AGAM — Sepasang suami istri Bahtiar Kamal (54) dan Eli Warni (52) sibuk memanen cabai merah. Mereka serius memilih buah cabai yang sudah berwarna merah, satu-persatu buah tanaman yang mempunyai nama latin Capsicum annum ini dipetik dengan hati-hati.
Tanpa disadarinya, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah sudah ada dibelakangnya dan ikut panen bersama mereka. “Assalamualakum .. uda jo uni sadang panen lado yo. Buliah ambo ikut bantu panen lado ko,” tanya Mahyeldi.
Setelah diperbolehkan, Mahyeldi dengan penuh semangat, tangannya satu persatu cabe berwarna merah sudah penuh di genggaman tangannya. Cabe merah itu kemudian dimasukkan ke ember berukuran sedang berwarna hitam. Sementara buruh panen lain ada yang menggunakan kain yang dililitkan di pinggang untuk menampung cabai yang digenggaman tangan. Begitu penuh selanjutnya dioper ke karung.
“Alah banyak lado wak, sanang rasonyo bisa bantu uda di siko. Lai buliah ambo acok acok kamari minta lado da,” kata gubernur sambil bercanda.
Selanjutnya Gubernur Mahyeldi mengatakan, bahwa desa ini menunjukkan bahwa daerah sangat berpotensi untuk dijadikan kawasan agribisnis cabai merah.
Kehadiran Mahyeldi yang tiba tiba itu, tak lain hanya ingin melakukan komunikasi sosial (Komsos) dan pendampingan dengan petani cabe di kebun miliknya, kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Lasi Mudo, Pauh, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Minggu (2/5/2021).
“Pagi ini, kami sengaja berkunjung untuk melakukan panen cabe bersama warga dan Alhamdulillah, hari ini saya bisa bertemu langsung dengan ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga,” ucapnya.
Gubernur Sumbar menyebutkan, cabe ini sudah 24 kali panen, sekarang harganya Rp 20 ribu perkilo. Untuk harga tersebut, petani belum bisa dikatakan untung. Minimal harganya Cabe merah sekitar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per kilo itu baru bisa dikatakan untung.
“Insya Allah, ke depannya pemerintah dengan kebijakan kebijakannya bisa menstabilkan harga cabe ini, sehingga semangat para petani cabe bisa bergairah kembali untuk menanam cabe kembali,” ungkapnya.
Mahyeldi berharap, para petani tetap optimis, dituntut membuat inovasi dan terobosan, Kalau petani terobosannya ya seperti ini, butuh keuletan, semangat, serius dan kesungguhan dan ketelatenan.
Melalui pembinaan yang dilakukan oleh PPL Kabupaten Agam, kemajuan petani hendaknya terus dapat berkembang dan maju.
“Seperti Kebun cabe Bahtiar Kamal, salah satu contoh petani yang sukses. Sudah 24 kali panen cabe merah dan Alhamdulillah semuanya sukses,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, petani cabe merah Eli Warni mengharapkan kepada pemprov Sumbar dapat membantu memberikan bantuan pupuk secara gratis atau pupuk bersubsidi kepada petani, karena hampir tiap tahun harga pupuk selalu naik.
“Kami telah melakukan penanaman cabe yang telah mengeluarkan modal sebesar Rp. 15 Juta dengan hasil panen sebanyak 1 ton. Alhamdulillah kami dapat menghasilkan sebanyak Rp. 20 juta dengan keuntungan sebesar lebih kurang Rp. 5 Juta,” ujar Eli.
Menurut Eli Warni, harga Rp. 25.000 merupakan harga ideal di tingkat petani. Meski demikian dikuatirkan akan anjlok pada saat panen raya, pas saat Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah jelas akan memengaruhi penurunan harga cabai.
Eli juga berharap adanya bantuan modal untuk petani cabai agar perekonomian Ppetani cabai bisa hidup.”Kami berharap pihak-pihak terkait memperhatikan Petani cabai tersebut dengan bantuan modal agar mereka bisa hidup,” jelasnya
Tak hanya itu, kata Eli, dirinya minta agar Pemerintah juga membantu pemasaran dari produk olah Petani cabai tersebut.(*)