Jakarta – Dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan air secara nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mentargetkan pembangunan 500.000 hektar irigasi dan merehabilitasi 2,5 juta hektar jaringan irigasi mulai tahun 2020 hingga 2024 mendatang.
Infrastruktur irigasi berupa bendung dan saluran irigasi salah satunya akan dibangun di Kota Pagaralam Sumsel yakni jaringan irigasi Lematang yang berfungsi untuk melengkapi bangunan utama Bendung Lematang yang telah selesai pada 2019 lalu.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, Kementerian PUPR telah membangun banyak bendungan di berbagai daerah dan selanjutnya akan diikuti dengan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi untuk menunjang produktivitas sentra-sentra pertanian. Diharapkan dengan meningkatnya produktivitas pertanian, juga dapat membantu pemulihan ekonomi pasca Pandemi COVID-19.
“Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata dimana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Basuki beberapa waktu lalu.
Bangunan utama Bendung Lematang dibangun dengan membendung aliran Sungai Lematang sepanjang 2,6 Km dan lebar 5 meter dengan target melayani irigasi seluas 3.000 hektare. Konstruksinya dikerjakan oleh kontraktor PT Nindya Karya-PT Surya Prima Abadi (KSO) dengan nilai kontrak Rp 273,1 miliar.
Bendung Lematang juga dilengkapi sarana dan prasarana pelengkap bendung utama seperti saluran kantong lumpur sepanjang 166,7 meter, jembatan beton sepanjang 31,14 meter, jalan akses dengan perkerasan beton sepanjang 2,6 Km, dan saluran induk sepanjang 10.065 meter.
Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII, Ditjen Sumber Daya Air (SDA) juga akan melanjutkan pembangunan saluran sekunder dan tersier untuk mensuplai irigasi pertanian di Kota Pagaralam.
Terdapat 5 saluran sekunder yang akan dibangun yakni Daerah Irigasi (DI) Tapus seluas 502,27 Ha, DI Plang Kenidai seluas 802.85 Ha, DI Selebang seluas 206.79 Ha, DI Jokoh seluas 980.22 Ha, dan DI Saripaya seluas 387.05 Ha.
Pembahasan Rencana Perkiraan Biaya (RPB) telah dilaksanakan pada awal 2020 dengan perkiraan kebutuhan biaya pembangunan Lematang Fase II sebesar Rp 560 miliar yang digunakan untuk saluran premier dan saluran sekunder Plang Kenidai dan dibagi menjadi 3 paket pekerjaan.
Selanjutnya Fase III dengan kebutuhan biaya sebesar Rp 230 miliar digunakan untuk membangun saluran sekunder Tapus, Selebang, Jokoh, dan Saripaya. Pekerjaan konstruksi direncanakan mulai dibangun pada TA 2021. (*)