Simpang Empat, Intrust – Dengan kondisi geografis dan geoekonomis Sumatera Barat yang sebagian besar masih merupakan wilayah perdesaan atau nagari dimana infrastruktur masih belum selengkap di perkotaan, maka ancaman bencana baik alam maupun non alam sangat besar.
“Pada saat bersamaan Palang Merah Indonesia (PMI) sebagaimana amanat UU No 1 tahun 2018 haruslah berada di wilayah bencana itu paling lambat enam jam setelah terjadi bencana. Keterbatasan yang ada pada PMI membuat PMI harus mencari cara atau terobosan bagaimana pelayanan PMI itu cepat sampai ke nagari di saaat bencana. Tidak ada jalan lain kecuali caranya masyarakat Nagari memiliki juga kemampuan kepalangmerahan paling tidak untuk pertolongan pertama,” kata Ketua PMI Sumbar, H. Aristo Munandar ketika memberi sambutan dalam Rakor PMI Sumbar
Rakor yang berlangsung Rabu (24/8) di aula Kantor Bupati Pasaman Barat itu dihadiri unsur Pengurus PMI Sumbar dan PMI Pasaman Barat dan dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Pasaman Barat, Risnawanto.
Menurut Aristo, PMI tahun ini mulai memprogramkan apa yang disebut Nagari Palang Merah. Yakni nagari yang warganya memiliki kemampuan kepalangmerahan, memiliki kesiapsiagaan atas bencana dan memiliki kemampuan menolong diri sendiri pada saat bencana.
“Kita beri pelatihan kepada anak nagari dengan membentuk PMI Nagari. Kita harap tahap pertama ini tiap Kabupaten/Kota memiliki satu Nagari Palang Merah. Yang kemudian dapat diduplikasi oleh nagari yang lain serta diharapkan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah masing-masing Kabupaten/Kota,” kata Aristo Munandar.
Rencananya, kata Aristo, pada puncak peringatan HUT PMI tanggal 17 September mendatang Nagari Palang Merah itu akan diluncurkan di Pasaman Barat,” kata Aristo.
Salah satu nagari yang disiapkan di Pasaman Barat akan menjadi pilot project bagi program ini, yakni Nagari Sinuruik.
Sementara itu, Wakil Bupati Risnawanto mengatakan sangat berterimakasih atas dipilihnya Pasaman sebagai pusat kegiatan peringatan HUT PMI ke-77 dan memilih salah satu nagari di Pasaman Barat sebagai pilot project nagari binaan PMI.
Risnawanto yang juga Ketua PMI Pasaman Barat mengatakan bahwa keberadaan PMI memang sangat dirasakan di Pasaman Barat terutama setelah terjadi bencana gempa yang lalu.
“Sejak gempa sampai sekarang PMI masih bertahan di daerah bencana, melakukan healing, membina masyarakat, membangun hunian sementara dan bantuan-bantuan lainnya dalam kegiatan panjang tanggap bencana,” kata dia.
Sinuruik yang akan dijadikan Nagari Binaan PMI atau Nagari Palang Merah itu adalah daerah yang terdampak cukup parah oleh gempa yang lalu.
Nagari Sinuruik terletak di Kecamatan Talamu. Nagari seluas 113,26 kilometer persegi terdiri dari 7 jorong, yakni : Paraman, Kemajuan, Benteng, Sianok Ps. Baru, Kemakmuran, Harapan dan Tombang.
Dari data monografinya diketahui nagari ini berpenduduk 7.336 jiwa terdiri dari 3661 laki-laki dan 3675 perempuan, serta 1930 rumah tangga. ***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.