Meski belum diumumkan secara resmi, namun kalangan olahraga sudah banyak yang tahu susunan pengurus KONI Sumatera Barat periode 2021-2025. Sebagai pengamat dan pencinta olahraga, saya juga tidak lupa mengucapkan selamat kepada Ompa Ronny Pahlawan dan susunan pengurus yang terpilih.
Tentu ada yang menarik dan rasanya perlu untuk diulas dari Surat Keputusan No. 85 KONI Pusat tentang susunan pengurus yang ditanda-tangangi langsung oleh Ketua Umum KONI Pusat Marciano Norman itu. Itu pulalah yang memicu saya menulis hal ini. Tulisan yang sejak awal saya juga ragu untuk menuliskannya. Karena khawatir ada yang salah mengartikan.
Yang pertama tentu saja judul SK tersebut yakni tentang Pergantian Antar Waktu Pengurus KONI Sumatera Barat Periode 2021-2025. Hal mana itu kemudian dipertanyakan Yohanes Wempi mantan Wakil Bendahara waktu Agus Suardi Bin terpilih jadi Ketua dan dilanjutkan Hamdanus sebagai Plt.
Menurutnya sangat tidak tepat kalau istilah PAW diberlakukan pada SK Nomor 85 itu. Pasalnya, PAW tersebut tanpa angin dan tanpa hujan. Pengurus zaman Abin yang berjumlah di atas 100 orang, tiba-tiba berubah menjadi 65 orang orang, dengan catatan beberapa nama lama tetap ada di kepengurusan di maksud.
Pertanyaan Yohanes Wempi itu tentu merupakan salah satu yang bersiponggang langsung kemana-mana. Banyak pengurus lama yang namanya tidak masuk lagi jadi pengurus, juga menyampaikan pertanyaan yang sama. Kok mereka diganti begitu saja, tanpa pernah ada kesalahan, ada teguran dan atau bahkan pemecatan sama sekali. Justru SK No. 85 itulah yang sepertinya telah memecat begitu saja sejumlah pengurus yang kini tidak masuk lagi.
Jika diurut ke belakang, keluarnya SK No. 85 di tanggal 5 Juli itu sangat bertolak belakang dengan adanya surat dari KONI Pusat No. 595/ORG/VI/2022 tertanggal 30 Juni 2022 yang ditanda-tangani Wakil II Sekretaris Jendral KONI Pusat M. Othniel Mamahit, SH. Intinya, surat tersebut menyatakan bahwa pengurus KONI yang akan mendampingi Ronny Pahlawan jadi Ketua, dikembalikan kepada pengurus lama. Artinya Musyorprovlub yang telah dilaksanakan 16-17 Juni lalu, hanya memilih Ketua Umum KONI Sumbar saja. Periodesasi kepengurusan pun tetap 2021-2025. Hamdanus sebagai Plt malah jelas-jelas disebutkan dikembalikan kepada jabatan lamanya di Wakil Ketua.
Betul bahwa di Musyorprovlub itu terjadi beberapa kelalaian. Seperti peserta membiarkan tata tertib berjalan apa adanya sehingga muncullah jadual yang menyatakan adanya pemilihan 2 (dua) orang formatur yang akan mendampingi Ketua Terpilih dalam menyusun pengurus. Pengurus KONI Pusat yang datang juga hanya membiarkan kelalaian itu terjadi, sehingga tak hanya Ketua Terpilih Ronny Pahlawan, semuanya seperti sepakat bahwa akan ada pemilihan pengurus baru seiring dengan dipilihnya dua orang formatur tadi.
Dari sisi ini saja, kelihatan pengurus KONI Pusat sendiri terkesan membiarkan “kekacauan” terjadi. Kekacauan itu ditambah lagi dengan munculkan SK Nomor 85 yang menyebutkan SK Kepengurusan Pergantian Antar Waktu Pengurus KONI Sumbar Periode 2021-2025. Jumlah pengurus pun 65 orang, tidak 55 sesuai yang diharapkan Wagub. Ditenggarai pula, sejumlah ASN dan aparat aktif masuk dalam SK itu. Selain pantas dipertanyakan pengetahuan Ronny Pahlawan dan kedua formatur tentang masalah syarat jadi pengurus itu, ini pun sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang ada di KONI.
