Dharmasraya, Intrust – Festival Pamalayu yang sukses digelar beberapa waktu lalu, tahun 2022 ini akan kembali ditabuh dengan ruang lingkup yang lebih luas dan komprehensif. Hal itu terungkap saat Pertemuan Bupati Dharmasraya Sutan Riska dengan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid digelar di Kantor BPCB Provinsi Jambi pada Rabu (23/02) guna membicarakan pematangan rencana kegiatan dimaksud.
Turut hadir Gubernur Jambi Al Haris, budayawan Wenri Wanhar, Direktur Perfilman dan Media Baru, Ahmad Mahendra, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Agus Widyatmoko, mantan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar Novrial yang kini Kepala Dinas Arsip Kepustakaan, Kepala Dinas Budaya, Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dharmasraya Sutan Taufik, dan Anggota DPRD Kabupaten Dharmasraya yang juga Raja Padang Laweh, Sutan Alif Tuanku Bagindo Sutan Muhammad.
Dilihat dari kesuksesan Festival Pamalayu pertama, banyak hal yang dapat dipetik, bukan hanya gemanya yang sampai ke dunia internasional, di daerah sendiri juga banyak dampaknya, salah satunya adalah dampak perekonomian.
“Dengan hanya menggelontorkan dana Rp 2 milyar, akan beredar uang sebesar Rp 20 milyar,” ungkap Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan, melalui Kepala Dinas Kominfo, Drs. Rovanly Abdams, M.Si, kepada media ini.
Selain itu, pelaku usaha di sektor pariwisata seperti perhotelan, rumah makan dan restoran juga ikut ketiban rezeki. Dengan banyaknya kunjungan ke Dharmasraya, okupansi kamar hotel di momen tersebut selalu di atas 90 persen. Rumah-rumah makan dan restoran juga selalu ramai.
Ia menjelaskan, sejarah tidak hanya menjadi bagian untuk mengkaji kisah di masa lalu. Akan tetapi lebih dari itu, sejarah dapat dijadikan sebagai pelajaran, kebajikan, motivasi serta inspirasi masa kini dan di masa depan. Banyak peristiwa yang meski terjadi ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu masih relevan dinapaktilasi untuk diambil hikmahnya oleh gerenasi sesudahnya.
Salah satu sejarah yang masih memiliki korelasi di masa kini ulasnya adalah peristiwa yang dipelopori Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singosari pada tahun 1275–1286, untuk menyatukan nusantara melalui sebuah ekspedisi. Oleh para sejarawan peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu.
“Hikmah yang paling urgen dari Ekspedisi Pamalayu tentu saja adalah unifikasi seluruh potensi yang ada di nusantara terutama kekuatan kerajaan di pulau Jawa dan di Pulau Sumatera (Malayu) untuk membendung ekspansi Kerajaan Mongol yang membabat habis seluruh daratan Asia bahkan Eropa saat itu,” terangnya.
Ia memaparkan, diksi unifikasi ditonjolkan di sini karena sesungguhnya filosofi yang diinginkan Prabu Kertanegara melalui peristiwa itu adalah persahabatan dan persaudaraan agar seluruh bangsa nusantara bersiap secara bersama menghadapi upaya penaklukan dari kaum Mongol yang terkenal barbar itu.
Argumentasi bahwa Ekspedisi Pamalayu bukanlah ekspansi dapat dibuktikan dengan Arca Amoghapasa, yang dikirimkan Singosari untuk di tempatkan di Dharmasraya yang saat itu berjaya sebagai kekuatan utama di Pulau Swarnabhumi sebagai tanda mata.
Ditambahkannya, Prasasti Padangroco, tempat dipahatkannya Arca Amoghapasa menyebutkan bahwa arca tersebut adalah hadiah persahabatan dari Maharajadhiraja Kertanagara untuk Maharaja Tribhuwanaraja (Raja Dharmasraya).
Prasasti Padangroco juga menyebutkan bahwa Arca Amoghapasa diberangkatkan dari Jawa menuju Sumatera dengan diiringgi beberapa pejabat penting Singosari. Di antaranya Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabrahma, Rakryan Sirikan Dyah Sugatabrahma, Payaman Hyang Dipangkaradasa, dan Rakryan Demung Mpu Wira. Keberangkatan beberapa pejabat penting dari Singosari untuk mengawal hadiah dari Sang Maharaja tentu merupakan signal soft diplomations yang jauh dari kesan penaklukan.
