PADANG – Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di seluruh dunia. Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada awal perkembangannya, sehingga baru terdeteksi dan diobati setelah mencapai stadium lanjut.
Dokter Spesialis Bedah Onkologi dr. Rony Rustam, Sp.B (K)Onk mengungkapkan, kanker disebabkan adanya perubahan sel satuan terkecil dari tubuh manusia, namun perubahan sel tersebut sifatnya tidak mengikuti aturan yang berlaku. Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul hingga membentuk benjolan, lalu bisa menyebar ke jaringan yang sehat, kelenjar getah bening, atau ke organ lain
Salah satu istilah yang sering disebut saat berbicara tentang kanker adalah metastasis. Namun apa pengertiannya? Metastasis merupakan penyebaran sel kanker dari organ asalnya, dalam hal ini payudara, ke tempat lain. Metastasis dapat terjadi melalui beberapa cara, seperti melalui aliran darah, aliran getah bening, ataupun secara langsung. Peran metastasis sangat penting dalam mendiagnosis kanker dan penanganan kanker payudara.
“Dalam mendiagnosis kanker payudara, dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain sesuai kebutuhan, dengan memperhatikan benjolan, serta melihat apakah ada keterlibatan kelenjar getah bening, dan adanya penyebaran pada organ lain,” jelas dokter Rony.
Pada pemeriksaan tersebut, lanjutnya, akan menentukan stadium kanker, yang dibagi menjadi I-IV.
Untuk mengenali Stadium I dianggap stadium awal dan bertahap hingga stadium IV sebagai stadium lanjut. Untuk mengenali apakah ada kanker payudara pada seseorang, terdapat beberapa gejala yang dapat menjadi perhatian seperti, terasa benjolan di payudara dan sering kali tidak berasa nyeri, terdapat perubahan tekstur kulit payudara, kulit payudara mengeras dengan permukaan seperti kulit jeruk, perhatikan juga jika terdapat luka pada bagian payudara yang tidak sembuh, keluar cairan dari puting, terdapat cekungan ataupun tarikan di kulit payudara.
Dalam fase awal, jika sudah besar, disertai tukak dan dalam stadium lanjut, baru dirasakan nyeri, itu menunjukan kondisi yang terlambat untuk didiagnosa. Artinya, kondisi kanker sudah cukup parah dan bisa mengancam nyawa penderitanya.
“Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita,tetapi dapat juga terjadi pada
pria. Namun kemungkinannya 1:1.000 dari kasus yang terjadi,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, ada berbagai faktor resiko yang menyebabkan seseorang terkena kanker bisa dari faktor internal dan eksternal. Berbagai faktor internal resiko kanker payudara diantara berikut:
1. Jenis kelamin
Wanita lebih berisiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara berisiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor genetic
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 meningkatkan risiko tumor payudara sampai 85%.
4. Faktor usia
Risiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar hormonal yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor payudara.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun berisiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
7. Terpapar radiasi
Misalnya pada pasien atau petugas yang sering terpapar sinar X saat melakukan pemeriksaan rontgen.
8. Pemakaian kontrasepsi hormonal
Pemakaian kontrasepsi hormonal (Oral, Implant, dan suntik) dapat meningkatkan risiko tumor payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
9. Konsumsi alkohol secara berlebihan
Sejumlah ahli menyebut kebiasaan mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara setidaknya 5 persen, terutama pada wanita. Jadi semakin banyak alkohol yang masuk ke dalam tubuh, maka semakin tinggi resiko terkena kanker payudara.
10. Gaya hidup/ life style
Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat menyebabkan seseorang terjkena kanker payudara seperti konsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, merokok atau perokok pasif pasif juga dapat mempengaruhi dan menjadi sebabnya.
Dokter Rony mengungkapan, sebaiknya setiap wanita memeriksakan diri agar terhindar dari resiko terkena kanker tersebut. Ia bahkan mengimbau agar setiap 7-10 hari sesudah hari pertama haid melakukan pemeriksaan mandiri pada payudaranya.
“Perbedaan umur dengan semakin meningkatnya usia, maka resiko kena kanker payudara juga semakin meningkat. Bahkan saat seseorang telah berusia 40 tahun, maka ia harus lebih intens memeriksakan diri baik secara medis maupun mandiri.
“Jika ditemukan adanya benjolan, atau nyeri-nyeri yang tidak lazim, maka harus diperiksakan ke dokter.Jangan malu dan takut karena akan mengancam nyawa jika sudah terlambat,” jelasnya.
Untuk melakukan pemeriksaan, seseorang dapat melakukan pemeriksaan di SPH. Ia mengungkapkan, SPH memiliki keunggulan dalam layanan onkologi, termasuk di dalamnya untuk kasus kanker payudara.
Berbagai keunggulan SPH antara lain:
1. SPH memiliki alat diagnostik canggih seperti Mammografi dan CT Scan. Mammografi dapat digunakan sebagai alat screening dan mampu mengenal benjolan yang masih berukuran kecil.
2. Mampu melakukan operasi kanker payudara dengan tetap mempertahankan payudaranya jika kanker ditemukan masih dalam keadaan kecil dan memenuhi syarat-syarat tertentu.
3. Memiliki alat diagnostik pasti seperti Laboratorium Patologi Anatomi dan tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Dokter Rony mengatakan, kasus kanker payudara masih cukup tinggi, terutama di Indonesia. Menurut data Laboratorium Patalogi Anatomi tahun 2003-2007, ada frekuensi sekitar 26-28 persen penderita kanker payudara yang datang untuk melakukan pengobatan. Sementara angka kematiannya berada pada angka 20/100.000 penderita.
Selain itu, berdasarkan laporan WHO melalui Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (The International Agency for Research on Cancer/IARC) yang terbit Desember 2020, jumlah penderita baru di Indonesia mencapai hampir 400.000 kasus selama 2020; dan 54 persen kasus terjadi pada perempuan.
Kemudian menurut perkiraan statistik, ada sekitar 23.150 kasus baru di Indonesia setiap tahunnya, namun angka tersebut tidak pasti, karena banyak juga kasus yang penderita kanker payudara tidak datang ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.
“Karena itu, jangan sampai terlambat memeriksakan diri ke rumah sakit agar terhindar dari kanker payudara. Periksa sedari dini jika perlu. Bahkan pemeriksaan mandiri juga dapat dilakukan, silahkan cek saja panduannya di website Kemenkes atau situs kesehatan lainnya. Selain itu, sebisa mungkin hindari juga faktor resiko dari luar agar tidak menyesal di kemudian hari,” tuturnya.(*)