Catatan : Nofrialdi Nofi Sastera (Wartawan Utama)
Proses pemilihan Ketua Umum KONI secara umum telah selesai Minggu (09/05) kemaren di salah satu hotel berbintang di Padang. Dalam situasi aklamasi dan tanpa penyampaian visi apa pun, H. Agus Suardi Bin alias Abien terpilih menjadi Ketua Umum. Selamat untuk Saudaraku mantan kiper PSP Padang, pensiunan PT. Telkom dan terakhir juga menjadi Ketua KONI Padang selama 7 tahun (periode berjalan).
Disamping terpilih menjadi Ketua, Abien pun menunjuk dua orang muda menjadi Tim Formatur guna membantunya dalam menyusun kepengurusan KONI Sumatera Barat periode 2021-2025. Keduanya adalah Rengga Husada Ketua KONI Solok Selatan dan Hendra Dupa Sekjen Asprov PSSI Sumatera Barat.
Kedua nama di atas diumumkan Abien beberapa menit setelah ia terpilih. Bersama kedua anak muda itu lah nanti Abien akan menentukan siapa kabinetnya yang akan dipilih. Istilahnya, bersama kedua anak muda itu pula Abien akan berusaha membagi kue kemenangan sepantas dan seperlunya, guna memilih orang yang akan membantunya dalam mengurus tugas-tugas KONI di periode empat tahun ke depan.
Sebuah pekerjaan yang juga tak ringan tentunya mengingat beratnya beban yang akan dipikul. Pasalnya selain target 16 medali emas, PON XX Papua nanti juga akan menjadi PON pertama dan terakhir di periode pertama pasangan Gubernur Sumbar Mahyeldi – Audy Joinaldy yang akan berlangsung sampai tahun 2024.
Sebab PON XXI di Aceh-Sumut yang awalnya direncanakan berlangsung 2024, kemungkinan juga akan molor menjadi tahun 2025 mengingat periodesasi PON yang empat tahun. Dengan kondisi demikian wajar kalau Abien perlu menjaga nama baik dan citra Gubernur Sumbar dari sisi olahraga.
Mungkin bagi sebagian orang, membagi jabatan (atau kue kemenangan) sepertinya mudah dilakukan. Toh sekarung nama sudah di tangan. Tapi benarkah begitu, mengingat jumlah pengurus yang akan dipilih takkan lebih dari 100 orang atau bahkan kurang dari itu. Hati-hati. Jika salah memilih, atau ada yang tercecer, sementara ia merasa berjasa terhadap kemenangan Abien, orang itu bisa saja menjadi lawan.
Tulisan yang saya buat Senin pagi (10/05) ini pada dasarnya juga ingin memberi masukan kepada Abien tentang dua hal. Pertama soal kemungkinan kawan menjadi lawan karena ia tidak dibawa menjadi pengurus KONI. Kedua karena sepertinya sudah menjadi tradisi – maaf kalau saya terlalu ekstrim mengistilahkannya – serangan dari pihak-pihak yang sejak awal memang sudah berseberangan dengan Abien. Tradisi ini tidak dapat tidak, sudah sering terjadi di kepengurusan sebelumnya.
Oke, Saya ingin membahas dulu soal kawan yang bisa berubah menjadi lawan jika ia tidak dibawa menjadi pengurus. Pada dasarnya, ada empat kelompok yang perlu jadi perhatian bagi Abien dalam menyusun pengurus KONI Sumbar ke depan. Pertama “menyelamatkan” kawan-kawan yang menjadi Tim Sukses meski tidak bisa semua, karena banyaknya orang yang ada di kelompok itu.
Kedua perlunya unsur tekhnokrat olahraga yang mumpuni. Ketiga perlunya pakar masalah keuangan yang akan membantu Abien dalam membuat laporan pertanggung-jawaban. Terakhir, tidak ada salahnya melibatkan pengurus lama yang solid dan kapabel untuk dipertahankan karena memang dibutuhkan, selain ia juga tidak menjadi partisipan kelompok lain sebelum Musorprovlub.
Bahkan kalau mau meniru Bapak Irwan Prayitno, gubernur sebelumnya, orang yang sejak awal berada di kelompok lawannya pun tetap dipakai menjadi Staf utamanya sampai orang itu pensiun.
Keempat kelompok sebagaimana disebut di atas sebenarnya masih dipecah menjadi lima atau enam, misalnya orang-orang titipan dari “Bapak Anu” atau orang-orang yang sangat dekat dengan Abien. Tapi rasanya cukuplah mereka yang disebut belakang, digolongkan saja kepada kelompok Tim Sukses atau kelompok pertama dari keempat kelompok tadi.
Dengan telah diketahui kelompok-kelompok sebagaimana disebut di atas, tentu saja Abien bersama tim formatur tinggal membuat persentase dari masing-masing kelompok yang akan dibawa jadi pengurus.
Sekali lagi, jika salah-salah membuat persentase, bukan tak mungkin akan ada pihak yang semula kawan berubah jadi lawan. Di sinilah kepiawaian Abien dibutuhkan untuk memberikan pengertian dan meminta kesabaran, terutama kepada tim sukses, karena tidak mungkin semua bisa masuk dalam kepengurusan.
Saya percaya, dengan pengalaman di PSP baik sebagai pemain maupun pengurus dan Manajer Tim, di Telkom dan memimpin KONI Padang sebelum ini, Abien akan mampu meneduhkan hati para pendukungnya agar legowo bila tidak masuk jadi pengurus.
Lalu yang kedua soal tradisi serangan dari pihak-pihak yang sejak awal memang sudah berseberangan. Meski di satu sisi hal ini sudah lazim dan wajar tapi semuanya tetap sangat perlu untuk diperhatikan. Bagaimana pun, yang namanya lawan, pasti tidak akan pernah melihat seribu prestasimu, tapi ia hanya akan fokus pada satu sisi lemahmu. Intinya, meski dengan peluang sekecil apapun ia pasti akan mencari celah untuk menjatuhkanmu.
Di sinilah dibutuhkannya sikap sebagai Ketua yang fokus dan tidak perlu melayani semua serangan yang datang. Ada istilah, biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu, rasanya sangat perlu diterapkan. Lebih dari itu, jika prestasi demi prestasi dan kesuksesan demi kesuksesan telah diraih, lawan manapun suatu waktu juga pasti akan mengakui kehebatanmu. Banyak contoh yang bisa dipetik dari pengalaman sejumlah orang yang mengabaikan serangan lawan tapi hanya fokus kepada pekerjaannya sehingga ia akhirnya berhasil.
Akhirya, seiring mata saya yang mulai mengantuk, saya hanya ingin menyampaikan agar H. Abien sebagai Ketua Terpilih perlu berkaca kepada pengalaman Ketua-ketua KONI Sumbar sebelumnya. Baik dari sisi kawan yang akhirnya menjadi lawan, maupun dari sisi serangan yang pasti muncul dari pihak-pihak yang berseberangan.
- Sejujurnya, hanya mengandalkan “sesuatu” yang hanya tulang punggung selama ini, saya rasa itu bukanlah hal yang bijak. Tapi menjawab semuanya dengan prestasi, itu pasti jauh lebih bergengsi dan akan dihargai.
Itu saja. Selamat bekerja Saudaraku H. Agus Suardi Bin…