NSR Yalatif : Berharap jadi ASN dan Melanjutkan Pembangunan Ruko Hasil PON Sebelumnya
Wawancara Eksklusif dengan NSR Yalatif
Padang – Tak bermaksud berlebihan, satu-satunya atlet Sumbar yang berpikiran jauh ke depan mungkin adalah Nurushaumi Ramadhani Yalatif M, atlet gantole peraih medali emas pertama Sumbar di PON XX 2021 Papua. Buktinya dari hasil raihan 2 emas di PON XIX Jabar sebelumnya, NSR Yalatif, demikian panggilannya, sudah punya ruko (rumah toko) di kampungnya di Tanjung Gadang Sijunjung.
“Belum selesai Pak. Saya bahkan masih ada hutang sama Pak Philip pelatih saya karena ruko itu,” ujar Latif cepat.
Ruko itu seperti dikatakan Latif harusnya dibangun dua lantai dengan maksud lantai bawah untuk toko dan lantai atas untuk rumahnya. Namun sampai saat ini yang terbangun baru satu lantai yang mau tidak mau digunakan untuk toko sekaligus rumah.
“Itu sebabnya saya berharap dan punya motivasi besar di PON Papua ini salah satunya untuk menyelesaikan ruko tersebut,” tegasnya
Selain berharap rukonya dapat diselesaikan, Yalatif sebenarnya sangat berharap untuk bisa menjadi pegawai negeri atau ASN. Hal ini agar masa depan keluarganya dapat terjamin dan ia bisa latihan dan bertanding dengan nyaman.
Sejauh ini dari raihan 1 emasnya di PON Papua, Yalatif telah mendapat selamat baik lewat telepon maupun video call dari Gubernur Mahyeldi, Wagub Audy Joinaldy, Walikota Sawahlunto Deri Asta, Bupati Sijunjung Benny Dwifa dan lain-lain. Ia tentu berharap agar para pejabat itu mau memberikan perhatian lebih kepadanya.
“Benar, In Shaa Allah nanti saya akan mendapatkan bonus. Tapi untuk jaminan masa depan anak-anak dan keluarga, saya tentu butuh pekerjaan yang tetap,” ujarnya.
NSR Yalatif sebelumnya adalah Guru Kontrak di SD 06 Kubang Tangah Sawahlunto. Namun karena tempat tinggalnya jauh di Sijunjung, maka ia merasa waktunya hanya habis di jalan. Selain itu dengan jarak tempuh yang cukup jauh membuat ia kesulitan untuk latihan.
“Itu makanya saya mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai guru kontrak itu. Untung saja karena status saya sebagai atlet Sawahlunto, saya dapat hidup dari bantuan Pak Walikota Sawahlunto. Termasuk juga dapat bantuan peralatan latihan,” katanya.
Ditanya tentang kesiapan kampungnya Sijunjung untuk menerimanya sebagai atlet, pada dasarnya menurut Latif bisa saja. Apalagi di bawah kepemimpinan Bupati muda Benny Dwifa. Namun ia mengakui sampai saat ini belum ada pembicaraan soal ia kembali memperkuat kampung asalnya. Selain belum ada pembicaraan ke arah itu, juga karena Sijinjung belum punya venue gantole yang memadai.
“Sebagai anak Sijunjung, wajar dong saya punya keinginan memperkuat kampung saya sendiri. Tapi ya, kita lihatlah nanti,” ujarnya.
Yang pasti mulai Minggu (3/10) Latif dan atlet gantole Sumbar lainnya sudah harus bertanding di nomor cross country pada arena PON XX Papua. Seperti halnya di nomor ketepatan mendarat, ia tetap bertanding di kelas B.
“Masalahnya saat ini, fenomena alam di Papua cukup sulit untuk membuat semua peserta dilepas di jenis angin yang sama. Benar bahwa di kelas A dan B kita sudah dipisahkan. Tapi momen angin yang tepat itu yang masih ditunggu,” tambahnya.
Yalatif sendiri tentu masih berharap bisa mengulang suksesnya di nomor ketepatan mendarat sebelumnya. Tegasnya, ia juga ingin mengulang suksesnya di PON Jabar 2016, saat meraih dua emas dari nomor ketepatan mendarat dan cross country.
“Alhamdulillah kita di sini sehat semua. Kami mohon doa dari seluruh masyarakat Sumbar agar mampu memberikan yang terbaik buat Sumatera Barat,” ujarnya.
(*Nofrialdi Nofi Sastera* )
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.