Oleh: Erizal
Sekretaris DPW GELORA SUMBAR
Dalam Pilgub Sumbar kali ini, nama Febby Datuak Bangso layak disebut. Ketua DPW PKB ini, cukup aktif dan agresif bermanuver. Tidak saja sebagai salah seorang bakal calon, juga sebagai playmaker yang lincah dan kreatif.
Datuak Bangso bisa dengan mudah membantu pertahanan sendiri, tapi pada saat yang sama juga bisa efektif merusak pertahanan lawan. Ia cepat merebut bola pada saat kehilangan, juga membagi bola agar gawang lawan cepat bobol.
Dengan bermodalkan 3 kursi di DPRD Sumbar, posisinya cukup strategis. Apalagi, tiga partai (PKS, Demokrat, dan PAN) memiliki kursi yang sama, yakni 10 kursi. Artinya, salah satu saja berkoalisi dengan PKB, cukup syarat buat maju.
Tak tanggung-tanggung, Datuak Bangso sudah menenteng Irwan Prayitno, sesepuh PKS, yang juga Gubernur Sumbar, bertemu dengan Cak Imin di Jakarta. Prinsipnya Cak Imin setuju, jika PKS-PKB serius berkoalisi di Pilgub Sumbar.
Tapi, sepertinya, koalisi bakal batal menyusul mundurnya Riza Falepi dari bursa pencalonan di internal PKS. Pasangan Riza-Febby yang sudah sampai ke meja Cak Imin, belum menuai hasil. Riza tiba-tiba mundur. Entah sebab apa?
Tapi, apakah Datuak Bangso patah semangat? Tidak. Ia malah menggandeng “sumangaik baru” alias Faldo Maldini berpasangan. Nama Faldo sudah mengapung. Ia menggugat sejak awal ke MK, soal batas umur cagub-cawagub.
Nasib baik, Pilkada diundur. Artinya, soal umur tak ada masalah. Tapi, kenapa Datuak Bangso di posisi wakil? Bukankah PKB punya 3 kursi, sementara Faldo (PSI) tak punya kursi? Di situ hebatnya manuver Datuak Bangso. Punya cara.
Ia mempersilakan Faldo untuk menggenapkan dukungan. Ada potensi di PAN sebagai alumni. Faldo masih bisa membuka jalan. Siapa tahu ada harapan. Selama belum terdaftar di KPU apa pun bisa terjadi. Pilkada saja bisa terundur.
Apakah Datuak Bangso berpangku tangan saja lagi? Tidak. Habis deklarasi bersama Faldo. Ia sudah bertamu ke PDIP dan lanjut ke Golkar. Benar-benar manuver yang tak ada habisnya. Soal hasil, nanti saja. Kini, berproses dulu. Bila tak sekarang, bisa juga nanti. Mainkan, Tuak! (***)