Pipiet Senja, Sebuah Perjalanan yang Berakhir

Oleh : Sastri Bakry

Innalillahi wainnailaihi rajiun.

Dengan berat hati, kita harus menerima berita duka tentang kekurangan seorang penulis yang sangat mengancam, Pipiet Senja.

Saya selalu menganggap Teh Pipiet Senja sebagai guru saya, yang membuka jalan saya ke penerbit besar. Banyak jasa dan pahalanya untuk saya khususnya dan dunia literasi umumnya.

Buku- buku saya mulai diterbitkan tersebab Pipiet Senja. Jika tak ada Teh Pipiet mana mau penerbit Jendela/ Zikrul Hakim menerbitkan buku saya. Jika tak ada Teh Pipiet mana mungkin saya berbagi ikut ilmu menulis sampai ke Mesir, Hongkong, Taiwan, Malaysia dan pondok pesantren dan daerah-daerah jauh lainnya di Indonesia.

Terakhir Teh Pipiet menyempatkan diri menjadi ketua panitia diskusi buku saya, Sakti di Pds HB Jassin. Ia datang, padahal kondisinya sudah mengecewakan. Baru keluar rumah sakit. “Pokoknya teteh datang, nanti dibantu Fanny Jonathans,” ujarnya. Semangatnya tak pernah pudar meski berkursi roda.

Ketika memberikan Beragam, ia sempat membacakan puisi yang menyayat hati. Rasanya berat beban di dada. Saya sedih sekali waktu itu. Tapi melihat semangatnya saya jadi ikut bahagia.

Semua kenangan bersama Teteh banyak sekali. Pipiet Senja dengan ikhlas mendorong setiap penulis untuk bergerak maju. Tak sedikit pun rasa persaingan yang ada pada dirinya sebagai mana kebanyakan kita.

Kepergian beliau tidak hanya meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan teman-temannya, tetapi juga bagi saya, para murid, pembaca dan penggemarnya.

Ada dua hal upaya Teteh meyakinkan saya yang selalu saya tolak. Pertama saya harus membuat biografi saya. “Itu pasti keren, apalagi Uni punya pengalaman sebagai birokrat, ceritakan bagaimana korupsi merajalela di pemerintahan,” ujarnya.

Kedua, penghargaan Sastra berkarya 40 dan 50 tahun. Sejak beberapa tahun yang lalu Teteh selalu mendesak saya mengirimkan dokumen ke Badan Bahasa untuk 40 tahun berkarya sastra.
Tapi saya tak pernah mau, karena menurut saya, saya belum layak. Tetapi akhirnya Teteh bangga sekali ketika saya tahun 2025 ini dapat juga untuk 40 tahun berkarya.

Semua yang saya peroleh sesungguhnya banyak peran Teteh Pipiet. Mungkin jika saya tuliskan semua tak cukup satu buku tebal.

Pipiet Senja dikenal sebagai penulis yang memiliki bakat luar biasa dan kemampuan untuk menghidupkan kata-kata menjadi cerita yang menarik dan penuh makna sejak ia masih remaja. Teteh telah menulis banyak karya.

Ratusan novel yang telah menginspirasi dan menghibur banyak orang. Namun, di balik kesuksesannya, Pipiet Senja banyak mengalami penderitaan hidup yang luar biasa. Dalam keluarga mau pun dengan kawan sesama penulis. Di samping itu ia harus berjuang melawan penyakit berat talasemia yang telah mengidapnya sejak lama.

Talasemia adalah penyakit yang tidak hanya mempengaruhi fisik, tetapi juga mental dan emosional seseorang. Namun Pipiet Senja tidak pernah menyerah dan terus menulis dengan penuh semangat dan dedikasi.

Beliau telah membuktikan bahwa dengan tekad dan semangat yang kuat, seseorang dapat mengatasi kesulitan dan mencapai kesuksesan. Ia juga sekaligus memecahkan omongan dokter bahwa usianya hanya sampai remaja.

Sebagai guru, Pipiet Senja tidak hanya mengajarkan saya tentang menulis. Tetapi juga tentang bagaimana menjadi penulis yang memiliki integritas dan komitmen. Beliau selalu mendorong saya untuk terus menulis dan mengembangkan bakat saya. Saya sangat beruntung memiliki guru seperti Pipiet Senja yang telah membimbing dan menginspirasi saya.

Kepergian Pipiet Senja meninggalkan kekosongan yang tidak dapat diisi oleh siapa pun. Namun, warisan beliau akan terus hidup melalui karya-karyanya yang telah menginspirasi banyak orang. Saya berharap bahwa kepergian beliau dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menghargai waktu dan kesempatan yang kita miliki, serta untuk terus berjuang dan berkarya dengan penuh semangat dan dedikasi.

Semoga Pipiet Senja dapat beristirahat dengan tenang dan damai. Kami akan selalu mengenangmu sebagai penulis yang luar biasa, tekad baja yang membara dan guru yang inspiratif bagi ribuan murid-muridnya.

Selamat jalan teteh sayang, malam ini pergilah. Tinggalkan semua tetek bengek urusan darah yang menyiksamu dan BPJS yang tega menyiksamu dengan menyuruhmu bolak-balik karena sudah tiga hari di rumah sakit.

Semoga kamu tenang di sana. ***

Comments (0)
Add Comment