Ayah- Bunda, Ini Tips Atasi Gangguan Konsentrasi Belajar pada Anak Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa SPH
PADANG – Masalah konsentrasi merupakan hal yang sering ditemui pada anak. Masalah konsentrasi ini sering disertai oleh gejala lain yaitu hiperaktif dan impulsif. Kondisi ini bisa mempengaruhi capaian akademik anak serta penerimaan terhadap anak di lingkungan sosialnya.
Jika pada seorang anak terdapat masalah konsentrasi yang disertai juga dengan hiperaktif motorik serta perilaku yang impulsif, besar kemungkinan anak yang bersangkutan mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa SPH, Dr. dr. Amel Yanis, Sp.KJ (K) konsultan psikiatri anak dan remaja sebagai praktisi kesehatan mental anak dan remaja terkait topik ini mengatakan, pada anak dengan GPPH, masalah konsentrasi dan hiperaktifitas motorik serta impulsif ini telah muncul sebelum umur 7 tahun, telah terjadi selama paling sedikit 6 bulan, muncul pada berbagai situasi.
“Bila gejala ini muncul hanya pada situasi tertentu, lama terjadinya hanya beberapa minggu, misalnya 2 atau 3 minggu maka belum bisa disebut sebagai gangguan. Barangkali anak sehabis mengalami kejadian tertentu yang merupakan stresor sehingga mempengaruhi perasaan dan perilaku anak,” katanya saat dihubungi di Padang, Senin, 30 Agustus 2021.
Ia mengatakan, anak yang mengalami GPPH sukar untuk bisa duduk diam dalam waktu cukup lama. Pada saat anak-anak lain duduk mengerjakan tugas di kelas, anak dengan GPPH tidak bisa duduk tenang.
“Perhatian mereka gampang teralih dengan bunyi/suara yang minimal sekalipun. Mereka berjalan-jalan di kelas, mengajak temannya ngobrol sehingga murid yang lain akan terganggu. Anak-anak ini tidak sabaran; menyelak pembicaraan, terburu-buru menyelesaikan tugas sehingga tugas tersebut tidak tuntas dikerjakan. Kalaupun mereka “duduk diam” di bangkunya, tangannya sibuk memainkan perlengkapan sekolahnya, misalnya memutar-mutar pensil, memainkan penggaris, membolak-balik halaman buku atau melipat-lipat kertas,” jelasnya.
Ayah-bunda yang memiliki anak dengan keadaan seperti di atas membutuhkan kesabaran ekstra dalam pengasuhan. Satu hal yang mesti dijadikan catatan adalah, anak-anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas, bukanlah dengan sengaja berperilaku demikian.
“Kondisi tersebut terjadi karena mereka mengalami sedikit masalah pada perkembangan otaknya. Hal inilah yang mesti dipahami oleh orang dewasa yang berkontak dengan anak, misalnya ayah-bunda, para guru,” paparnya.
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ini membagikan tips untuk ayah-bunda mendampingi anak dengan GGPPH.
1. Fasilitasi anak menggerakan tubuh.
Anak dengan GPPH memiliki energi yang tidak ada habisnya. Dari pada sibuk melarang, lebih baik ayah-bunda memberi mereka kesempatan untuk melompat, berlari, memanjat dan bersepeda. Tentu saja dengan pengawasan. Tergantung usia anak, kalau anak masih berusia di bawah 6 tahun butuh pengawasan penuh, jika sudah lebih besar bisa dilepas bertahap dan disampaikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
2. Matikan televisi dan smartphone.
Anak dengan GPPH gampang terdistraksi. Jika mereka sedang melakukan kegiatan yang butuh konsentrasi, bantu mereka untuk fokus dengan meminimalkan gangguan. Misalnya mematikan televisi, mengubah nada panggil handphone (HP) menjadi getar, bila akan menggunakan HP jangan di dekat mereka.
Hindari percakapan yang tidak perlu bila sedang memandu anak mengerjakan tugas. Bila ayah-bunda ingin mengingatkan mereka untuk tugas berikutnya yang belum juga mereka kerjakan, dari pada mengingatkan dengan bersuara lebih baik dengan isyarat. Misalnya anak terlihat agak melamun sewaktu sedang mengerjakan tugasnya, ayah-bunda lebih baik menyentuh pundak anak sambil menunjuk bukunya yang berarti anak mesti kembali mengerjakan PR nya.
3. Bantu anak membuat daftar kegiatan yang harus dikerjakan.
Bagi anak dengan GPPH, memiliki banyak tugas dan PR bisa menjadi hal yang luar biasa. Bantu mereka dengan membuat daftar tugas yang harus diselesaikan. Satu tugas bisa dipecah menjadi bagian-bagian kecil karena anak dengan GPPH tidak tahan duduk dalam waktu lama.
Misalnya sewaktu mengerjakan PR, pandu mereka mengerjakan kira-kira selama 20 menit. Setelah itu istirahat selama 5 menit. Sewaktu istirahat, beri kesempatan untuk berjalan mengambil minuman atau camilan, berdiri dan meregangkan badan atau keperluan ke kamar kecil. Hindari kegiatan yang mebuat mereka bergerak terlalu jauh dari lokasi belajar. Setelah itu ajak anak untuk kembali mengerjakan PR nya. Setelah anak menyelesaikan tugasnya, biarkan mereka menandai sendiri tugas yang sudah berhasil ia kerjakan.
4. Ajak anak melakukan kegiatan bersama ayah-bunda.
Misalnya mencuci motor, sepeda atau mobil, memasak, membersihkan rumah dan pekarangan. Pada saat ini ayah-bunda bisa saling bertukar cerita dengan anak. Sesuaikan dengan usia anak, beri mereka tanggung jawab kecil mengerjakan tugas-tugas di rumah.
Misalnya mematikan atau menghidupkan lampu, menyusun sendal, memasukan pakaian ke lemari. Kegiatan-kegiatan ini bermanfaat tidak hanya untuk menyalurkan energi anak juga menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak.(*)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.