PADANG – PT Semen Padang kembali menggelar webinar series. Kamis (24/6/2021), webinar dengan tema “Vaksinasi Covid-19, Lindungi Diri & Keluarga Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19” itu, menghadirkan Juru Bicara (Jubir) Vaksin Covid-19 Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid sebagai pemateri webinar.
Webinar yang digelar melalui aplikasi zoom yang pelaksanaannya bersamaan dengan program vaksinasi Covid-19 untuk karyawan PT Semen Padang itu, dibuka oleh Direktur Utama PT Semen Padang Yosviandri, dan turut dihadiri oleh Direktur Keuangan PT Semen Padang Tubagus Muhammad Dharury dan juga diikuti oleh ratusan karyawan Semen Padang Group dan Semen Indonesia Group (SIG).
Yosviandri dalam sambutannya menyampaikan, webinar series tentang Covid-19 ini rutin digelar setiap bulan sejak Covid-19 melanda. Oleh karena itu, kepada insan PT Semen Padang, Yosviandri mengajak untuk meluangkan waktunya mendengarkan informasi, knowledge sharing dari Jubir Vaksin Covid-19 Kemenkes RI.
“Informasi yang disampaikan Ibu Siti sangat berguna untuk kita semua, entah informasi hoax, palsu dan menyesatkan, dengan ini kita bisa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman. Mudah-mudahan informasi yang disampaikan Ibu Siti melalui webinar ini, dapat menambah pemahaman kita bersama tentang Covid-19, maupun tentang vaksin,” katanya.
Terkait pelaksanaan vaksinasi untuk karyawan PT Semen Padang, Yosviandri juga mengucapkan terimakasih kepada Polri, khususnya Polda Sumbar, yang telah memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan PT Semen Padang untuk vaksin Covid-19, apalagi saat ini tidak semua orang bisa mendapatkan peluang vaksin seperti ini.
“Kemudian kepada seluruh karyawan, manfaatkan peluang vaksinasi ini, karena hingga kini tidak ada kepastian kapan virus Covid-19 ini berakhir. Kemudian, mohon dipahami juga bahwa ahli seluruh dunia saat ini tengah berusaha semaksimal mungkin untuk menyehatkan umat di dunia. Percayakan kepada ahli, kepada pemerintah. Jangan sampai kita menjadi penyebab sakitnya orang lain karena ketidak pedulian kita,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Ia pun juga mengimbau seluruh karyawan untuk menjalankan 6 M agar terhindar dari Covid-19. “Sekarang ini bukan 3M lagi, tapi sudah 6M. Selain memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, kita juga harus menjahui kerumunan, mengurangi mobilitas dan menghindari makan bersama. Kemudian saya tambahkan 1M lagi, yaitu melaksanakan 6M tersebut. Jadi, 6M+1M yang harus dilaksakan,” ungkapnya.
Sementara itu, Jubir Vaksin Covid-19 Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengapresiasi manajemen PT Semen Padang yang telah melakukan vaksinasi terhadap karyawan, karena vaksinasi massal atau berkelompok ini sangat penting dilakukan, supaya penyebaran patogen penyebab penyakit dapat dibatasi atau dihentikan. Dan ini yang disebut dengan kekebalan kelompok atau herd immunity.
“Dengan kekebalan kelompok, maka kelompok masyarakat yang tidak dapat divaksinasi (bukan merupakan sasaran) seperti bayi baru melahirkan dan mereka yang memiliki kontra indikasi akan dapat turut dilindungi,” kata Siti melalui webinar yang digelar oleh perusahaan semen plat merah di Kota Padang itu.
Vaksinasi, kata Siti melanjutkan, mengurangi gejala dan menurunkan penularan. Bahkan, 95 persen vaksin melindungi keparahan penyakit dan 99 persen melindungi dari kematian. Vaksin adalah pencegahan dan setiap vaksin dibuat untuk penyakit apa yang dicegah, atau mengurangi resikonya terhadap penyakit berat atau penyakit yang menyebabkan kematian. “Vaksin sudah teruji. Bahkan dunia, bisa membebaskan dirinya dari cacar,” bebernya.
Di Indonesia, ada dua tahap vaksinasi Covid-19. Untuk tahap pertama dari Januari hingga Juni, diawali oleh petugas kesehatan dengan target 1,3 juta orang yang tersebar di 34 provinsi, lansia dengan target 21,5 juta orang dan pentugas publik 17,4 juta orang.
“Sedangkan tahapan kedua mulai Juli sampai Desember mendatang, dilakukan kepada 141,2 juta orang dengan sasaran masyarakat rentan dengan beresiko penularan tinggi dan masyarakat lainnya melalui pendekatan klaster,” ujarnya.
Vaksinasi, sebut Siti, penting dilakukan, karena setiap orang yang mendapatkan vaksinasi akan membentuk sistem imun adaptif berupa sel memori dan antibodi sebelum terinfeksi firus sebenarnya, karena sistem adaptif ini sudah siap sedia untuk bekerja lebih cepat, sehingga virus dengan cepat pula dinetralisir.
Pembentukan imunitas ada dua, yaitu imunitas alamaiah atau natural dan imunitas didapat. Untuk imunitas natural, antibodi terjadi setelah sesorang terinveksi dan itu disebut dengan aktif. Sedangkan pasif, dari ibu ke janin melalui plasenta.
“Sedangkan imunitas didapat, yaitu antibodi di dalam tubuh terbentuk setelah pemberian vaksin. Dan pemberian vaksin ini tidak menimbulkan penyakit. Bahkan resiko reaksi dari penyakit tersebut rendah dibandingkan resiko oleh infeksi alamiah,” tutur Siti.
Klaster keluarga
Terkait pandemi, Siti menyebut bahwa pandemi sudah berulang kali dihadapi oleh global dan sudah ada 40 juta kematian, meskipun berbagai virus lain yang menyebabkan pandemi, tidak dialami oleh Indonesia. Namun untuk pandemi Covid-19 saat ini, hampir semua negara menyatakan dalam kondisi pandemi.
Pemerintah, kata Siti, telah berupaya melakukan berbagai stratgei untuk mengakhiri masa pandemi ini. Dan itu dimulai dengan kecepatan keluarnya hasil swab kurang dari 24 jam sejak spesimen diterima melalui strategi meningkatkan akses, kapasitas, dan efisiensi laboratorium PCR.
Kemudian melakukan surveilans genomik untuk memantau adanya strain SARS-COV2 baru, serta mendorong penggunaan rapid Diagnostic Anti Gen dalam tes Covid-19. Melacak seluruh orang yang kontak erat, suspek dan kasus konfirmasi 15-30 kontak erat per kassus konfirmasi dalam waktu kurang dari 72 jam.
“Kami melacaknya melalui strategi door to door tracing dengan cara menggerakkan hingga 81.000 tracers (rasio 30 tracers/100.000 penduduk) untuk melacak kotak erat dan juga melakukan pemantauan karantina selama 14 hari,” katanya.
Kemudian bagi pasien Covid-19 yang bergejala sedang dan berat, Siti menambahkan, bahwa pasien tersebut harus dirawat di rumah sakit. Sedangkan yang tidak bergejala dan bergejala ringan, menjalani isolasi di luar rumah sakit dengan menyediakan tempat isolasi terpusat.
“Bagi pasien yang melakukan isolasi mandiri, dipantau menggunakan aplikasi Peduli Lindung dengan melibatkan babinsa, babinkamtibmas dan para kader, serta memperketat pengawasan dan memberlakukan denda bagi pelanggar karantina/isolasi,” pungkas Siti.(*)