Pariaman, Intrust – Walikota Pariaman Genius Umar menilai pelaksanaan acara Semarak Kumham Pentas Seni Budaya Minangkabau yang digelar di Pantai Gandoriah oleh Kakanwil Kemenkumham Sumbar dalam memeriahkan Hari Lahirnya Kementrian Hukum dan HAM atau Hari Dharma Karya Dhika ke 77 sebagai intervensi positif dari provinsi terhadap kota atau kabupaten.
“Tanpa bermaksud apriori, tapi intervensi provinsi ke kota Pariaman seperti acara Semarak Kumham ini merupakan hal positif yang perlu ditiru dan dilaksanakan di berbagai kota kabupaten lainnya di Sumatera Barat nanti. Karena kalau masih diadakan di Padang, itu rasanya tidak akan terlalu berarti. Karena di Padang itu sudah sangat banyak sekali acaranya,” ujar Genius sambil tertawa di hadapan para tamu dan undangan yang hadir di acara pembukaan Semarak Kumham itu Sabtu (6/8) lalu.
Walikota yang juga didaulat membuka acara ini juga berterimakasih pada Kakanwil Kemenkumham Bapak R. Andika Dwi Prasetya yang telah berinisiatif mengadakan acara ini di Pariaman. Karena acara ini mempertemukan berbagai kesenian dalam sebuah pentas berbentuk festival. Apalagi selama ini setiap perlombaan seni cenderung hanya berlangsung pada satu jenis kesenian saja.
“Meski baru pertama kali diadakan, namun saya merespon baik niat Bapak Kakanwil yang menurut saya luar biasa. Karena meskipun Beliau bukan berasal dari etnis Minang, namun kecintaan dan keinginan Beliau untuk mengangkat nilai dan marwah budaya Minang sungguh luar biasa,” tambah Genius.
Sebelumnya Kakanwil Kemenkumham Sumbar R. Andika Dwi Prasetya menyebutkan bahwa dalam rangka Hari Lahir Kemenkumham atau Hari Dharma Karya Dhika semua Kanwil di Indonesia diminta untuk membuat acara yang sama berupa perayaan biasa sesuai dengan tema “Dengan Semangat Kebersamaan Kita Tingkatkan Kinerja Kemenkumham Semakin Pasti dan Berakhlak”
“Namun saya di Sumatera Barat punya pemikiran lain yakni menggelar festival Semarak Kumham yang mempertemukan aneka jenis seni tradisional Minangkabau. Meski tentu punya konsekwensi pembiayaan, juga beda penilaian, namun saya puas. Karena memang inilah satu-satunya Kakanwil di Indonesia yang punya acara berbeda di Indonesia,” ujar Andika.
Meski terlahir dari keluarga wartawan, namun Andika juga mengaku sebai seseorang yang cinta seni. Itu sebabnya dimana saja ia bertugas, kepedulian dan kecintaan kepada seni budaya lokal menjadi perhatian khusus baginya di daerah mana pun ia bertugas. Seperti di Sumatera Barat, di acara Semarak Kumham ini misalnya, tak kurang dari 26 grup dari berbagai jenis kesenian ikut dalam festival itu.
Dan apa yang dikatakan Andika memang terbukti. Selain banyaknya karya-karya warga binaan Lapas yang dipajang dan dijual di lokasi acara berupa rajutan, pahatan dan berbagai karya kreatif lainnya, di acara pembukaan itu juga ada dua penampilan yang cukup memukau penonton ditampilkan oleh warga binaan di lapas. Kedua acara tersebut adalah Tari Pasambahan yang ditampilkan ibu-ibu warga binaan Lapas Kota Padang serta Kesenian Marawis yang tampil di akhir acara pembukaan dan ditampilkan warga binaan Lapas Kelas III Sawahlunto. Saat marawis ini pula, sejumlah Ibu-ibu pejabat yang hadir – termasuk Ibu Lusi Genius Umar – ikut bernyanyi dan berjoget bersama di hadapan para tamu dan undangan.
Acara festival Semarak Kumham Pentas Seni Budaya Minangkabau ini pada awalnya memang terasa sulit dalam masalah penjuriannya. Pasalnya dari 26 grup peserta yang ikut, mereka menampilkan aneka jenis kesenian yang berbeda. Seperti misalnya ada randai, tari kreasi, solo song, vokal grup, komposisi musik, pertunjukan silat dan lain-lain. Namun begitu sesuai kesepakatan para juri yang berjumlah 7 orang dari berbagai unsur, disepakati, bahwa penampilan keseluruhan menjadi dasar utama penilaian yang dipakai para juri.
“Sebab kalau hanya tari, tentu wirasa wiraga dan wirama yang jadi ukuran penilaiannya. Begitu pula kalau tarik suara yang kriteria penjuriannya menyangkut STEP (suara, teknik, ekspresi dan penampilan). Tapi karena di festival Semarak Kumham ini juga banyak kesenian lain yang tampil, maka penilaiannya lebih ditonjolkan pada penampilan keseluruhan dari sebuah grup. Meski pun sisi-sisi kecil seperti keseriusan, kesamaan gerak dan nada, harmonisasi, serta arransemen musik dan make up juga jadi perhatian kita. Lebih dari itu, waktu tampil yang ditentukan hanya maksimal 15 menit dari setiap grup, juga menjadi ukuran penilaian,” ujar salah seorang juri.
Akhirnya setelah bekerja keras seharian penuh memberikan penilaian, ketujuh juri yang berasal dari LKAAM Sumbar, PWI Sumbar, Bundo Kanduang, Dinas Kebudayaan, Penggiat Seni, Pelaku Seni dan termasuk juga dari unsur Kemenkumham sendiri memutuskan grup tari ISI Padang Panjang sebagai juara pertama. Sedang juara kedua adalah SDN 19 Pariaman yang menampilkan tari kreasi Bagaluik jo Jariang, Juara Tiga terpilih SMK N 7 Padang dengan Tari Kreasi berjudul Laolai.
Sedang Harapan 1 terpilih grup SMA N 1 Kota Pariaman dengan karya kreasi Hoyak Tabuik, disusul harapan II terpilih Sanggar Seni Paga Pasaman Barat . Sedang juara Harapan 3 terpilih Sanggar Seni BRST dengan permainan komposisi musik yang memukau. Terakhir sebagai Peserta Favorite terpilih SMA N 1 Lubuk Alung. ns
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.