Padang, majalahintrust.com – Spirit perjuangan Sitti Manggopoh yang melakukan perlawanan pada serdadu Kolonial Belanda di Nagari Manggopoh Kabupaten Agam Sumatera Barat pada 15 Juni 1908 patut terus diwariskan kepada generasi muda bangsa Indonesia.
Sitti Manggopoh seorang perempuan pemberani terbukti mampu menyerang markas Belanda di tengah malam hingga menewaskan 53 orang serdadu Belanda.
Demikian terungkap pada Diskusi Buku “Sitti Manggopoh Pejuang Perempuan Dari Minangkabau (1881-1965)”, Senin (25/8/2025) di aula LKBN Antara Biro Sumbar, Padang.
Diskusi yang dibuka Kepala Biro LKBN Antara Sumbar Syarif Abdullah menampilkan pembicara Ketua DPD SatuPena Sumbar Sastri Bakry dan Ketua Asosiasi Siti Manggopoh (ASM) Sumbar Basnurida, moderator Adv. Nur’aini SH. Hadir kedua penulis buku Armaidi Tanjung dan Dr. Hendri, S.Pd., M.Pd, Ketua Ikatan Keluarga Besar Manggopoh (IKBM) Padang Jufri Nur, Bendahara IKBM Padang Lendra Devina, pengurus dan anggota ASM Sumbar.
Syarif Abdullah pada pembukaan menyebutkan, mudah-mudahan semangat Sitti Manggopoh tersebut bisa dibangkitkan dan diwariskan kepada generasi muda. Jadi tidak hanya sekedar diskusi buku, harus bisa lebih dari sekedar pewarisan semangat juang Sitti Manggopoh yang terkenal pemberani itu. Sehingga ke depan sosok Sitti Manggopoh menjadi pendorong dan penyemangat agar makin banyak perempuan-perempuan Minang yang tampil dengan kemampuan yang dimilikinya.
Ketua Panitia, Hesti Nelvia menyatakan, diskusi buku Sitti Manggopoh yang diselenggarakan pada suasana peringatan HUT RI ke-80 sangatlah tepat. Melalui diskusi buku ini bagaimana kita kembali mengenang, menggali dan mewariskan nilai-nilai perjuangan dan keberanian yang sudah dilakukan Sitti Manggopoh dalam perlawanan terhadap serdadu Belanda di negerinya.
“Diskusi buku ini menjadikan spirit bagi peserta dan pembaca buku Sitti Manggopoh dalam membangun masyarakat ke arah yang lebih baik,” sambung Sastri Bakry.
Mengapa perlu mewariskan keberanian Sitti Manggopoh, kata Sastri Bakry, karena dulu itu perempuan hanya berada sebagai peran domestik. Perempuan tidak boleh banyak di luar rumah, apalagi melakukan perkelahian yang dimulai dengan belajar silat bela diri.
“Sitti berhasil membuktikan dirinya mampu berbuat melakukan perlawanan kepada Belanda yang bertugas” kata Sastri Bakry penerima penghargaan sebagai pelaku/penggiat sastra yang berkiprah selama 40 tahun dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa RI tahun 2025 ini.
Penulis buku Armaidi Tanjung dan Hendri, sepakat menyebutkan bahwa Sitti Manggopoh merupakan perempuan pejuang dengan mental yang kuat, memiliki jiwa pengorbanan yang tinggi untuk mengusir Belanda dari negerinya. Sitti Manggopoh bersama pejuang lainnya yang semua laki-laki, sangat tidak suka melihat kurenah (perangai) serdadu Belanda yang bermarkas di Nagari Manggopoh.
“Selain pajak yang diterapkan Belanda memberatkan masyarakat, perilaku serdadu Belanda yang ada di Nagari Manggopoh sudah banyak melanggar norma-norma di masyarakat setempat. Dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat, perbuatan yang tidak disukai masyarakat Manggopoh misalnya menculik anak perempuan yang masih perawan sesuka hati baik siang, sore, malam, bahkan memulangkan keesokan harinya. Tindak tanduk Belanda ini menyebabkan masyarakat Manggopoh membenci serdadu Belanda,” kata Hendri, ASN di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat ini.
Diskusi berakhir dengan tanya jawab yang antusias ingin mengetahui sosok mande Siti. r-ns
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.