KEP. MENTAWAI — Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa bambu (PLTBm) berkapasitas 250 Kilo Watt (KW) hadir di Desa Saliguma, Siberut Tengah, Kepulauan Mentawai, merupakan pengembang pembangkit tenaga listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) PLTBm pertama di Provinsi Sumatera Barat.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bapppenas) terus mendorong pengembangan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Selain meningkatkan bauran energi, langkah itu diharapkan bisa mengurangi kebergantungan terhadap energi fosil.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bapppenas) meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di Desa Saliguma, Pulau Siberut Tengah, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa (17/9/2019). Adapun bahan bakar PLTBm ini adalah bambu.
Dalam sambutannya Menteri PPN Bambang Brodjonegoro menyampaikan, PLTBm tersebut merupakan proyek hibah MCC Amerika Serikat yang dilaksanakan oleh PT Charta Putra Indonesia (CPI).
“Pembangunan PLTBm ini sangat unik menggunakan bambu sebagai bahan bakarnya. PLTBm pertama di Indonesia yang dilaksanakan PT. CPI selama lima tahun,” kata Menteri PPN.
“Pemk‎ab Mentawai juga telah melakukan kerjasama dengan perusahaan daerah PLN melalui excess power,” ujarnya.
Adapun PLTBm ini dibangun di tiga desa, yaitu Desa Saliguma dengan kapasitas 250 KW , Desa Madobag dengan kapasitas 300 KW, dan Desa Matotonan dengan kapasitas 150 KW.
Untuk meningkatkan keandalan sistem kelistrikan di Pulau Siberut, ke depan PLN berencana untuk melakukan interkoneksi PLTBm Madobag ke Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Meileppet dan PLTBm Matotonan dengan PLTD Peipei.
Selanjutnya Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi penghargaan tinggi kepada Kementerian PPN yang telah hadir dan berkarya ditengah-tengah masyarakat Sumbar, khususnya di Kepulauan Mentawai.
“Dengan hadirnya PLTBm di Kepulauan Siberut Energi Terbarukan bisa mengalirkan arus listrik di daerah terisolir jadi terang dan bisa mencerdaskan pendidikan anak bangsa serta meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di Mentawai,” kata Nasrul Abit.
Hal ini tentunya membuat masyarakat setempat mendapatkan dua keuntungan yakni listrik dan penghasilan dari berjualan bambu untuk pembangkit listrik. Energi terbarukan dengan menggunakan bambu itu merupakan yang pertama kalinya di Indonesia dan hal itu juga pertama kali bagi masyarakat yang belum teraliri listrik selama ini.
“Dengan ada aliran listrik selama 12 jam, masyarakat Silaguma dapat keuntungan dua sekaligus, yaitu dapat untuk dari penjualan bambu dan desa bisa terang dengan aliran PLTBm,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa keberadaan PLTBm ini, selain terbarukan, juga menggunakan bambu yang kebetulan berasal dari masyarakat. Masyarakat menjual bambu yang mereka tanam kepada pembangkit listrik dengan harga Rp700 per kilogram.
“Mudah-mudahan dengan ada PLTBm ini, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan tidak ada lagi daerah tertinggal di Sumbar,” tuturnya.
Nasrul Abit menambahkan, Proyek PLTBm Silaguma ini diharapkan menjadi contoh konsep energi terbarukan berkelanjutan, dan tidak ada lagi daerah 3T yaitu Terdepan, Terluar, dan Tertinggal di Sumbar.
Disisi lain Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet mengatakan sejumlah kendala yang saat ini dialami untuk pengelolaan PLTBm yang sudah dibangun di tiga desa di Mentawai adalah tenaga teknis yang ahli dalam pengelolaan. Namun demikian, Pemkab Mentawai siap mencarikan solusi agar masalah bisa teratasi.
Kendati sudah teraliri listrik, namun PLTBm ini baru mampu mengaliri listrik pada masyarakat selama 12 jam saja, namun kedepan seluruh unit PLTBm itu akan digabungkan sehingga tercipta interkoneksi listrik.
“Rencananya ketiga pembangkit listrik itu akan digabungkan melalui jaringan listrik sehingga hasilnya akan maksimal diterima warga,” ungkap Yudas.
Sementara untuk nilai investasi pada pembangunan tiga pembangkit listrik tenaga tersebut mencapai Rp150 Milyar. Bupati Mentawai berharap pengaliran listrik ini akan diperluas terutama di seluruh daerah Kabupaten Mentawai. Karena masih banyak desa di Kabupaten Mentawai yang perlu listrik.
“PLTBm ini telah lama dinantikan oleh masyarakat Mentawai dan syukurlah sekarang mereka sudah dapat menikmati listrik,” imbuhnya.
Setelah dilakukan uji coba, pembangkit listrik bambu ini bisa berjalan selama 12 jam mulai dioperasikan pukul 18.00 WIB sampai pukul 24.00 WIB, untuk wilayah Desa Saliguma ada 388 Kepala Keluarga (KK) yang menikmati listrik Biomassa bambu, sedangkan di Desa Madobag 468 KK, dan di Desa Matotonan 256 KK.
Selanjutnya Bupati Mentawai meminta pada pemerintah pusat maupun provinsi tetap mendukung pembangunan PLTBm dalam bentuk pengelolaan, sehingga tetap bermanfaat masyarakat di Mentawai.
Peresmian PLTBm pertama di Sumatera Barat (Sumbar) ini turut hadir dan disaksikan Wakil Gubernur Nasrul Abit dan Bupati Kep. Mentawai Yudas Sabaggalet, Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM FX Sutijastoto, Dirjen Bisnis Regional Sumatera Wiluyo Kusdwiharto, Kepala Bappeda Sumbar, Sekda Mentawai, Forkopimda dan pimpinan OPD Mentawai.(*)