Padang – Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah terang-terangan meminta kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), untuk membantu revitalisasi pipa saluran air minum di Kota Padang.
Saat ini, pipa saluran air minum yang dikelola Perumda Air Minum Kota Padang sudah tidak layak pakai, mengingat sudah digunakan sejak zaman Belanda.
Mahyeldi merinci, panjang pipa yang harus diganti sebanyak 2200 km dengan nilai investasi mencapai Rp 1 triliun. Ia pun sudah mengundang investor untuk berinvetasi, namun belum ada jawaban.
“Untuk itulah Pemko Padang meminta kepada Kementerian PUPR agar bisa membantu. Kalau memakai APBD Pemko, sudah pasti tidak akan bisa dibangun. Kalau mengundang investor, mungkin kita juga ragu, karena nilai investasi yang begitu besar,”harap Mahyeldi.
Upaya pembenahan sistem air minum yang dilakukan pemerintah kota Padang, dikatakan Mahyeldi adalah dalam rangka untuk menjadikan kota Padang menuju kota Internasional. Maka ketersediaan air bersih menjadi air minum, prioritas utama untuk bisa dihadirkan kepada masyarakat dan pengunjung.
“Jadi saat ini kendala Pemko Padang untuk mengalirkan air siap minum kepada masyarakat maupun destinasi wisata adalah, karena pipa zaman Belanda ini sudah banyak mengandung timbal dan tidak baik untuk dikonsumsi masyarakat. Maka dari itu, semua pipa zaman Belanda harus ditukar,”jelasnya.
Kepala Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sumbar Syafriyanti mengatakan, keinginan dari Pemko Padang tersebut sudah ia dengar saat penyerahan aset infrastruktur dari Kementerian PUPR ke Pemko Padang.
Ia menyebut, keinginan Pemko Padang ada peluang untuk direalisasikan. Karena memang tugas Kementerian PUPR juga berhubungan langsung dengan layanan fasilitas untuk masyarakat banyak, seperti pengelolaan air minum ini.
Namun demikian, wanita akrab disapa Bundo ini menyarankan kepada Pemko Padang untuk membuat kajian perencanaan terlebih dahulu,membuat FS, membuat DED, membuat amdal, agar bisa dianalisis lebih mendalam.
Perencanaannya seperti apakah Pemko memakai jaringan lama dengan sistem membongkar pipa lama, lalu memasukkan pipa baru. Ataukah Pemko Padang membuat jaringan pipa yang baru, dan membiarkan pipa yang lama.
“Menurut saya, lebih baik membuat jaringan yang baru. Karena akan lebih hemat biaya. Kalau memakai jaringan yang lama tentu pekerjaan nya menjadi berlipat ganda,”saran Bundo. (ridho)