Padang Panjang, Intrust – Kapolres Padang Panjang AKBP Novianto Taryono, S.H, S.I.K, M.H ingin mengubah paradigma berpikir aparatur kepolisian di bawah kepemimpinannya agar mengikuti arus perubahan secara dinamis, tidak cenderung apatis dan dirasakan saat memikulnya sebagai beban berat dari tuntutan menyandang profesi, menerima amanah dan pertanggungawaban dari jabatan. Menuju perubahan itu dikemas dengan konsep “Polisi Belajar”
Hal itu ditegaskan AKBP Novianto Taryono saat membuka kegiatan edukasi yang digelar secara online dan bertajuk,” Komunikasi Humanis Polisi Diantara Citra dan Reputasi,” pada Rabu (6/4 ). Kegiatan diikuti Wakapolres Kompol Alvira, SH, puluhan bintara dan perwira pertama di jajaran Polres Padang Panjang dengan menghadirkan narasumber Dr. (C). M.A.Dalmenda, M.Si Dt. Pamuntjak Alam akademisi Ilmu Komunikasi Fisip Unand dan juga Staf Ahli Rektor Unand Bidang Komunikasi dan Media.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat menuntut Polri harus mengikuti perubahan yang salah satunya dalam bentuk peningkatan kemampuan dan memerlukan inovasi. Oleh karena itu, melalui program Polisi Belajar dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi diharapkan dapat menjadi solusi yang bernas.
“Lintas generasi di kepolisian senantiasa harus menjadi motor penggerak bagi kemajuan di jajaran kepolisian. Jangan dijadikan beban atau bahkan menjadi penghambat dalam proses kemajuan di tubuh Polri. Jangan berpikir skeptis dan apatis menghadapi perubahan. Harus realistis, dinamis dan humanis. Untuk mewujudkannya diperlukan ruang edukasi secara professional, proposional dan berkelanjutan, “ jelas AKBP Novianto Taryono.
Program ini, lanjut Kapolres Novianto menjadi salah satu solusi dalam rangka tingkatkan kemampuan anggota Polri melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi, para pakar dan stakeholder yag terkait dengan tugas kepolisian. Materi program Polisi Belajar, tidak hanya masalah hukum, akan tetapi seluruh disiplin ilmu yang berkaitan dengan tugas kepolisian, seperti ilmu komunikasi, antropologi, prilaku / budaya organisasi, dan lainnya.
“Lebih diharapkan ke depannya akan ada perubahan mind set dan kultur anggota polri yang tercermin dalam pelaksanaan tugas di lapangan, terutama dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat,” harap Kapolres.
Sementara itu, narasumber M.A. Dalmenda mengatakan bahwa watak humanis kepolisian menjadi ujung tombak institusi ini agar dapat berrsinergi dengan berbagai elemen masyarakat sehingga kembali mendapat kepercayaan masyarakat dalam pengayoman. Kemitraan kepolisian dengan masyarakat harus diperkuat. Persoalan kemananan dan kenyamanan masyarakat bukan semata menjadi tanggungjawab kepolisian. Melainkan ada konstribusi dan peran tokoh masyarakat secara khususnya dan anggota masyarakat pada umummnya.
”Menuju suatu perubahan menjadi polisi yang humanis sepatutnya diawali dengan adanya perubahan pola pikir atau sudut pandang. Paradigma dari pola pikir ini akan menggiring setiap anggota kepolisian menuju perubahan dalam menjalankan tupoksi. Ketika adanya perubahan maka pola pikir pada setiap insan personil polisi akan menjadi tradisi sebagai bentuk budaya kerja yang mumpuni dengan berkesinambungan,“ papar mantan Kabag Humas Setdako Padang Panjang
Dengan pola polisi yang lebih humanistik dalam berinteraksi dan membangun komunikasi publik secara efektif dengan masyarakat maka akan tercipta suatu reputasi yang positif dari masyarakat. Biarkan masyarakat yang memberikan penilaian terhadap pelayanan polisi sebagai pengayom masyarakat sesuai tupoksi. Sehinnga citra baik atau posiistif akan tercipta dengan sendirinya tanpa melalui pencitraan dari internal institusi polisi.
Era Kapolri Jenderal Listyio Sigit telah menggiring konsep polisi yang humanis. Lokomotif yang tangguh akan gerbong besar institusi polri sedang menggiring konsep humanisme itu dalam konteks baru pelayanan polisi pada masyarakat. Pola humanisme akan mencetak para patriot sejati sesuai tupoksi dalam menjalankan tugasnya.
“Saat ini, bidang humas semakin tampak dibuat nyata oleh Kapolri. Lihatlah Kadiv Humas Polri kerap muncul layar televisi mewakili institusinya. Dan ini perlu lebih ditumbuhkembangkan hingga ke jajaran Polda, Polres dan Polsek. Artinya bidang kehumasan mendapat porsi lebih untuk mengaktualisasikan diri dalam penyebaran dan keterbukaan informasi publik,“ jelas Menda Pamuntjak Alam.
Terkait dengan pemahaman kearifan lokal bagi institusi kepolisian, khususnya di Sumbar, Polda Sumbar telah melakukan MoU dengan LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau). Nilai kearifan lokal yang berkembang di masyarakat, seperti adat istiadat, bahasa, kebiasaan, kultur, dan budaya menjadi petimbangan. Sehingga setiap persoalan yang terjadi di tengah masyarakat dapat didekati dengan pendekatan sosial budaya dan pendekatan adat istiadat.Komitmen ini perlu ditindaklanjuti duduk bersama pada jajaran polres dan LKAAM tingkat kabupaten kota, LKAAM dan polsek tingkat kecamatan hingga pada KAN setiap nagari. (*)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.