Padang, majalahintrust.com – Keberadaan seniman dengan pelbagai karyanya di tengah masyarakat, tidaklah lepas dari segala bentuk lajunya pola pikir dan kebiasaan dari gaya hidup serta pola sosial masyarakat tersebut.
Banyak realitas dari karya seni yang lahir, terkadang eksistensinya nyata jauh melompati zamannya sendiri. Atau malah bisa jadi tertinggal oleh era yang melingkupinya.
Namun menariknya, justru para seniman masih saja terus memproduksi bermacam karya seninya. Meski terkadang tidaklah semua dari hasil karya maupun eksistensi tsb, dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak, oleh para para stakeholder, atau lembaga pemerintah terkait.
Di sinilah kemudian terjadi situasi yang saling tarik menarik. Hingga pada akhirnya memunculkan kematian seni yang bertabrakan, atas dasar kompromitas dan adaptasi di tengah dinamika masyarakat.
Demikian penggalan dari Orasi Kebudayaan yang disampaikan Prof.Dr.Indrayudha,S.Pd M.Pd, P.Hd, seorang guru besar seni dari Universitas Negeri Padang, sekaligus juga dikenal sebagai koreografer tari, dan pengamat seni.
Orasi yang dibacakan dengan penuh penghayatan itu dalam rangka pertunjukan panggung ekspressi seniman, Selasa, 13 Juni 2023, di pelataran parkir Taman Budaya, Sumbar.
Kegiatan yang digagas oleh Forum Perjuangan Seniman Budayawan Sumatera Barat , saat ini telah memasuki bulan ke enam. Adalah sebagai bahagian dari cara para seniman dalam menyatakan sikap, serta keberatan terhadap rancangan rencana pemerintah provinsi Sumbar, atas dilakukanya alih fungsi gedung zona B dan C, sebagai pusat aktifitas kreatifitas para seniman menjadi bangunan komersial berupa hotel.
Selain orasi kebudayaan, kegiatan ekspresi sebagaimana biasa juga mempergelarkan pelbagai pertunjukan bermacam genre seni.
Diawali dengan pagelaran tari indang kreasi dinamis, dari Galang Dance, pimpinan Deslenda, yang tampil memukau dengan beberapa penari dalam balutan kostum merah. Lalu diteruskan oleh pagelaran tari dari Sanggar Umbuik Mudo, Padang Pariaman. Pertunjukan yang memukau tersebut, menyertakan lima penari tsb, tampil dengan persona yang lain lagi.
Lebih jauh menurut Indrayudha, dengan kian melebarnya ruang polarisasi dalam kehidupan masyarakat, khususnya yang bermuara pada seni, hingga menyebabkan seni pada akhirnya membunuh seni itu sendiri. Tentulah dalam hal ini diperlukan solusi tersendiri. Yakni sebuah sikap kompromitas dan proses adaptasi antara seniman dengan pemegang stakeholder.
Lebih jauh, Indrayudha yang juga diketahui sebelumnya sebagai penulis dari beberapa buku tentang tari, bahwa aspek kompromi & adaptasi sangatlah penting. Baik antara seniman dgn sesama seniman, maupun dengan stakeholder serta pemerintah.
Sehingga dengan demikian kesenian bisa berkonstribusi bagi kemanusiaan.
Sebagaimana diketahui, Panggung ekspresi seni ini, rutin diadakan setiap bulan pada tanggal 13. Pagelaran ke enam bulan Juni 2023 ini, dimeriahkan tak hanya oleh para penyair dari kota Padang, juga diisi oleh Syawaluddin Ayub, atau dikenal dengan Pangeran Anggang dari Kab.50 Kota.
Kemudian, pelukis Kamal Guci dari Padang Pariaman. Serta penampilan yang selalu meriah dari KPJ Sakato serta Yogi Astra, artis penyanyi KDI Indosiar. Serta ditutup dengan penampilan segar Febrian Dwi Nugraha, dari Jakarta. r
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.