Sungguh, tidak akan ada satupun yang menduga duka itu datang begitu mendadak. Syaiful, SH, M.Hum, Penasehat Hukum Majalah dan Media Online INTRUST itu berpulang, justru setelah sekitar satu jam sebelumnya sempat singgah ke kantor media yang beralamat di Lapai Padang itu. Rumah Sakit Tentara di Ganting menjadi tempat terakhir Syaiful menghembuskan nafas terakhirnya.
Selain di rumah duka di Marapalam, malam itu Kamis (27/1), duka serta merta menyelingkupi kantor Kami di Lapai. Kedukaan yang sama juga datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Banyak yang mempertanyakan kepergian Syaiful yang begitu mendadak. Banyak yang tak percaya, Syaiful telah berpulang.
“Apa benar Pak Syaiful telah berpulang Pak Nofi,” ujar Ara Fitri Bendahara KONI Sijunjung via telepon.
“Da Nof, Essy kok sepertinya tidak percaya Pak Syaiful telah berpulang,” ujar Sri Siswani, Wakil Ketua KONI Kota Pariaman yang akrab dipanggil Essy.
Saya pribadi yang baru senja itu sampai di rumah, juga dua kali menerima telepon yang mengabarkan kepergian mantan Ketua MPC Pemuda Pancasila Kota Padang itu. Telepon pertama datang dari Bapak Irnaldi Samin mantan Sekum KONI 2017-2021, disusul telepon dari Fatina Dian Cahyani, salah seorang staf Sekretariat KONI Sumbar. Keduanya membuat saya sempat terpana dan nyaris tidak harus melakukan apa.
Sejujurnya, saya pun tidak percaya kepergian Beliau begitu mendadak. Pasalnya sehari sebelumnya saya juga sempat bercanda dengan Almarhum melalui postingannya di facebook. “Yo sabana santai mah Ketua,” ujar saya mengomentari fotonya sedang duduk santai di sebuah tempat di Pessel dengan latar belakang sebuah sungai. “Duduak kariang se Pak,” ujarnya tertawa.
Ketidakpercayaan saya itu masih saja berlanjut ketika begitu banyak berita di facebook serta pesan WhatsApp yang mengabarkan kepergian Syaiful. Anehnya, saya justru tidak merespon satu pun berita tentang itu. Ketika sampai di rumah duka Kamis malam itu pun saya masih tak percaya kalau lelaki yang telah terbujur kaku di ruang tamu rumah di Marapalam itu adalah Syaiful, SH, M. Hum yang kadang-kadang lebih suka memakai nama Syaiful Yahum itu. Barulah setelah baju yang masih dipakainya berlogo Pemuda Demokrat, dan itu sinkron dengan apa yang diceritakan Reri L. Tanjung. Ya, Syaiful berpulang telah berpulang dengan seragam Marhaen sejati!
Menurut Reri L. Tanjung, Pimpinan Umum INTRUST yang baru sama-sama pulang dari Pesisir Selatan bersama Almarhum, mereka berpisah pada sekitar jam 18.30 sore itu. “Makanya saya begitu shock dan terkejut meninggal berita berpulangnya Pak Syaiful. Padahal seharian kemaren saya berdua terus dengan Beliau. Bahkan sejam yang lalu, Pak Syaiful masih sempat singgah di kantor INTRUST untuk mengantarkan saya,” ujar Reri.
Kepergian Reri bersama Syaiful ke Pessel adalah dalam rangka membentuk kepengurusan DPC Pemuda Demokrat Pesisir Selatan. Syaiful sendiri baru terpilih menjabat Ketua DPD Pemuda Demokrat Sumbar. Itu sebabnya ia begitu rajin dan getol ke berbagai Kabupaten/Kota se Sumbar untuk membentuk kepengurusan DPC Pemuda Demokrat. Di Pesisir Selatan sendiri terpilih sebagai Ketua Toni Mardianto alias Pak Lek yang juga Ketua KONI Pessel.
“Bahkan pada sekitar jam 16.00 WIB tadi, Pak Syaiful masih sempat memposting berita terpilihnya pengurus DPC Pemuda Demokrat Pessel di facebooknya,” tambah Reri.