Jika dihubungkan dengan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan isu-isu kekinian, sejarah Ekspedisi Pamalayu tentu saja masih sangat relevan untuk menggelorakan semangat persatuan bangsa. Hal inilah yang menjadi dasar Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Bupati Dharmasraya, yang merupakan salah satu raja di Tanah Malayu Dharmasraya saat ini, bersama sejumlah pihak menggagas sebuah napaktilas peristiwa penting itu pada Agustus 2019 sampai Januari 2020 yang lalu.
Tingginya antusiasme publik terhadap Festival Pamalayu serta cerita sukses penyelenggaraannya kata Kadis, ternyata telah menjadi perhatian petinggi negara. Bahkan Presiden Joko Widodo melalui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko-pun menyampaikan apresiasi khusus kepada Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan beserta seluruh aktivis, budayawan, sejarawan, tokoh adat, jurnalis dan evant organizer yang turut serta mensukseskan kegiatan tersebut.
Tentu tegasnya, tahun 2022 ini, setelah pelaksanaan vaksinasi dirasa sudah dapat membentuk herd imunity, Pemerintah Kabupaten Dharmasraya mewacanakan akan menghadirkan kembali Festival Pamalayu edisi kedua.
Tak tanggung-tanggung iven kali ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Jika iven perdana hanya melibatkan Kabupaten Dharmasraya sebagai penyelenggara, maka tahun ini juga akan mengikutsertakan sejumlah kabupaten / kota se aliran Sungai Batanghari.
Penglibatan daerah-daerah lain di aliran Batanghari didasari karena sungai tersebut menjadi pusaran peradaban tanah Melayu semasa itu. Peristiwa Ekspedisi Pamalayu juga tidak terlepas dari peran besar Batanghari sebagai urat nadinya Pulau Swarnabhumi. Banyak bukti sejarah peradaban masa lalu yang ditemukan di sepanjang aliran Batanghari yang layak diangkat kembali pada momentum Festival Pamalayu jilid 2 ini.
Adapun daerah-daerah yang akan ambil bagian adalah Kota Jambi, Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Pemerintah Provinsi Jambi. Kemudian, selain Dharmasraya sebagai pelopor, di Provinsi Sumatera Barat juga akan dilaksanakan sejumlah kegiatan pendukung di Kabupaten Tanah Datar.
Sebagai pelopor Pestival Pamalayu, Sutan Riska tentu saja berbangga iven gagasannya berhasil masuk sebagai agenda Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Pasalnya kegiatan yang awalnya hanya diagendakan di Dharmasraya akan tetapi mampu menarik minat pemerintah pusat untuk dijadikan sebagai iven yang lebih besar dan komprehensif.
Dalam presentasi awalnya di depan Hilmar Farid, Sutan Riska dan Pemkab Dharmasraya yang bekerjasama dengan Langgam Productions berharap Festival Pamalayu episode kedua bisa memberi pengaruh yang lebih besar seperti sebelumnya terhadap isu yang sekarang sedang menjadi kecemasan.
“Festival Pamalayu episode kedua akan fokus mengangkat isu lingkungan. Di tengah ancaman krisis iklim, krisis pangan, krisis ekonomi dan krisis jati diri, perlu ada kampanye besar-besaran agar krisis tersebut bisa di atasi. Kegiatan akan kembali dihelat dalam kemasan edukatif, entertaint, dan atraktif,” ujar Sutan Riska.
Adapun rencana rangkaian acara Festival Pamalayu jilid 2 yang akan dilaksanakan di Kabupaten Dharmasraya meliputi lidar (drone), Seminar Arkeologi Pulau Sawah dan Padang Roco, drama musikal, arung pamalayu, rangkaian aktivasi area tanah datar dan ekspedisi.
Kegiatan ini selain melibatkan pemerintah dan masyarakat secara umum. Juga akan mengundang para jurnalis dan influencer. Dengan demikian diharapkan dapat membantu untuk memproduksi konten-konten menarik, demi menggemakan isu-isu yang diangkat ke seluruh penjuru nusantara.
Guna pematangan rencana kegiatan, Sutan Riska akan melaksanakan pertemuan lebih lanjut dengan Dirjen Kebudayaan, yang diagendakan pada bulan April 2022 di Kabupaten Dharmasraya. mbk
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.