Selama dua hari (8-9 Desember 2022) PT. Semen Padang mengajak sejumlah wartawan dari lima provinsi berkunjung ke pabriknya yang berlokasi di Indarung Padang. Tak hanya itu para wartawan juga diajak menikmati wisata alam di Lembah Harau Kabupaten 50 Kota. Banyak catatan yang dirangkum dalam perjalanan itu. Wartawan majalahintrust.com Nofrialdi Nofi Sastera menuliskannya untuk Anda pada beberapa seri tulisan di bawah. Selamat membaca…
****
Meski terlahir sekitar 40 tahun lalu sebagai wartawan Sumatera Barat dan bahkan selama ini sudah sangat sering meliput berita-berita PT. Semen Padang, termasuk juga berita Semen Padang FC, namun tak urung saya sampai terkagum-kagum dengan terobosan-terobosan yang dilakukan pabrik semen tertua di nusantara itu. Kunjungan Press Tour selama dua hari itu, telah membuka mata hati Kami (tentunya lebih lagi bagi wartawan yang berasal dari luar Sumbar) bahwa Semen Padang tidak hanya berbuat untuk PT. Semen Padang semata, tapi juga untuk masyarakat dan lingkungannya.
Sebelum ini saya juga sudah acap membaca bahwa ada kegiatan-kegiatan di luar masalah pabrik yang ternyata digarap begitu serius oleh PT. Semen Padang. Salah satu yang sangat menonjol dan udah sering diberitakan adalah soal konservasi ikan bilih yang sejatinya ikan endemik di Danau Singkarak. Ternyata apa yang dilakukan Semen Padang, sungguh di luar dugaan dan ekspektasi banyak orang. Kenapa tidak, ikan bilih yang dihasilkan di sini, bahkan lebih besar ukurannya dari apa yang ada di habitat aslinya sendiri di Danau Singkarak. Karena ikan bilih yang dihasilkan di konservasi di PT. Semen Padang ini bahkan bisa mencapai ukuran 20-25 cm.
“Konservasi ikan bilih ini telah dilakukan sejak 2018. Dan, ini sengaja dilakukan, karena sebagai bentuk kepedulian PT Semen Padang terhadap populasi ikan bilih Danau Singkarak yang terancam punah akibat eksplorasi yang dilakukan secara besar-besaran mengunakan bagan. Dan konservasi ini kami lakukan untuk menjaga ekosistem ikan bilih di Danau Singkarak,” ujar Kepala Unit Sarana Umum PT Semen Padang, Deni Zein di Taman Kehati, atau persis di belakang bekas rumah mantan Dirut PT. Semen Padang sebelumnya.
Kolam ikan bilih yang ada di Taman Kehati inipun bisa dikatakan mirip dan replika dari yang ada di Danau Singkarak. Karena di sana juga dilengkapi dengan tempat pemijahan atau tempat untuk ikan bilih bertelur. Tempat pemijahan ini juga sudah mendapatkan Hak Paten Sederhana dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Deni Zein juga menyampaikan bahwa ikan bilih hasil konservasi PT Semen Padang ini sudah banyak dikembalikan ke habitatnya aslinya di Danau Singkarak. Bahkan, selama tahun 2022 ini, ada sekitar 7.000 ikan bilih dilepas ke Danau Singkarak, yaitu di Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanahtatar. Dan, Sumpur dipilih sebagai tempat pelepasan ikan bilih, karena daerah tersebut komit menjaga eko sistem ikan bilih dan masih melakukan penangkapan secara tradisional.
Namun satu hal yang menarik dan perlu menjadi kajian lebih lanjut dari konservasi ikan bilih di PT. Semen Padang ini adalah kurang suburnya reproduksi ikan bilih berukuran besar yang dihasilkan di kolam pembesaran di Taman ke Hati itu jika untuk dikembang-biakkan. Persoalan itu justru disampaikan Deni Zein ketika Kami menyampaikan bahwa wajar jika ikan di sini bisa lebih besar dibanding yang ada di Singkarak. Disamping karena kualitas makanan alami dan makanan tambahannya yang begitu banyak, lalu lokasi dan tempat hidupnya yang dibuat seperti keadaan di Danau Singkarak, juga tidak adanya ikan predator yang mengganggu kehidupan ikan bilih itu di habitat Taman Kehati itu.
“Benar Pak. Soal perkembangan besaran tubuhnya yang lebih besar dibanding yang ada di Singkarak itu benar. Tapi ada yang belum bisa Kami simpulkan yaitu kenapa untuk perkembangbiakan, ikan-ikan bilih yang berukuran jumbo ini kurang bagus hasilnya. Jujur saja, hal ini masih dalam tahap penelitian Kami,” ujar Deni Zein.
