Banjir besar yang kerap menggenangi Kota Solok dan Kabupaten Solok akibat meluapnya Sungai Batang Lembang menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat dalam kurun sepuluh tahun terakhir. Dampak negatif akibat banjir bukan hanya merugikan materil berupa sawah dan ternak warga yang hanyut, namun telah memakan korban jiwa.
Dengan turun tangannya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V, sekiranya mampu meredam ganasnya air Batang Lembang.
Lebih kurang Rp 7.7 Milyar lebih dana Pemerintah Pusat digelontorkan untuk membenahi bantaran Sungai yang membelah kedua daerah itu pada tahun anggaran 2019. Pengerjaan bantaran sungai tersebut merupakan lanjutan dari proyek serupa pada tahun 2018 lalu yang dilakukan di kawasan KTK kota Solok.
Mulainya pengerjaan pengendalian Banjir Batang Lembang tahun ini ditandai dengan dilakukannya Groundbreaking oleh Kasubdit Wilayah Barat Ditjen SDA Kementerian PUPR Asdin Julaidy, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Maryadi Utama ST.M.Si, serta Walikota Solok Zul Elfian.
Kasubdit Sungai Wilayah Barat Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Asdin Julaidy mengakui pembenahan kawasan Batang Lembang akan terus berlanjut sepanjang tidak ada persoalan.
“Terutama masalah lahan, jangan sampai pekerjaan terhambat akibat tidak selesainya persoalan lahan, Insya Allah kalau aman dan lancar akan tetap berlanjut,” imbuhnya.
Dikatakannya, saat ini, hampir seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia banjir ketika curah hujan tinggi, karena hutan dan batu sebagai penyangga sudah mulai habis.
Selain itu, juga dipengaruhi penyempitan sungai. “Nanti, akan kita bangun tembok beton sebagai penyangga di sepanjang satu kilometer itu. Pelebaran Batang Lembang menjadi 30 meter,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala BWS Sumatera V Maryadi Utama ST.M.Si menyampaikan, pengendalian banjir Batang Lembang Kota Solok dan Kabupaten Solok sebagai upaya untuk melindungi pemukiman warga, fasilitas umum, fasilitas sosial dan prasarana lainnya dari bencana alam (banjir) yang akan terjadi.
Adapun tiga indikator yang ingin dicapai terdiri dari output (sarana pengendalian banjir 0,8 km), out come (pencegahan banjir seluas 4 hektar) dan indikator impact (peningkatan perekonomian masyarakat).
Melalui pekerjaan ini, Maryadi berharap tercapainya kedaulatan pangan nasional ketahanan air, terjadinya peningkatan produksi lahan pangan yang berdampak terhadap kesejahteraan petani yang ada di wilayah tersebut.
Maryadi juga mengungkapkan, untuk kegiatan pekerjaan Pengendalian Banjir Batang Lembang Kota Solok dan Kabupaten Solok, diamanahkan kepada CV Lusi Kontraktor dengan nilai proyek Rp 7.759.653.000.
Walikota Solok Zul Elfian mengaku sangat bersyukur atas perhatian pemerintah pusat terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat di daerah, terutama masalah banjir yang memang kerap menghantui warga kala musim hujan tiba.
Ia memaparkan, Sungai Batang Lembang memiliki panjang 42 km. Sepanjang 11 km diantaranya masuk dalam wilayah Kota Solok, sedangkan 32 km sisanya berada di kawasan Kabupaten Solok.
“Pembenahan bantaran kawasan Batang Lembang akan sangat membantu dalam penanggulangan persoalan banjir yang selama ini melanda wilayah kota dan kabupaten Solok,” sebut Zul Elfian.
Menurut Zul Elfian, selain sebagai langkah dalam meminimalisir banjir di kota Solok, pembenahan Batang Lembang juga sekaligus memperindah lingkungan dan dikembangkan sebagai wisata air, karena posisinya persis ditengah kota.
“Kita berharap pembangunan kawasan bantaran Batang Lembang di kota Solok terus berlanjut, apalagi, boleh dikatakan tidak ada persoalan lahan yang kerap menjadi kendala tersendatnya bantuan dari pusat,” papar Zul Elfian. (ridho)