisi kebersihan mulut mereka secara objektif, sehingga motivasi mereka untuk memperbaiki kebiasaan menjadi lebih tinggi.

Melihat antusiasme anak-anak saat mengikuti pemeriksaan dan edukasi, ada harapan besar bahwa kesehatan gigi generasi muda di Kota Padang dapat meningkat jauh lebih baik di masa depan.

Dengan kolaborasi berkelanjutan antara sekolah, guru, orang tua, dan tenaga kesehatan, upaya pencegahan halitosis dan masalah gigi lainnya akan semakin efektif. Jika kebiasaan sehat ini terus ditanamkan sejak dini, anak-anak dapat tumbuh dengan napas yang lebih segar, gigi yang lebih sehat, rasa percaya diri yang lebih tinggi, serta kualitas hidup yang meningkat secara keseluruhan.(*)

drg. Popy Sandra Sp.Perio
Comments (0)
Add Comment