PADANG — Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy sangat mendukung dan mendorong Percepatan UNESCO Global Geoparks (UGGp) Geopark Ranah Minang “Patahan Besar Sumatera Danau Tektonik Singkarak” untuk ikon pariwisata Sumatera Barat.
Konsep geopark pada awalnya bertujuan untuk mengkonservasi warisan bumi dan alamnya serta mengkonservasi warisan budaya, kultur serta identitas masyarakat lokal serta flora dan fauna. Saat ini tengah diupayakan menjadi kawasan warisan geologi dunia atau UNESCO Global Geopark.
Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy di ruang kerjanya, Selasa (18/5/2021) saat menerima Dr. Osronita, M.Pd, kepala Puslitbang Geopark Dan Lingkungan Hidup Universitas Tamansiswa Padang yang juga Ahli Geopark Sumbar.
Kawasan Geopark Ranah Minang ditetapkan sebagai warisan geologi dunia oleh UNESCO merupakan target utama. Dengan demikian, pengembangan kawasan geopark akan berpeluang mendapat kucuran dana dari organisasi dunia, menjadi pendorong bagi seluruh sektor pembangunan yang ada di Provinsi Sumatera Barat.
“Kita upayakan segera, Geopark Ranah Minang merupakan aset bagi pengembangan pariwisata di Provinsi Sumatera Barat. Kita akan bentuk Badan Pengelola yang Independen dan Profesinal di bidang Geopark/kebumian,” kata Wagub Sumbar
Sumatera Barat memiliki dengan 3 Geopark Nasional (Geopark Silokek,Geopark Sianok-Maninjau dan Geopark Sawahlunto) dan yang rencana akan diusulkan tahun ini menjadi Geopark Nasional.
Wagub Audy Joinaldy menyebutkan, bahwa Sumatera Barat juga mengusulkan 1 UGGp dengan Tema Patahan Besar Sumatera Danau Tektonik Singkarak, yang temanya sama dengan usulan Geopark Palu-Koro.
Sesar Palu-Koro juga punya potensi besar untuk dijadikan sebagai UNESCO Global Geopark Provinsi Sulawesi Tengah dengan Tema yang sama ini akan menjadi pesaing bagi Usulan Geopark Ranah Minang
Dengan Tema yg sama Sesar/Patahan Sumatera.
Untuk itu perlu percepatan penyiapan dokumen dan kelembagaan (Badan Pengelola Indenpenden) serta regulasi penerapan standar geopark.
“Sebagai contoh beberapa Geopark UNESCO lainnya akan mengajukan Badan Pengelola Bersifat Independen. Baru bisa diajukan, seperti Geopark Batur
Bali, Geopark Gunung Sewu dan sebagainya,” ucapnya.
Geopark Ranah Minang sesuai Standar UNESCO untuk dapat menjadi UGGp Harus memiliki keunikan nilai terkemuka secara internasional Outstanding Universal Value. Setelah Geopark Kaldera Toba dan Geopark Belitong yang saat ini disusul oleh Geopark Maros.
Dalam pertemuan itu Audy menjelaskan di setiap daerah geopark memiliki keunikan tersendiri, seperti Geopark Kaldera Toba Dengan Keunikan dan Unsur terkemuka secara Universal (outstanding
universal value) sebagai Kaldera Gunung Api Tektovulkanik dengan pulau besar ditengahnya Samosir. Termasuk salah satu danau terbesar didunia.
Kemudian Geopark Belitong dengan keunikan empat potensi warisan geologi bernilai tinggi, diantaranya
geomorfologi batuan granit. Geopark Belitong merupakan geopark nasional Indonesia ke-6 yang masuk ke dalam daftar UNESCO Global Geopark.
Sebelumnya, Indonesia telah berhasil mendaftarkan Kaldera Toba, Batur, Ciletuh, Gunung Sewu, dan Rinjani. Menyusul Maros-pangkep, dan Ijen kemudian Geopark Singkarak yang juga sedang mempersiapkan untuk diusulkan.
“Kita harus gerak cepat agar kita ndak keduluan dengan daerah lain, karena ini merupakan peluang Geopark Global UNESCO dalam persaingan Nasional,” ujarnya.
