Oleh M. Fuad Nasar
Pejabat PPT Pratama Di Lingkungan Kemenag RI
Tahun lalu saya dikirimi sebuah buku menarik oleh penulisnya sahabat saya dr. Muhammad Isman Jusuf, Sp.S dari Gorontalo yaitu Islam, Sehat dan Menyehatkan Saraf (2012). Dalam buku itu dikemukakan, seiring dengan perkembangan zaman terjadi perubahan gaya hidup manusia yang diikuti dengan pergeseran penyakit dari penyakit infeksi kepada penyakit degeneratif, termasuk gangguan pada sistem saraf mulai dari stroke sampai neuropati, dan untuk itu dibutuhkan usaha yang komprehensif dari setiap individu agar senantiasa tetap sehat.
Dalam buku tersebut lebih jauh diungkapkan penelitian para ahli membuktikan dampak kesehatan ibadah puasa, antara lain mengendalikan kadar gula darah, kadar kolesterol, hipertensi, pencegahan stroke, dan lainnya. Ilmuwan dari Jordan University Hospital, misalnya, menemukan bahwa puasa dapat membantu menurunkan kolesterol berbahaya, kadar lemak dan tekanan darah.
Puasa adalah ibadah universal bagi umat Islam yang sedang tidak berhalangan selama satu bulan Ramadhan (QS Al Baqarah [2]: 183 – 184). Puasa merupakan proses transformasi diri dan pembinaan rohani yang berulang setiap tahun. Selain berdampak terhadap kesehatan fisik, puasa meningkatkan kesehatan mental, sebagaimana dijelaskan oleh para ahli yang mengkaji hikmah kesehatan dalam ibadah puasa.
Dalam diskusi webinar Tarhib Ramadhan diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Strategi Nusantara (PPSN) bekerjasama dengan Universitas YARSI Jakarta pada 23 Februari 2025, narasumber Wakil Rektor Bidang Penelitian Universitas YARSI Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D,, dimana saya ditugaskan sebagai pemantik diskusi, dibahas “Puasa Dalam Pandangan Biomedis”. Narasumber yang merupakan peneliti di bidang kedokteran molekuler tamatan dari University of Texas, Amerika Serikat, menjelaskan manfaat puasa secara biomedis: imunologi, kognitif, dan metabolik.
Beberapa kesimpulan sumber dari penelitian disampaikannya bahwa puasa membuat manusia lebih resilien atau memiliki ketahanan secara fisik dan mental. Puasa terbukti mampu menurunkan hormon-hormon pro-radang dalam tubuh manusia. Puasa berdampak meningkatkan imunitas. Puasa memicu autophagy yaitu proses alami dalam sel tubuh di mana sel-sel tersebut memakan komponen yang rusak atau tidak berfungsi guna mempertahankan keseimbangan dan kebugaran sel. Penemuan ilmiah seputar hikmah kesehatan dari ibadah puasa akan terus berkembang di masa mendatang.
Dokter Haji Ali Akbar, cendekiawan muslim dan tokoh pendiri Yayasan Rumah Sakit Islam Indonesia (YARSI) dalam tulisannya “Puasa Dilihat Dari Sudut Ilmu Kedokteran dan Kesehatan,” mengemukakan Ilmu Kedokteran terdiri dari dua bagian, yaitu: Pertama: fisiologi yakni ilmu tentang tubuh yang sehat di mana seluruh organ tubuh berfungsi dengan normal guna mendukung proses hidup manusia. Kedua, patologi, ilmu tentang sel-sel tubuh dan organ-organ tubuh yang sakit.
Obyek ilmu kedokteran dan kesehatan adalah manusia yang merupakan puncak ciptaan Tuhan. Manusia tersusun dari unsur jasmani dan unsur rohani. Dalam bahasa metafora dilukiskan manusia merupakan “makhluk bumi” dan “makhluk langit.” Manusia dilukiskan sebagai makhluk bumi karena lahir, hidup dan mati di bumi. Keberlangsungan kehidupan manusia selamanya membutuhkan udara, air, makanan dan ekosistem di bumi. Manusia juga digambarkan sebagai makhluk langit karena dalam dirinya melekat unsur rohani yang berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Sejak tahun 1984 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) merevisi definisi sehat dari sebelumnya meliputi sehat fisik, sehat jiwa dan sehat sosial, menjadi sehat fisik, jiwa, sosial, dan spiritual. Penambahan aspek spiritual atau religi dalam definisi sehat versi WHO merupakan sebuah evolusi dalam konsep kesehatan di abad modern ini. Integrasi aspek agama dalam kesehatan dan aspek kesehatan dalam agama diharapkan melahirkan paradigma baru dalam memahami konsep kesehatan secara holistik.
