PADANG — Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy meninjau kelanjutan pengelolaan Convention Hall Bukit Lampu Bungus Kecamatan Teluk Kabung, Kota Padang bersama Kepala Biro Umum pimpinan instansi teknis terkait di lingkungan Pemprov Sumbar, Rabu (3/3/2021).
Usai peninjauan, Wagub Sumbar Audy Joinaldy meminta agar gedung tersebut bisa digunakan sebagai alternatif tempat rapat selain dari Auditorium Gubernuran, Ruang Rapat Kantor Gubernur. Bahkan kalau perlu bisa dinikmati masyarakat untuk kegiatan sosial.
Peninjauan juga untuk memastikan tata kelola yang profesional bekerja sama dengan pihak-pihak yang kompeten dan berpengalaman.
“Kalau memungkinkan gedung ini juga bisa digunakan oleh masyarakat, bukan hanya pemerintah. Masyarakat juga bisa menikmati layanan pengelolaan gedung ini,” kata Audy.
Selanjutnya Wagub Sumbar berserta rombongan kembali memeriksa Convention Hall mulai dari setiap sudut, kamar, ruang pertemuan dan sampai tempat parkir.
Convention Hall yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi memiliki empat lantai. Untuk lantai 1 dan 2 merupakan tempat parkir, sementara untuk lantai 3 ada cafe, dan lantai 4 merupakan lokasi rapat.
Di lantai 4 Convention Hall, Wagub Audy Joinaldy berdiri sejenak menikmati pemandangan laut dengan kapal, perahu nelayan berjejeran di pinggir pelabuhan. Ditambah indahnya pulau-pulau kecil di Kawasan Teluk Kabung Bungus dan Teluk Bayur.
“Gedung ini memiliki potensi yang sangat luar biasa, apabila kita manfaatkan sumber daya akses dengan baik. Ini sangat layak dipakai,” ucapnya.
Ia harapkan gedung ini bisa digunakan untuk penyambutan tamu-tamu dari Pemprov Sumbar dengan kamar-kamar langsung menghadap ke pantai yang dapat dinikmati di atas bangunan yang berdiri menjulang di Bukit Lampu tersebut.
Di Convention Hall Bukit Lampu tidak hanya menyediakan tempat rapat dan cafe saja. Para tamu bisa menikmati live musik dengan pemandangan yang indah. Selain itu gedung itu dilengkapi delapan kamar, dan dua di antaranya untuk kamar VIP. Alasan adanya dua kamar VIP, karena dua kamar tersebut memiliki pemandangan yang indah, serta luasnya berbeda dengan enam kamar lainnya.
“Saya inginkan gedung ini segera lebih dimaksimalkan fungsinya sebagai alternatif pertemuan,” tegasnya.
Kemudian Wagub Audy Joinaldy menuju tempat lahan parkir. Ia sangat terkejut di tempat parkir itu ada peninggalan bersejarah yaitu lubang Jepang yang tembus sampai ke Mercusuar Bukit Lampu.
“Saya sangat terkejut ada lubang Jepang bekas peninggalan penjajahan Jepang di sini,” ungkapnya.
Penasaran ia pun menuju menara sistem navigasi laut (Mercusuar), ingin melihat langsung. Sambil berjalan menuju lubang Jepang tersebut, Kabiro Umum Setda Sumbar Rosail Akhyari Pardomuan menceritakan sedikit sejarah Mercusuar dan lubang Jepang ini. Menurutnya, Mercusuar ini telah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang digunakan untuk memantau sistem navigasi kapal.
Tanpa ragu Audy masuk menelusuri lubang yang kecil dan sempit tanpa ada penerangan, hanya menggunakan penerangan HP. Saat memasuki lubang Jepang suasananya cukup sejuk dan dingin.
Lubang Jepang ini memiliki empat pintu, dua pintu berada dalam kawasan Mercusuar. Dua pintu lagi berada di dekat rumah penduduk.
Audy Joinaldy mengatakan, sebagai tempat bersejarah sudah sepatutnya pemerintah daerah memperhatikan aset edukasi ini karena banyak dari masyarakat Kota Padang bahkan Sumatera Barat yang belum mengetahui lokasi ini.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi daya tarik wisata untuk menjadi destinasi pariwisata Sumbar,” ujarnya. (*)