Padangpariaman, Intrust -Ketua Perkumpulan Olahraga Buru Babi (Porbbi) Sumbar Verry Mulyadi SH Minggu (20/2) menghadiri kegiatan berburu di Gamaran, Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Kehadiran Verry Mulyadi disambut hangat oleh masyarakat setempat, termasuk ninik mamak, serta orang yang dituakan di lokasi buru. Mereka juga mengapresiasi karena Verry ikut berpartisipasi dalam kegiatan berburu tersebut.
Seperti diketahui, kegiatan berburu di Lubuk Alung disebut juga kegiatan berburu yang diwariskan oleh ninik namak sejak dulunya kepada anak kemenakan (baburu ninik mamak). Hingga kini kegiatan itu turun temurun dilakukan.
Namun dalam kegiatan itu, bukan saja berburu yang di kedepankan. Ada pesan serta makna kebersamaan yang ikut diwariskan. Seperti melakukan musyawarah bersama (duduk baselo) sebelum memulai kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak.
Dengan arti kata, di daerah tersebut sangat kental adatnya (berburu beradat).
Verry Mulyadi sendiri juga sangat mengapresiasi kegiatan berburu beradat yang masih diterapkan di daerah tersebut.
“Adaik Usang, Pusako Lamo begitu petitih ini yang harus kita cermati untuk kita sebagai penerus budaya berburu dari ninik mamak yang sudah turun menurun hingga saat ini,” sebut Exco PSSI 2026-2020 ini.
Menurut Verry daerah tersebut dan daerah Padangpariaman lainnya masih mempertahankan budaya berburu yang diawali dengan perundingan duduk di lapiak (tikar) antara Ninik mamak, muncak buru, pemilik ladang dan tamu (pemburu) yang hadir.
Banyak hal dan makna yang tersampaikan pada saat duduk secara bersama tersebut. Artinya sebelum memulai segala sesuatu harus ada kesepakatan bersama.
Bulek alah bisa digolngkan, picak alah bisa dilayangkan yang menegaskan bahwa dengan kebersamaan semua persoalan dan permasalahan tidak ada yang berat untuk dihadapi.
Untuk itu, Verry Mulyadi mengimbau dan mengajak para penghobi buru harus mempertahankan budaya dan tradisi berburu seperti di Padangpariaman tersebut.
“Karena ini adalah budaya berburu dengan semangat gotong royong yang diwariskan leluhur kita,” tutur pria yang juga menimpi organisasi IOF Sumbsr ini.
Dengan mempertahankan budaya itu, rasa persatuan dan kekompakan akan selalu terjaga. Sehingga tidak mudah terjadinya perpecahan antara sesama penghobi buru.
Ia menambahkan, hal inilah yang perlu ditanamkan sejak dini. Karena tidak dapat dipungkiri, moderen ini jumlah penghobi buru mulai didominasi generasi milenial.
Dengan begitu, di dalam perburuan tercipta tata krama, rasa menghargai dan hormat menghormati.
“Jangan sampai ke depannya generasi penghobi berburu itu tidak mengenal adat berburu itu sendiri,” pungkasnya.(*)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.