Tuntunan syariat Islam dalam pemeliharaan kesehatan meliputi perintah untuk menjaga kebersihan, konsumsi makanan dan minuman halal, anjuran berolahraga, keseimbangan kerja di siang hari dan istirahat di malam hari diselingi ibadah shalat, dan sebagainya. Selain itu Islam mengajarkan suatu hal yang akal dan ilmu pengetahuan tidak dapat memberikan jawaban yakni; untuk apa manusia harus sehat?
Setiap manusia harus berikhtiar untuk hidup sehat karena sesuai dengan tujuan hidup manusia adalah mengabdi kepada Allah Swt, “Tidak Aku jadikan jin dan manusia hanyalah untuk mengabdikan diri kepadaku.” (QS Al-Dzariyat [51]: 56). Makna beribadah mencakup berbuat baik kepada sesama manusia dan memelihara lingkungan hidup sesuai perintah agama atau dikenal dengan Ekoteologi.
Dalam predikat sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di bumi, manusia wajib beragama karena setiap diri memerlukan pedoman hidup yang absolut. Salah satu hikmah ibadah, seperti shalat, puasa dan haji ialah agar unsur rohani dalam diri manusia senantiasa terhubung dengan Al-Khaliq (Maha Pencipta) dan terhindar dari penghambaan diri kepada sesama makhluk.
Selain itu setiap manusia perlu memiliki resiliensi atau ketahanan dan ketangguhan, karena dalam menempuh kehidupan di dunia setiap orang dihadapkan dengan berbagai perubahan, tantangan dan ujian sampai manusia menemui Allah kelak di akhirat. Kehidupan duniawi membutuhkan ketangguhan dan kemampuan beradaptasi dengan alam semesta. Dalam Al Quran surat Al-Balad ayat 4 diungkapkan, Allah telah menciptakan manusia berada dalam susah-payah.
Ibadah puasa Ramadhan secara ideal mengandung hikmah dan manfaat dalam rangka mempertinggi kualitas kesehatan dan kualitas hidup umat. Ajaran Islam dalam tinjauan teori kesehatan menekankan tindakan preventif atau pencegahan sebelum tindakan kuratif atau pengobatan. Sebuah aksioma umum yang sangat dikenal menyatakan “pencegahan lebih baik daripada pengobatan.” Dalam tinjauan empiris, kualitas kesehatan masyarakat di negara-negara muslim yang secara rutin berpuasa seharusnya lebih baik. Puasa dalam Islam dimulai dengan makan sahur yang dijelaskan dalam Hadis mengandung berkah di dalamnya.
Menurut sebuah ungkapan Hadis, “Berpuasalah, supaya anda sehat.” Hasil-hasil penelitian di bidang biomedis membuktikan dampak kesehatan ibadah puasa, sebagaimana dijelaskan di muka. Puasa yang ikhlas dan mengikuti tata cara yang benar sesuai tuntunan puasa Rasulullah dipastikan berdampak pada pemeliharaan keseimbangan kondisi jasmani dan rohani, apalagi ditambah puasa sunnah. Sehat dan sakit tidak lepas dari ketentuan takdir Allah, tetapi sebagai manusia yang beriman kita wajib berikhtiar untuk hidup sehat dan terhindar dari penyakit, kecuali Allah menentukan lain.
Puasa sebulan Ramadhan adalah latihan fisik menahan makan, minum dan pemenuhan kebutuhan biologis di siang hari mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan tujuan mencapai takwa kepada Allah. Takwa adalah kondisi rohani yang ideal bagi orang beriman. Kondisi rohani mempengaruhi kesehatan manusia secara keseluruhan. Kondisi rohani yang baik akan membentuk kecerdasan yang baik pula, bukan hanya kecerdasan otak, tapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Wallahu a’lam bisshawab.(***)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.