Lebih dari itu – dan ini yang lebih spektakuler – jarak keluarnya antara kedua surat itu hanya sekitar 5 hari saja! Luar biasa..
Apa yang tertangkap dengan fenomena yang terjadi di atas? Yohanes Wempi misalnya sudah memulai menyatakan “perang” dan akan membawa masalah ini ke BAORI (Badan Arbitrase Olahraga Republik Indonesia). Pengurus lama yang lain, saya pikir juga banyak berpikiran sama dengan Wempi. Belum lagi kelompok-kelompok yang sejak awal tidak berada di kubu Ronny Pahlawan saat Musyorprovlub kemaren. Bukan tidak mungkin mereka akan senantiasa mempertanyakan banyak hal seperti yang dikatakan maupun hal-hal lain yang rasanya belum tuntas.
Jujur, jika ini yang terjadi, saya sedih dan merasa prihatin. Pasalnya sudah sejak lama kepengurusan KONI Sumatera Barat selalu ditandai dengan kericuhan, rasa tidak senang dan selalu terkesan “mengganggu jalannya kepengurusan”. Akibatnya kerap, pengurus menjadi tidak nyaman dalam bekerja. KONI Sumbar mungkin beruntung pernah memiliki seorang Syaiful, SH, M.Hum yang memiliki ketegaran sikap dan kesabaran yang luar. Sehingga di zaman Syaiful jadi Plt. Ketua KONI, Sumbar mampu merebut peringkat 11 Besar di PON dan meraih 14 medali emas. Kenapa saya menonjolkan Syaiful, tentu saja itu karena pertanyaannya, apakah Ronny Pahlawan akan bisa setegar dan seteguh Syaiful?
Tulisan ini tentu tidak bermaksud menghantam siapa pun. Tapi sebenarnya mengingatkan kepada kita semua bahwa kondisi dunia keolahragaan Sumatera Barat “diperkirakan” masih tetap belum aman. Selain banyak masalah dengan munculnya dua surat bertolak-belakang dalam jarak hanya 5 hari, konflik-konflik interes yang berawal dari perbedaan kubu waktu Musyorprovlub, tak pelak telah memunculkan kekhawatiran kita tentang nasib prestasi olahraga Sumbar.
Ingat pula, dalam waktu tak berapa lama, tahun 2023, Sumbar sudah harus melaksanakan Pekan Olahraga Provinsi di dua kota, Padang Panjang dan Padang. Lalu di tahun yang sama PORWIL XI juga akan berlangsung, sebagaimana juga Babak Pra Kualifikasi PON di berbagai cabang lainnya. Di tahun 2024, PON juga sudah menunggu di Aceh dan Sumatera Utara.
Tentu saja untuk itu semua sangat dibutuhkan ketenangan dan suasana enak dari pengurus KONI untuk bekerja. Sebab, kalau masih saja diganggu atau digerogoti dengan persoalan lain, saya khawatir, apa yang menjadi target tidak akan tercapai.
Saya tidak yakin apakah mau atau tidak. Tapi saya ingin mengajak semua insan olahraga Sumbar satu hati, satu sikap dan satu tujuan, memajukan prestasi Sumatera Barat di masa depan. Tentunya kita pulangkan kepada semua insan olahraga, apakah mereka mau memberi kesempatan kepada pengurus yang ada di SK No. 85 untuk bekerja maksimal membangun olahraga Sumbar.
Sesungguhnya saya juga tidak ingin memunculkan sebuah istilah yang baru saja saya dengar tentang olahraga Sumbar. Katanya, olahraga Sumbar telah telah terkena kutukan dan akan selalu memunculkan.
Janganlah. Sekali lagi janganlah seperti itu. Selagi kita masih cinta dengan logo Tuah Sakato di dada, mari kita bersama-sama untuk satu sikap, prestasi olahraga Sumatera Barat akan lebih baik. Semoga…
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.