PASAMAN— Verba volant scripta manen. Pepatah latin itu berarti bahwa segala yang terucap akan menguap, menghilang bersama udara. Sementara segala yang tertulis akan tetap ada, membeku bersama waktu. Sejalan dengan pepatah itu, manusia mudah lupa.
Nasrul Abit sepertinya memahami itu. Karena itu, dalam setiap pertemuan dengan masyarakat sejak awal kampanye, calon Gubernur Sumbar itu selalu membawa buku catatan. Di buku itu ia mencatat semua aspirasi, permintaan, dan keluhan. Dengan begitu, tak satu pun aspirasi masyarakat yang terlewatkan.
Sejak awal kampanye sudah tiga buah buku binder A5 Nasrul Abit penuh dengan catatan aspirasi dari masyarakat. Pada awal kampanye, mantan Bupati Pesisir Selatan dua periode itu membawa buku berwarna cokelat dan terakhir buku bersampul hijau. Biasanya buku dan pena itu mulai ia goreskan saat sesi tanya jawab dengan masyarakat.
“Setiap pertemuan dengan siapa saja selalu saya catat, mulai dari nama yang bertanya, apa yang disampaikannya, permintaannya dan sarannya,” ujar Nasrul Abit, Rabu (18/11).
Bagi Nasrul Abit, buku catatan itu dan aktivitasnya mencatat harapan dan keluhan masyarakat dalam kampanye bukan pencitraan atau pura-pura peduli terhadap masyarakat. Ia melakukan hal itu untuk mengingatkannya tentang aspirasi yang ia serap dari masyarakat. Jika nanti terpilih menjadi gubernur, ia akan membolak-balik buku catatan tersebut. Kalau tidak dia catat, barangkali ada yang terlewatkan karena begitu banyak yang ia pikirkan sebagai pemimpin.
“Ada ribuan masukan, permintaan, dan keluhan dari masyarakat. Ini kalau tidak dicatat bisa lupa. Kalau saya lupa, tentu masyarakat kecewa. Saya tidak ingin masyarakat kecewa,” ucapnya.
Nasrul Abit memasukkan sebagian dari apa yang ia catat itu dalam visi misinya bersama Indra Catri. Kata Nasrul Abit, tujuannya mengunjungi masyarakat ialah untuk pengayaan visi misi yang akan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sumbar.
“Tentu saya saring (aspirasi) karena bermacam-macam permintaan masyarakat, mulai dari soal pandemi Covid-19, bantuan yang salah sasaran, infrastruktur, ekonomi, sosial budaya dan keagamaan. Komplit semuanya. Bahkan ada juga yang bertanya soal pribadi mereka. Namanya juga masyarakat bertemu pemimpin tentu banyak yang akan dikeluhkan dan mereka ceritakan. Semua saya catat dan yang bisa diatasi segera kami segerakan,” tuturnya.
Nasrul Abit mengatakan bahwa hingga akhir kampanye dia akan selalu mencatat aspirasi masyarakat. Dengan begitu, tidak satupun aspirasi masyarakat terlewatkan.
Saat Nasrul Abit melakukan safari politik di Pasaman, kader Gerindra, Khairuddin Simanjuntak, mengetahui maksud Nasrul Abit mencatat di buku catatan tersebut. Karena itu, dengan spontan Simanjuntak mengatakan bahwa beruntunglah masyarakat yang namanya ada dalam buku tersebut.
“Ini perbedaan beliau dengan calon lain. Menulis ide gagasan, permintaan, dan keluhan masyarakat adalah bukti beliau pemimpin yang peduli. Kalau ada calon yang kampanye tanpa mencatat keluhan Bapak dan Ibu, jangan harap dia akan ingat nanti,” kata Anggota DPRD Sumbar dari Pasaman itu.
Menurutnya, kepemimpinan seseorang bisa dilihat dari caranya bersikap dan apa yang dilakukannya saat masyarakat berbicara dan berkeluh-kesah.
“Kalau ada yang bisa diselesaikan segara langsung, beliau respons dan persoalan selesai. Jadi, tidak angguk-angguk saja saat masyarakat menyampaikan aspirasi,” ujarnya. (*)