Padang, majalahintrust.com – Kesadaran menjaga kelestarian laut tumbuh di kalangan nelayan tradisional Sumatera Barat. Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Muara Anai di Kota Padang dan Ulakan Tapakis di Kabupaten Padang Pariaman menyatakan komitmen untuk tidak lagi menggunakan pukat harimau mini atau kapal osok dalam aktivitas penangkapan ikan. Dukungan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam melindungi ekosistem laut dan biota yang hidup di dalamnya.
Ketua KUB Nelayan Muara Anai, Iral G, mengatakan bahwa kebijakan larangan penggunaan pukat harimau telah memberi pemahaman baru bagi nelayan terkait dampak buruk alat tangkap tersebut terhadap lingkungan. Ia mengakui bahwa nelayan di Muara Anai sebelumnya masih menggunakan kapal osok, namun kini mulai beralih demi kelestarian perairan.
“Kami sudah mendapatkan edukasi dari pemerintah, dan mulai menyadari pentingnya menjaga laut agar tetap lestari. Ke depan, kami berkomitmen menghentikan penggunaan kapal pukat harimau mini,” ujar Iral, Jumat (4/7/2025).
Senada dengan itu, Safaruddin, perwakilan nelayan dari Ulakan Tapakis, menyatakan bahwa kelompoknya telah lama meninggalkan penggunaan kapal osok dan turut menolak praktik penangkapan ikan yang merusak lingkungan.
“Kami tidak lagi menggunakan pukat harimau. Kebijakan ini sangat membantu menjaga laut dari kerusakan yang disebabkan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan,” tegas Safaruddin.
Larangan penggunaan pukat harimau diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 71/PERMEN-KP/2016. Aturan tersebut menegaskan bahwa alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dilarang karena dapat merusak ekosistem laut yang menjadi sumber penghidupan nelayan.
Para nelayan di Muara Anai dan Ulakan Tapakis pun menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas kebijakan tersebut yang diyakini mampu menyelamatkan sumber daya laut dan menjamin keberlanjutan bagi generasi nelayan di masa depan. r
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.