Untuk itu perlu konsep pengembangan Geopark Ranah Minang butuh dukungan dari Kabupaten dan Kota yang mengacu pada pengembangan kawasan dengan infrastruktur pendukung sesuai standar Geopark, agar bisa menjadi desitinasi pariwisata berkelas dunia.
“Kita butuh dukungan dalam insfrastruktur dan masukan dari semua daerah serta pihak yang terkait guna percepatan,” sebut Audy.
Menurut Audy, Geopark Ranah Minang punya keindahan alam yang eksotik yang merupakan warisan geologi dan budaya merupakan salah satu yang terlengkap di Indonesia.
“Kita memiliki geopark dengan keunikan geoheritage (keunikan geologi), bioheritage (keunikan hayati) hingga cultural heritage (keunikan budaya),” ujarnya.
Tekad Pemprov Sumbar sebut Audy untuk mendorong percepatan ke Geopark Global UNESCO harus disertai dukungan semua pihak.
“Hal ini untuk memajukan Geopark Ranah Minang sebagai salah satu anggota jaringan taman bumi dunia, UNESCO atau Geopark Global Network/GGN Unesco,” ungkapnya.
Untuk penataan kawasan Geopark Ranah Minang Wagub Sumbar katakan perlunya pembangunan infrastruktur kawasan strategis, seperti adanya hotel yang nyaman, Rest Area dan penunjang lainnya.
“Untuk itu, pariwisata Sumbar dapat diangkat dengan mengedepankan Natural dan alami. Kita juga butuh investasi untuk pengelolaan geopark. Selain itu kita juga perlu pendampingan untuk merubah perilaku masyarakat agar masyarakat lebih welcome terhadap pendatang dan investor,” harap Audy.
Sementara itu, Dr. Osronita, M.Pd, kepala Puslitbang Geopark Dan Lingkungan Hidup Universitas Tamansiswa Padang yang juga Ahli Geopark Sumbar menjelaskan, pengelolaan Geopark Ranah Minang perlu dilakukan secara profesional, sehingga badan pengelola dijalankan secara idenpenden bertugas penuh sehingga bisa fokus, serius dan bertanggung jawab penuh dalam pengembangan geopark.
Hal ini sesuai dengan hasil pertemuan pembahasan Kongres Nasional Ke 2 Jaringan Geopark Indonesia yang diselenggarakan di Jogjakarta tanggal 23-24 Maret 2021.
Hasil pembahasan kongres bagaimana pengembangan geopark Sumatera Barat harus konsisten menerapkan dan mengupayakan konservasi perlindungan warisan bumi dengan melibatkan masyarakat lokal kemudian peningkatan peluang usaha masyarakat lokal melalui pemberdayaan masyarakat dan edukasi.
“Kita akan melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan secara idenpenden yang serius, fokus dan bertanggung jawab terhadap pengembangan Geopark Ranah Minang,” ucap Osronita.
Selain itu, Osronita juga memberikan gambaran dan menyiapkan dokumen rencana manajemen pengembangan potensi sumber daya wisata Geopark Ranah Minang yang memiliki daya saing tinggi dalam mendukung pengembangan kebijakan nasional.
Dengan Badan Pengelola yang independen berpeluang besar mendapatkan fasilitas bantuan CSR perusahaan, BUMN dan NGO dari luar negeri sebagaimana disampaikan oleh Asisten Deputi Kementerian BUMN pada saat kongres tersebut, sehingga pembiayaan pengembangan Geopark tidak bergantung pada APBD.
Osronita menambahkan pengembangan destinasi wisata alam yang dikemas dalam Geopark atau geowisata merupakan wujud dari pengelolaan aspek geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity dalam konsep geopark.
Kegiatan pariwisata di kawasan geopark menentukan kualitas sumber daya alam dan budaya yang beranekaragam untuk dapat terus dinikmati wisatawan yang perlu dijaga keasliannya.
“Potensi Geopark Ranah Minang harus menjadi kesatuan pembangunan kepariwisataan berbasis konservasi, edukasi dan peningkatan ekonomi masyarakat di Sumatera Barat,” tuturnya. (*)