Padang, majalahintrust.com – Ketua Komisi III DPRD Prov. Sumbar Ali Tanjung membantah adanya rekomendasi DPRD Sumbar yang membolehkan alihfungsi Gedung Kebudayaan menjadi hotel.
“Tidak ada itu. Itu keliru dan menyesatkan” katanya menanggapi pertanyaan salah seorang peserta diskusi tentang “Rumah Seniman Masih Perlukah” yang digelar oleh Forum Perjuangan Rumah Seniman Budayawan (F-PRSB) Sumbar di Taman Budaya, Selasa 28/2 kemaren.
Diskusi dengan pembicara M. Shadiq Pasadigoe dan Hasril Chaniago ini dihadiri oleh akademisi, seniman budayawan, wartawan, instansi terkait dan pengamat seni budaya lainnya
Diskusi yang dipandu DR Hermawan, MHum ini berlangsung cukup hangat. Baik pembicara mau pun tanggapan audience, seperti sederap langkah untuk mempertahankan “rumah” seniman yang sejak 1978 lalu berkat SK Mendagri, bernama Taman Budaya dibawah Dirjen Kebudayaan Mendikbud, yang sebelumnya bernama Pusat Kesenian Padang (PKP) itu. Lalu sejak 2001 dikelola oleh Pemprov Sumbar, yang berganti-ganti SKPD. Dari Depdikbud, Kemenparsenibud, balik lagi ke Kemendikbud dan terakhir sebagai salah satu UPT Dinas Kebudayaan Prov. Sumbar.
Mantan Bupati Tanahdatar dua periode, M. Shadiq Pasadigoe menyebut adalah mereka yang tidak berbudaya dan ingin menghancurkan nilai-nilai budayalah yang secara sistematik mengusir (memarjinalkan) seniman dari rumah kreatif mereka.
“Ketika saya bupati, saya memperkuat akar budaya dengan mendirikan Dewan Kesenian dan membuat lagu mars yang diciptakan komponis B Andoeska,” katanya dan menyebut banyak sanggar dan komunitas seni di kota budaya Batusangkar.
Sadiq tampak geram dengan munculnya wacana alihfungsi Zona C Gedung Kebudayaan Sumbar yang mangkrak sejak dua tahun itu, tiba-tiba dialihfungsikan menjadi hotel berbintang dengan alasan pengoptimalan demi menggenjot PAD.
Pada bagian lain, wartawan senior yang banyak menulis biografi, Hasril Chaniago mengatakan seharusnya kita tidak hanya memikirkan profid, tetapi juga benefid. Maksudnya, untuk meningkatkan penghasilan asli daerah (PAD) kita juga memikirkan dampak negatifnya misalnya dengan memikirkankan ruang kreasi, inovasi dan karya bagi seniman.
Pada hal, tambah Hasril Chaniago, berkat karya senimanlah kota Padang, Sumbar dikenal secara nasional dan internasional. Dia menyebut walikota Padang masa orde baru, Hasan Basri Durin yang tahu kebutuhan seniman. Padang dikenal, dan walikota itu jadi gubernur dan menteri.
Diskusi kemudian semakin hangat ketika Ketua Komusi III DPRD Sumbar, Ali Tanjung mengatakan bahwa alihfungsi zona C Gedung Kebudayaan Sumbar telah ditolak oleh beberapa fraksi.
Budayawan/wartawan senior lainnya, Fachrul Rasyid malah pesimis pada Pemprov Sumbar untuk membangun daerah ini dengan serius.
“Gubernur tampaknya tidak serius membangun infrastruktur daerah ini,” katanya sambil menyebut beberapa kasus rencana pembangunan yang selalu bermasalah seperti Airrunding dan bertele-telenya masalah pembebasan lahan untuk jalan tol dari Padang ke Perbatasan Riau itu.
“Sekarang mau bangun hotel bersama investor? Ini kan akal-akalan saja” lanjutnya sambil menggeleng.
Disebutkan, baru-baru ini kita ketahui Novotel Bukittinggi harus bayar hutang, sehingga kontribusinya terhadap PAD hanya puluhan juta saja. Sementara Balerung Hotel di Jakarta merugi milyaran tiap tahun.
Fachrul mengharapkan hendaknya DPRD memanggil gubernur dan perwakilan seniman budayawan untuk membicarakan ini. Jangan main pimpong lah. “Seniman pasti menolak alihfungsi Zona C Gedung Kebudayaan ini,” lanjutnya.
Pada bagian lain, sutradara film, sineas, Alwi Karmena dengan satire mengatakan sebaiknya seniman membakar saja karya-karyanya, dan buat kuburan seni di sini. “Karena pemerintah seperti telah mengabaikan seniman. Ini pembunuhan kebudayaan,” tegasnya.
Diskusi ini juga diselingi pembacaan puisi Berdarah karya Sutardji Calzoum Bacri oleh Zamzami Ismail dan puisi Indonesiaku karya Hammid Jabbar oleh deklamator Boyke Sulaiman.
Ikut hadir juga sejumlah budayawan, akademisi, wartawan, seperti, Prof Dr. Harris Effendi Thahar, DR. Yulizal Yunus, DR. Harfiandri, DR. Endut Ahadiat. Alwi Karmena, M. Ishak, SH.MH, Syarifuddin Arifin, Erry Mefri, B.Andoeska, Rizal Tanjung, Armeynd Sufhasril, Deslenda, Ka’bati, Julia F Agusta, Rahmat Watira, dll. if
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.