Pertemuan Bilateral dengan Menteri Infrastruktur Jepang, Menteri PUPR Pererat Kerja Sama Bidang Infrastruktur
Jakarta – Pada hari pertama Asia-Pacific Water Summit ke-4 di Kumamoto, Jepang, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang Tetsuo Saito, Sabtu (23/4/2022).
Menteri Basuki menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia ingin memperkuat kerja sama infrastruktur dengan Pemerintah Jepang, khususnya di bidang sumber daya air (SDA) melalui pembangunan bendungan dan teknologi untuk penanganan bencana dan perubahan iklim. Selama ini telah diadakan berbagai kolaborasi antara kedua negara terkait teknologi bidang SDA.
Kementerian PUPR saat ini sedang membangun 61 bendungan, dimana 29 diantaranya sudah selesai. “Pemerintah Jepang telah memberikan bantuan dengan menghadirkan para ahli bendungan untuk menjadi advisor Menteri PUPR. Kami masih membutuhkan bantuan para ahli bendungan tersebut sehingga kami berharap kerjasama dapat diperpanjang,” kata Menteri Basuki.
Menteri Basuki juga mengatakan bahwa saat ini Kementerian PUPR tengah melakukan evaluasi untuk optimalisasi dan rehabilitasi bendungan yang dipimpin oleh Dr Arie Setiadi Moerwanto, untuk menambah pintu-pintu bendungan dalam rangka penanggulangan banjir.
“Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang bahwa salah satu adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan dengan mengoptimalkan dan merehabilitasi bendungan eksisting,” katanya.
Selain itu, Menteri Basuki mengatakan ke depan ada dua hal yang akan dilakukan Kementerian PUPR. Pertama, pembangunan Ibukota Negara (IKN). Kementerian PUPR meminta bantuan konsultasi supervisi dari Jepang dengan tujuan meningkatkan kualitas bangunan di IKN.
Selanjutnya yaitu program prioritas rehabilitasi dan konservasi 15 danau. Kementerian PUPR ingin mengkoordinasikan program tersebut dengan restorasi Danau Biwa yang tengah dilakukan oleh Pemerintah Jepang.
“Saya lihat kami memiliki masalah yang sama seperti pada case restorasi Danau Biwa yaitu perubahan tata guna lahan dari danau menjadi lahan pertanian, sehingga kami ingin berkoordinasi lebih lanjut terkait rehabilitasi dan konservasi danau,” ujar Menteri Basuki.
Sementara itu, Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang Tetsuo Saito menyampaikan ingin bekerjasama lebih lanjut terkait upgrading pengelolaan Bendungan Kedungombo, Bendungan Citarum, Bendungan Sutami, dan Bendungan Bili-Bili.
Menteri Tetsuo juga mengatakan saat ini Pemerintah Jepang mengeluarkan Undang-Undang baru terkait pengendalian banijr dan ingin melakukan diskusi dengan Pemerintah Indonesia terkait implementasi Undang-Undang tersebut.
“Jepang juga akan mempertimbangkan untuk mengirimkan para ahli dalam rangka mengumpulkan informasi terkait perencanaan IKN dan berharap ada sharing knowledge dengan Pemerintah Indonesia. Kami berharap pemindahan IKN dapat berjalan lancar,” tuturnya. (*)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.