Kepergian Syaiful SH, M.Hum yang sebelumnya dikenal sebagai Ketua KONI Prov. Sumbar periode 2017-2021, tak pelak telah membuat kalangan olahragawan Sumatera Barat berduka. Tak terhitung banyaknya tokoh dan penggiat olahraga yang hadir di rumah duka Marapalam malam hari ini. Bahkan Ketua KONI Sumbar Agus Suardi juga hadir bersama beberapa orang pengurus.
“Bagaimana pun kita semua berduka atas berpulangnya Pak Syaiful. Sungguh tidak ada yang akan menduga kepergian Beliau begitu mendadak. Tapi begitulah Allah. Jika memang telah berkehendak, tak satupun yang bisa menghambatnya,” ujar Sengaja Budi Syukur, Ketua Pengprov PASI Sumbar yang di KONI kepengurusan Syaiful sempat menjadi Ketua Dewan Penyantun.
Di rumah duka sendiri sejumlah karangan bunga juga telah berjejer rapi. Selain dari Kadispora Sumbar saat ini Dedi Diantolany, juga dari mantan Kadispora sebelumnya Drs. Bustavidia. Karangan bunga yang lain juga banyak lagi dari berbagai kalangan mantan sahabat Syaiful yang juga pengacara dan Penasehat PERADI itu.
Menguasai Masalah & Pekerja Keras
Bicara tentang siapa dan bagaimana Syaiful, mungkin banyak yang sepakat mengatakan bahwa Syaiful adalah seorang pekerja keras, serius dengan apa yang dikerjakannya serta juga menguasai masalah yang digarapnya. Sebagai Ketua Bidang Organisasi di masa Syaiful menjadi Ketua KONI Sumbar, saya mungkin termasuk yang paling sering mengiringi Syaiful, misalnya untuk melaksaakan Musda atau pun melantik pengurus KONI Kabupaten Kota yang telah Musda.
Dari apa yang saya lihat, kentara betul bahwa Syaiful sangat menguasai masalah. Tak hanya seputar daerah tempat pelaksanaan Musda atau pelantikan. Tapi juga menguasai AD/ART KONI maupun masalah-masalah lama maupun terbaru seputar KONI. Ia pun dengan lancar menyebutkan atau menjawab pertanyaan seputar apa yang terjadi dan kenapa sampai begitu.
Karena itu, kalau saja kita tidak memahami masalah secara permanen, lebih baik menyerahkan saja segala sesuatu kepadanya. Ia pasti akan sangat lancar menceritakan semua yang dipertanyakan. Termasuk soal berpidato. Jangan heran kalau pidato Syaiful terkadang begitu menina-bobokkan audiens yang mendengarnya. Karena saking jelimet, jelas dan menyenangkan banyak pihak.
Ada hal lain yang juga saya catat ketika mengiringi lelaki yang juga menjadi Sekretaris KAN di Kenegarian Kubang Sawahlunto itu. Yaitu, selalu menggunakan seragam atau pakaian yang pas dengan situasinya. Saat mana harus pakai jas, saat mana pakai seragam atau saat mana hanya pakai baju kaos biasa, semuanya sudah dipersiapkan Syaiful di mobilnya.
Lebih dari itu semua, saya melihat Syaiful juga sebagai seseorang yang bertanggungjawab atas pekerjaan yang diembannya meski apa pun kondisinya saat itu. Salah satu contoh ketika kontingeh Sumbar akan berangkat mengikuti PORWIL di Bengkulu. Saat itu dana APBD yang diharapkan masih belum cair. Syaiful sendiri saat itu dalam keadaan sakit karena didera beberapa penyakit yang memang sudah cukup lama ia derita. Meski dengan badan sangat kurus dan nafas terkesan sesak, Syaiful tetap maju ke depan. Ia tetap bertanggungjawab sebagai Ketua KONI Sumbar dan mengurus persoalan dana ke PORWIL Bengkulu itu bersama mantan Wagub Sumbar, Almarhum Bapak Nasrul Abit.
Ke Bengkulu sendiri, meski ia bisa menggunakan pesawat, namun ia lebih memilih berangkat dengan bus bersama rombongan. Banyak di antara Kami pengurus KONI yang menyarankan agar Beliau naik pesawat saja. Tapi sekali lagi, Syaiful menolak. Ia justru merasa sangat happy bersama rombongan di atas bus yang membawa sampai ke Bengkulu.
