Dharmasraya, Intrust – Hanya hitungan hari, pesta demokrasi nagari di Kabupaten Dharmasraya akan berlangsung. Sebanyak 127 orang calon wali nagari dari 43 nagari yang akan melakukan Pemilihan Wali Nagari (Pilwana) serentak Kabupaten Dharmasraya, sudah siap untuk digelar.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Hasto Kuncoro, yang ditanya media ini menjelaskan, pesta demokrasi nagari yang akan digelar serentak pada 20 Oktober mendatang itu, sudah masuk pada tahapan kampanye. Nagari yang akan menggelar Pilwana tersebut, ada yang kosong wali nagari nya, ada yang hampir habis atau tinggal beberapa bulan lagi. Sedangkan 9 nagari lagi masih panjang masa jabatannya.
Pada Pilwana periode ini ulasnya, 19 nagari yang melaksanakan Pilwana akan bertarung dua calon saja atau head to head. Sedangkan yang penuh kuota calonnya atau sebanyak lima orang calon adalah empat nagari, selebihnya bervariasi tiga atau empat calon saja.
Pantauan media ini di lapangan, dalam Pilwana ini, khusus yang head to head, berbagai macam pembicaraan di tengah tengah masyarakat. Ada lawan yang dicarikan dan bahkan ada bertarung suami istri. Artinya bisa saja tidak ada yang sanggup untuk “melawan” bisa juga minta masyarakat setempat yang tidak ada.
Begitu pula spanduk spanduk calon wali nagari yang akan bertarung pada Pilwana mendatang sudah terpasang. Berbagai ide dan gagasan sudah disampaikan melalui spanduk tersebut.
Ada yang menulis visi dan misinya, ada juga dengan kata kata singkat “lanjutkan” ada juga “teruskan”. Namun masyarakat pemilih lah yang akan menilai masing masing calon tersebut.
Namun, tentu ada “PR” bagi calon wali nagari incumbent yang harus diselesaikan dan tugas berat bagi wali nagari yang akan menduduki kursi wali nagari.
Misalnya saja, Nagari Sikabau Kecamatan Pulau Punjung. PR wali nagari yang saat ini sedang cuti karena ikut bertarung kembali pada Pilwana mendatang, yaitu pasar tumpah sampai ke bahu jalan nasional atau jalan lintas Sumatera (Jalinsum).
Pantauan media ini, setiap Senin yang merupakan hari pasar Nagari Sikabau itu, para pedagang tumpah sampai ke bahu jalan. Hal itu sudah berlangsung sejak lama. Namun sepertinya belum ada solusi dari nagari. Itulah PR yang belum tuntas sampai sekarang.
Belum lagi masalah kultur yang harus diselesaikan di nagari nagari. Apakah itu adat istiadat dan lain sebagainya. mbk
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.