Jakarta – PT Garuda Indonesia(Persero) Tbk (GIAA) memproyeksikan kinerja kuartal I 2020 akan terjadi penurunan pendapatan sebesar 33 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada kuartal I 2020, perseroan memproyeksikan pendapatan perusahaan akan tertekan, sebagai akibat dari penyebaran virus corona atau Covid-19.
Pendapatan operasional pada tiga bulan pertama tahun ini diprediksi merosot 33 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (22/4/2020), turunnya pendapatan ini disebabkan karena turunnya pendapatan penumpang.
Ada dua faktor penyebabnya yakni jumlah penumpang yang anjlok dan harga jual tiket yang lebih rendah dibanding tahun lalu.
Padahal pendapatan penumpang ini menyumbang 80 persen dari total pemasukan perusahaan.
“Kondisi market penumpang ini tentunya menekan Perseroan untuk memangkas kapasitas produksi yang dimiliki, tercermin dari frekuensi penerbangandan ASK (available seat kilometers) yang menurun,” ujar Manajemen GIAA dalam keterbukaan informasi, Rabu.
Tak hanya itu, GIAA juga memprediksi kondisi perusahaan akan semakin terpuruk di bulan Mei-Juni mendatang.
Pasalnya, pada periode tersebut biasanya penerbangan padat (high season) karena liburan sekolah dan juga bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri.
“Beberapa pendapat ahli memperkirakan situasi pandemi (COVID -19) akan berakhir paling cepat pada akhir Mei dan paling lambat pada akhir Juli 2020. Hal ini akan membuat industri penerbangan menjadi semakin terpuruk dikarenakan bulan Mei-Juni seharusnya merupakan high season bagi industri penerbangan dikarenakan adanya Hari Raya Idul Fitri dan juga libur sekolah,” ungkap perseroan dikutip dari kompas
Sebagai perbandingan, mengacu laporan keuangan kuartal I-2019, total pendapatan Garuda mencapai 1,099 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 16,49 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per dollar AS), dari periode yang sama tahun 2018 yakni 983 juta dollar AS atau Rp 14,75 triliun.
Adapun laba bersih 20,48 juta dollar AS atau Rp 307 miliar, dari sebelumnya rugi bersih 65,34 juta dollar AS.
Jika terjadi penurunan 33 persen pendapatan, maka estimasi pendapatan GIAA pada 3 bulan pertama tahun ini bisa sekitar 736 juta dollar AS atau setara Rp 11 triliun. (*)