Padang – Berbicara tentang barak ini tidak terlepas berbicara tentang alumni Politeknik Negeri Padang. Banyak kisah dan banyak Cerita di Barak ini.
Ada ni roy, ada ni des. Mak nyak dan banyak lagi yang lain. Tentu nama nama itu masih segar dalam ingatan kita sebagai alumni Politeknik Negeri Padang yang pernah berjuang di Kampus Bukit Karamuntiang Limau Manih.
Banyak kisah di barak ini, mulai dari urusan makan, buat tugas, cerita lucu dan bahkan mungkin cerita sedih saat menjalani perkuliahan tumpah di barak ini.
Kalau sudah ada di Barak rasanya persoalan sudah selesai karena barak menyediakan suasana yang dapat membuat para pencari ilmu di PNP menjadi lega. Artinya selagi masih ada barak masih ada kehidupan esok hari apalagi di akhir bulan.
Barak adalah harapan bagi mahasiswa terutama bagi anak kos, sehingga mak Nyak. Ni Des. Ni Roy seakan sudah jadi ‘orang tua angkat untuk menyemangati sampai akhir bulan dan ini berlalu disaat awal menginjakan kaki di kampus sampai mengenakan baju toga.
Sebagian nama nama dan foto di pampang di dinding barak yang mengingatkan kita akan perjuangan disaat itu. Layaknya kita memajang foto penindahan jambul saat wisuda yang terpasang di dinding rumah kita. Di barak juga demikian.
Barak adalah tempat mengadu, barak tempat berbagi, barak tempat bersenda gurau, barak tempat berkeluh kesah, barak adalah tempat menyelesaikan tugas kampus dan barak adalah segalanya dalam perjalanan menuju sarjana yang mengandung banyak cerita yang tidak akan pernah habis habisnya. Tidak bisa di pungkiri, Barak adalah saksi yang mencatat perjuangan kita sampai kita di kondisi sekang.
Kini barak itu sepi, tidak satu pun kita melihat penghuni dan pekerja barak ada disitu. Covid 19 sudah memaksa etek etek barak untuk tidak membuka baraknya karena memang sejak pandemi ini, 17 maret 2020 praktis perkuliahan sudah online, mahasiswa belajar dari rumah, barak jadi sepi dan tutup.
Tidak terdengar lagi suara ni roy menanyakan ‘jo apo makan, tidak terdengar lagi suara ni des menyampaikan Indomi ko langsung di campua ka nasi ? kita tidak mendengar cerita itu saat ini. Etek etek barak sudah di rumah mereka masing masing. Covid 19 memenjarakan mereka untuk stay at home. Mereka tidak lagi bekerja, tidak ada pemasukan dan mereka semua terdampak secara langsung oleh covid 19, mereka lqgi bersedih.
Mereka yang dulu pernah merasakan enak nya goreng talua ni des, Sate ni roy, indomi abuih maknyak dan banyak lagi makanan has di barak dengan onggokan nasi tinggi dengan lauk seadanya serta di baluri dengan samba lado jadi teringat disaat pandemi ini.
Dimanakah mereka para etek etek barak saat ini. Laa tahzan etek etek barak. Ibarat hubungan anak dengan orang tua, sillahturahmi yang sudah sangat kental menerawang ke pemikiran saat berjuang mencari ilmu. Rasa itulah yang ada di pemikiran alumni PNP.
Tentu ungkapan kesedihan dan terima kasih saja tidak cukup hanya untuk di ucapkan dan kedekatan bathin itulah yang mengingatkan alumni PNP berbagi buat etek etek barak. Tentu dengan harapan etek etek bara bisa tersenyum, merasa terbantu, bersemangat dan bahagia bahwa mereka tidak terlupakan.
Itulah cerita yang terselip di saat wabah ini oleh Alumni Politeknik Negeri Padang. TARAGAK ka BARAK.
Alumni Terima kasih
Etek etek barak tetaplah semangat
Mudah mudahan hari esok lebih baik
Semoga Covid 19 ini pergi sehingga cerita, keluh kesah di barak ini akan berulang dengan generasi yang berikutnya.
Aamiin YRA. (*)