Di Bengkulu sendiri, Syaiful juga termasuk yang paling ngotot memprotes keputusan panitia yang memberikan emas kepada dua atlet – dari Bengkulu dan dari Medan – sebagai juara kembar di cabor Muaythai. Hal mana itu pulalah yang menyebabkan peringkat Sumbar turun setingkat meskipun secara perolehan medali, Sumbar jauh lebih baik dibanding PORWIL-PORWIL sebelumnya.
Soal mempertahankan sesuatu yang diyakininya benar ini, rasanya mungkin tidak sekali dua ia lakukan. Acap kali, kalau ia merasa benar, ia akan mengejar sampai dimana pun. Atau protes bila perlu kalau yang diyakini menang itu dikalahkan orang. Pengalaman di PON XIX Jawa Barat misalnya. Membuktikan bahwa kalau benar, tak perlu ada yang ditakutkan. Saat itu Syaiful yakin benar bahwa Corry pesilat Sumbar menang atas lawannya dari Jateng. Tapi dewan hakim menyatakan kalah. Syaiful protes bahkan di depan Gubernur Sumbar saat itu Irwan Prayitno. Akhirnya protes Syaiful dikabulkan. Corry akhirnya mendapat medali emas dan menjadi juara kembar dengan pesilat dari Jateng itu.
Banyak lagi hal-hal menarik yang bisa diungkapkan dari seorang Syaiful. Sebagai seorang Ketua Umum di KONI misalnya, ia nyaris berlaku sama terhadap semua pengurusnya. Mungkin ada yang mengatakan si anu orang dekatnya. Tapi ketika kesalahan atau kelalaian yang dilakukan sudah melewati batas, ia juga tak segan-segan bertindak tegas dan menegur pengurus yang salah itu.
Lalu dengan ketegasan, keras terhadap keputusan yang telah diambilnya, apakah Syaiful tidak bisa bercanda? Tidak juga. Syaiful ternyata suka bercanda dengan para pengurus yang banyak seusia dengannya. Saya juga termasuk yang paling sering melihat bagaimana Syaiful bercanda dan dicandain Almarhum Mukhtar Anwar, pengurus KONI Sumbar yang telah berpulang 17 November 2020 lalu. Meski sebagai Ketua, Syaiful tidak marah dan tidak sok jaga image ketika dicandain Mukhtar. Ia bahkan lebih sering membalas candaan itu dengan candaan yang lain. Bisa dikatakan, ke 46 orang pengurus KONI Sumbar saat itu, suasananya cenderung tidak terlalu kaku. Hal itu salah satunya ditandai dengan sikap Syaiful yang juga tidak terlalu kaku sebagai pemimpin.
Sesungguhnya, benar kata Rhoma Irama dalam sebuah lagunya. “Kalau sudah tiada, baru terasa. Bahwa kehadiranmu, sangat berharga”. Ya, begitulah yang terjadi pada diri Syaiful. Di saat kepergiannya itu terungkaplah banyak hal tentang Almarhum. Bahwa di tahun 2019 lalu, Syaiful ikut melaksanakan sebuah program Yayasan Pandoe untuk Panti Asuhan Aisyiah di Nagari Lawag Kec. Matur Kab. Agam. Bahwa Syaiful yang juga bergelar Datuak Tumangguang di kampungnya Kubang Sawahlunto itu juga mantan seorang Ketua Racana Pramuka UNES-AAI. Bahwa ia juga pngurus di Yayasan Perguruan Islam (YAPI) dan masih banyak lagi.
Sebutlah mengenai Ketua Pemuda Demokrat Sumbar, jabatan yang baru diembannya. Meski pun belum dilantik, tapi Syaiful sangat serius mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai dari pembentukan DPC-DPC di setiap Kabupaten Kota se Sumatera Barat yang membuat dia sering turun ke daerah untuk melakukan pembentukan pengurus. Bahkan sampai kepada mempersiapkan warna, disain dan berbagai pernik yang dipakai pada baju seragam Pemuda Demokrat Sumbar. Sungguh ia sangat teliti dan jelimet soal itu.
Selamat jalan _Bro_ Syaiful. Jasa dan pengabdianmu terhadap banyak orang khususnya KONI Sumbar pasti akan selalu dikenang. Salah satunya sebagai Ketua Umum KONI yang sukses mengantarkan Sumbar menduduki rangking 11 PON XIX di Jawa Barat dengan perolehan 14 emas.
(*_Nofrialdi Nofi Sastera_*)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.