Padang – Beberapa orang guru SMA PGRI Kota Padang diduga dikurung di sekolah yang berlokasi di Jalan Koto Tinggi, Kecamatan Padang Timur, Rabu (14/10/2021) dari sore hingga malam. Peristiwa ini terjadi karena adanya sengketa antara Yayasan PGRI Sumatera Barat yang dipimpin oleh Dasrizal dengan Yayasan PGRI Padang Sumatera Barat yang dipimpin oleh Hardizon Bahar.
Menanggapi kejadian ini, Ketua Yayasan PGRI Sumatera Barat <span;>Dasrizal menyanyangkan guru sekolah ikut dilibatkan dalam permasalahan yang terjadi pada yayasan.
Ia mendapat informasi bahwa yang menggembok sekolah SMA PGRI tersebut adalah Edi Suharto dengan membawa bodyguard serta preman. Hal ini tentu membuat kenyamanan guru menjadi terganggu dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
“Saya kaget ada penggembokan terhadap guru guru pada Rabu sore sampai malam.
Ada belasan guru digembok Saudara Edi Suharto yang katanya merupakan Sekretaris Yayasan PGRI Padang Sumatera Barat. Cara cara seperti ini tidak bagus untuk dunia pendidikan Sumbar khususnya Kota Padang,”ungkapnya.
Padahal sebut Dasrizal, Pemprov Sumbar melalui Dinas Pendidikan sudah menengahi persoalan yang terjadi di PGRI Sumbar dalam pertemuan antara kedua belah pihak yang berperkara pada tanggal 23 Agustus 2021 Hadir juga pada pertemuan itu dari Biro Hukum Pemprov Sumbar, Inspektorat Sumbar, serta pertemuan itu dipimpin oleh Kadis Pendidikan Sumbar diwakili Kabid SMA Suryanto.
Atas kejadian ini, pihaknya akan konsultasi dengan PP PGRI, terkait langkah hukum yang akan diambil, karena tindakan yang semena mena ini telah melanggar UU Sistem Pendidikan Nasional.
“Hasil dari pertemuan tersebut, dicapai kesepakatan bahwa Proses Belajar Mengajar (PBM) di SMA PGRI jangan sampai terganggu, pertanggung jawaban PBM dipegang oleh Kepala Sekolah yang terdaftar di Dapodik dan lainnya. Namun pada kenyataannya malah terjadi hal seperti ini, tentu sangat kami sayangkan,”ulasnya.
Sementara itu Zainal Akil Anggota PGRI Sumatera Barat, setelah melihat kejadian ini di video yang beredar dan membaca di beberapa media online, mengaku miris atas peristiwa tersebut.
Pria yang juga Mantan Kepala Sekolah SMA PGRI Padang selama 20 tahun ini memandang dari segi organisasi, peristiwa ini telah <span;>melanggar UU Sistem Pendidikan Nasional no 20 th 2003 pasal 40 ayat 1, kemudian UU RI tentang Guru dan dosen no 14 tahun 2005 dan PP 74 tahun 2017.
Ketika dikonfirmasi terpisah, fakta berbeda malah diungkapkan Sekretaris Yayasan PGRI Padang Sumatera Barat Edi Suharto. Ia menegaskan bahwa bohong besar guru digembok di sekolah. Ini spekulasi yang tidak benar.
Dirinya malah menduga kuat bahwa terkurungnya guru SMA PGRI adalah sebuah rekayasa dari pengurus yayasan sebelah yang dimotori oleh oknum guru.
Pasalnya sesuai dengan petunjuk dari Kabid SMA Dinas Pendidikan Sumbar, bahwa PBM di Kota Padang belum bisa dilaksanakan secara tatap muka. Takutnya jika dipaksakan Proses PBM tatap muka, akan melanggar Prokes Covid 19.
“Kami mendapat informasi bahwa Senin (11/10/2021) kemarin, oknum guru mengumpulkan siswa untuk melaksanakan upacara bendera. Atas kejadian ini, langsung kami koordinasi dengan Pak Suryanto Kabid SMA Dinas Pendidikan Sumbar. Beliau memberikan arahan bahwa Padang Padang masih level 4 dan belum boleh melakukan PBM tatap muka,”tuturnya
Atas dasar itulah, tegas Edi Suharto, pada Rabu (13/10/2021), pihak Yayasan PGRI Padang Sumatera Barat merantai pagar sekolah jam setengah 6 sore setelah semua guru keluar. Akan tetapi, tidak dirantai secara keseluruhan dan menyisakan sedikit ruang untuk orang lewat.
“Malahan kami merantai pagar sekolah pada sore itu, hadir juga dari Polda Sumbar, Polresta Padang dan Polsek Padang Timur. Setelah selesai merantai, kami pulang kerumah masing-masing. Karena dinilai sudah tidak ada permasalahan, kamipun kaget ada peristiwa penggembokan ini setelah mendapat telepon dari pihak Polresta Padang jam setengah 8 malam, “katanya menguraikan.
Pihaknya menegaskan kepada Kepala Sekolah SMA PGRI Padang, agar meminta Satgas Covid 19 untuk mengusut oknum guru ini, karena mengumpulkan siswa dalam masa pandemi.
“Yayasan takut jika siswa dikumpulkan dalam masa pandemi seperti ini, yayasan pula yang akan kena getahnya oleh Satgas Covid 19,” Pungkasnya. (Ridho)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.