Wajo – Di sela-sela persiapan peresmian Bendungan Paselloreng dan Bendung Gilireng, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau Bendung Gerak Tempe di Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (9/9/2021).
Bendung gerak Tempe merupakan infrastruktur sumber daya air yang membendung aliran sungai Cenranae guna mempertahankan muka air Danau Tempe pada elevasi tertentu agar bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat.
Danau Tempe merupakan salah satu dari 15 danau kritis di Indonesia yang sebelumnya mengalami pendangkalan akibat masifnya pertumbuhan eceng gondok, sedimentasi, dan okupasi lahan. Revitalisasi dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) Ditjen Sumber Daya Air (SDA), Kementerian PUPR berupa pengerukan, pemancangan cerucuk bambu, pengendalian gulma air dengan pembersihan rutin eceng gondok serta pemasangan geokomposite dan geosintetis guna mengembalikan fungsi alami Danau Tempe.
Dalam kunjungannya, Basuki berpesan kepada BBWS Pompengan Jeneberang agar terus memperhatian persoalan enceng gondok dan okupasi tanah untuk menjaga fungsi alami danau sebagai tampungan air. “Kita jangan lemah karena ini diatur Perpes (Peraturan Presiden) sebagai danau prioritas. Jangan sampai turun elevasi airnya (muka air), kita harus pertahankan,” kata Basuki.
Menurut Basuki, penyelematan Danau Tempe penting mengingat akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Adanya Bendung Gerak Tempe akan membendung aliran air dari Danau Tempe pada musim hujan sebagai pengendali banjir di wilayah hilir Sungai Cenranae dan mempertahankan muka air danau pada musim kemarau pada elevasi tertentu untuk menjaga kontinuitas air irigasi area pertanian dan perikanan.
“Pak JK (Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla) pernah cerita dulu Danau Tempe merupakan sumber suplai ikan gabus untuk seluruh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di wilayah Indonesia Timur,” tutur Basuki.
Keberadaan Bendung Gerak Tempe selain memberikan manfaat di bidang pertanian dan perikanan, juga sebagai penyedia pasokan air baku sebesar 377 liter/detik untuk kebutuhan air PDAM di kota/kabupaten sekitarnya sebanyak 230 liter/detik dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) sebesar 147 liter/detik serta sebagai sarana pariwisata dan transportasi air dari Sungai Cenranae ke Danau Tempe melalui fasilitas pintu navigasi.
Konstruksi bangunan bendung utamanya menggunakan beton bertulang, lebar bentang 90,5 meter, dilengkapi empat set pintu utama (roller gate) selebar 5 meter, dengan penggerak tenaga listrik. Fasilitas lainnya yang cukup unik adalah tersedianya tangga ikan (fish ladder) lebar tiga meter, panjang 27 meter, terletak di sebelah kanan bendung.
Bendung gerak yang telah selesai pembangunan pada 2013 tersebut juga dilengkapi jembatan kokoh dengan bahan plat beton bertulang, disangga gelagar baja sepanjang 90,5 meter, lebar lima meter.
Turut mendampingi, Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Iwan Darmawan Aras, Inspektur Jenderal Kementerian PUPR T. Iskandar, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Jarot Widyoko, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan. Endra S. Atmawidjaja, Direktur Bendungan dan Danau Ditjen SDA Airlangga Mardjono, Kepala Balai Teknik Bendungan Duki Malindo Ditjen SDA, Kepala Pusat Analisis Pelaksanaan Kebijakan Hariyono Utomo.
Kemudian Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Adenan Rasyid, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III Sulsel Muhammad Insan. (*)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.