PADANG – Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Ungkapan itulah yang pas disematkan kepada Ref Irmawati, warga RT02/RW05 Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang, yang kini sukses merintis usaha pembuatan bedcover dengan omzet Rp140 juta sebulan.
Saat ditemui di rumahnya Kamis, (5/11/2020) siang, wanita 41 tahun itu mengaku bahwa usaha pembuatan bed cover dimulai sejak 2014. Usaha ini bisa berkembang, tidak terlepas dari kerja keras dan doa, serta dukungan suaminya bernama Arizal yang kini ikut berjibaku membantu dirinya dalam mengembangkan usaha pembuatan bedcover dengan merek dagang Lintang Sprei.
Di awal usaha ini dimulai, kata dia, begitu banyak kendala yang ditemui. Bahkan untuk membeli mesin jahit bedcover seharga Rp6 juta, dirinya harus membeli dengan cara kredit. Sekarang ini, jumlah mesin jahit bedcover ada sembilan dengan karyawan sebanyak delapan orang.
Mereka, merupakan keluarga dan tetangganya. Dengan delapan karyawan tersebut, Ref dalam sebulan bisa memproduksi sebanyak 200 bedcover. Jika dikonversikan dengan harga Rp700 ribu untuk satu bed cover, maka omzet sebulan sebesar Rp140 juta.
“Ini masih pendapatan kotor, belum dikurangi biaya jasa dan modal. Kalau keuntungan bersih, sekitar Rp15 juta,” ujar Ref.
Sebelum menjadi pengusaha bedcover, Ibu empat anak itu juga menyebut sempat lama menjahit bordir pakaian, yaitu sejak tahun 1996 sampai 2014. Menjahit bordir pakaian itu berawal setelah lulus SMP Negeri 23 Padang. Ketika itu, Ia sempat ingin melanjutkan sekolah. Karena terkendala ekonomi keluarga, keinginan terpaksa Ia kubur dalam-dalam.
Beberapa bulan setelah tamat SMP, Ia pun mendapat informasi adanya pelatihan membuat bordir pakaian di kantor lurah tempat tinggalnya. Kemudian, ia pun ikut. Dan tidak sampai satu bulan mengikuti pelatihan, ia pun bekerja menjahit bordir di tempat Etek (saudara ibunya) bernama Sarilam.
“Etek saya sudah meninggal. Saya kerja sama etek empat tahun lamanya,” ungkap Ref.
Dibantu UPZ Semen
Empat tahun kerja dengan eteknya, bukan waktu yang singkat bagi Ref untuk terus mengasah kemampuannya membuat bordir pakaian. Sehingga dengan kematangan yang dimiliknya, Ref pun di awal tahun 2000-an, berniat untuk membuka jahitan bordir di rumahnya. Namun karena terkendala biaya, Ref menjadi bingung untuk mewujudkan niatnya itu.
Untungnya, Ref disarankan oleh orangtuanya untuk mengajukan permohonan bantuan ke LAZ Semen Padang (sekarang UPZ Baznas Semen Padang – Red) sehingga Ia pun mendatangi Kantor LAZ Semen Padang yang merupakan penghimpun dan pengelola zakat karyawan/ti PT Semen Padang.
Kepada pihak LAZ, Ref pun menceritakan harapannya. Gayung bersambut, pihak LAZ Semen Padang memenuhi harapan Ref dengan meminta Ref untuk mengajukan surat permohonan kepada LAZ. Dan Ref pun diberikan bantuan satu unit mesin jahit bordir dari LAZ Semen Padang.
“Saya mengajukan bantuan ke LAZ Semen Padang, karena sebelumnya orangtua saya juga pernah diberikan bantuan modal usaha membuat tahu isi oleh LAZ Semen Padang. Makanya, saya datangi kantor LAZ Semen Padang. Alhamdulillah, saya pun diberi bantuan” katanya.
Setelah bantuan didapat, Ref kemudian mulai menerima orderan. Namun sayangnya sampai di medio 2014, usaha menjahit bordir tidak kunjung merubah ekonominya. Ia pun mencoba untuk belajar membuat bed cover dengan temannya yang tinggal di Blok B Gadut, Kecamatan Pauh.
Dua hari belajar menjahit bedcover, tiba-tiba datang tawaran membuat bedcover. Dengan senang hati, tawaran itu langsung diterimanya. “Jadi, disitulah ceritanya saya mengkredit mesin jahit untuk membuat bedcover. Nama mesin jahitnya zigzat dengan merek Janome,” ungkap Ref.
Setelah orderan membuat bedcover didapat, Ref pun meminta bantuan suaminya Arizal yang ketika itu bekerja di peternakan ayam petelur di kawasan Koto Baru untuk ikut mencari langganan. Dengan senang hati, suaminya pergi ke Pasar Raya Padang. Satu persatu toko penjual bedcover didatangi Arizal untuk mempromosikan bed cover buatan Ref.
“Alhamdulillah, ada satu toko yang ketika itu tertarik dan meminta suami saya untuk mensuplai kebutuhan bed cover di tokonya. Dan lewat toko itulah awal kesuksesan kami dimulai. Sekarang ini, ada sejumlah toko penjual bedcover di Pasar Raya Padang yang jadi langganan saya,” tutur Ref.
Saat ini, kata Arizal menambahkan, dirinya tidak lagi bekerja di kandang ayam petelur, tapi fokus membantu istrinya membuat dan mempromosikan bedcover ke toko-toko. Bahkan sekarang ini, ada beberapa toko di Pasar Raya Padang yang menjadi langganan bedcover bermerek Lintang Sprei itu.
Selain beberapa toko di Pasar Raya Padang, juga ada beberapa toko langganan di luar Kota Padang yang jadi langganan istrinya, yaitu di Kota Solok, Solok Selatan dan Pariaman. Kemudian, mereka juga mensuplai kebutuhan bed cover untuk beberapa toko di luar Sumbar, seperti di Sungai Penuh, Jambi dan Bangko.
“Sebelumnya, kami juga mensuplai kebutuhan bedcover di Dumai. Tapi karena pembayaran dari toko di Dumai itu macet, makanya kerjasama kami hentikan,” kata Arizal.
Dihubungi terpisah, Kepala Pelaksana Harian UPZ Baznas Semen Padang Muhammad Arif mengaku bangga dengan kerja keras Ref Irmawati yang kini sukses dengan usaha pembuatan bed cover. Apalagi berkat kemajuan usahanya, Ref juga dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan tempat tinggalnya.
Mudah-mudahan, kata Arif, usaha Ref terus maju dan berkembang, supaya dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. “Teruslah berusaha dan jangan cepat puas. Semoga usaha bedcover buatan Ref, terus mengalami peningkatan,” kata Arif berpesan.
Terkait bantuan mesin jahit bordir pakaian yang diberikan kepada Ref, kata Arif menjelaskan, merupakan bagian dari program bidang ekonomi yang di dalamnya, terdapat sub program pengembangan potensi dan usaha.
“Program ini sudah dimulai jauh sebelum UPZ Baznas Semen Padang ada. Yaitu sejak zakat karyawan/ti PT Semen Padang masih dikelola oleh Lembaga Bazis Unit Korpri PT Semen Padang pada tahun 1995 lalu,” kata Arif. (*)