Kaliandra yang Luar Biasa
Kami para wartawan yang umumnya tidak terlalu tune-in dengan masalah perikanan tentunya juga tak bisa menjawab pertanyaan ini. Namun Kami, sama hal dengan Bapak Ibu para pengelola konservasi tersebut, tentu juga berharap agar ikan bilih yang berukuran jumbo itu, juga bermanfaat untuk dikembangbiakkan.
Masih di Taman Kehati juga, Kami kemudian dibawa ke tempat pembibitan pohon kaliandra. Di tempat pembibitan seluas 15×40 meter persegi itu, rombongan Kami mendapatkan banyak penjelasan tentang manfaat dari pohon kaliandra. Apalagi melihat bibit pohon kaliandra yang ditanam dalam banyak polybag itu hampir saja Kami anggap sama dengan tanaman putri malu.
“Beda yang utamanya Pak, putri malu itu perkembangannya menjalar ke samping, sementara kaliandra naik ke atas. Bahkan besarnya bisa sampai setinggi 2 atau 3 meter,” ujar Nur Anita Rahmawati, Ka Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang menjawab keraguan Kami.
Anita juga mengatakan, pembibitan kaliandra ini dilakukan, karena PT Semen Padang dalam operasional perusahaan tidak hanya mengedepankan profit, tapi juga memperhatikan planet dan people, sesuai dengan konsep triple bottom line.
“Kaliandra ini bisa menjadi sumber energi terbarukan. Dan Semen Padang dan siap menjadi off taker (penampung) dari masyarakat yang menanam kaliandra ini. Artinya, kaliandra ini bernilai ekonomis. Semen Padang bersama Pemprov Sumbar, termasuk bupati dan wali kota di Sumbar, sebelumnya sudah MoU dengan Semen Padang. Salah satu poin dari MoU itu adalah soal kaliandra,” katanya.
Staf CSR PT Semen Padang, Edi Fahrizal menambahkan bahwa pembibitan kaliandra ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar hutan dan kelompok tani di kabupaten dan kota di Sumbar. Saat ini, sudah semua kabupaten dan kota yang diberikan bibit kaliandra secara gratis. Dan ini dilakukan, sebagai bentuk komitmen PT Semen Padang dalam mendukung program Pemprov Sumbar tentang Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.
“Kami bekerjasama dengan masyarakat sekitar hutan dan kelompok tani dalam menanam kaliandra ini. Penanaman kaliandra ini dilakukan karena memiliki banyak manfaat. Menanam kaliandra, tanah menjadi subur, karena kaliandra ini dapat meningkatkan unsur hara tanah. Daunnya bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan bunganya untuk konsumsi lebah. Sedangkan batangnya, bisa dijadikan wood pellet atau bahan bakar alternatif,” ujar Edi yang juga pernah menjadi Ketua Umum The Kmers Fans Club Semen Padang FC.
Sebagai referensi bisa disampaikan soal luar biasanya pohon kaliandra ini yaitu tentang kalori yang dikandung batang pohon ini justru melebiihi dari batubara yang selama ini dipakai PT. Semen Padang. Bila kalori batubara hanya mencapai 4.200 – 4.300 kalori, maka kalori dari batang kaliandra ini bisa mencapai 4.900 kalori. Sungguh, banyak di antara Kami yang ternganga karena penjelasan ini. Meski pun Kami bukanlah orang yang mudah untuk dikelabui, namun Kami yakin yang diceritakan tentang Kaliandra bukanlah sebuah kebohongan.
Di balik semua itu tak salah bila wartawan senior dari Tribun Batam, Alfian Zainal mengapresiasi PT Semen Padang yang telah melakukan banyak hal dalam mengimplementasikan program TJSL. Baik dalam membina UMKM, memberikan beasiswa maupun program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) lainnya. Bahkan, kata dia, sudah beribu banyaknya UMKM yang lahir dari Semen Padang.
“Selain itu, juga sudah ribuan sarjana dan profesor yang dapat beasiswa dari Semen Padang, dan juga betapa banyaknya masjid dan mushala yang dibangun Semen Padang. Tentunya, kami apresiasi implementasi program TJSL yang peduli terhadap lingkungannya dari berbagai sektor. Dan kami harap, Semen Padang tetap kokoh, kuat dalam membangun negeri ini,” katanya.
Sungguh, apa yang menjadi pemikiran Kami di awal masuak Taman Kehati ternyata sangat jauh dari yang diperkirakan. Pasalnya di awal masuk kami diajak ke tempat penangkaran rusa totol asal Istana Bogor yang diadopsi PT Semen Padang sejak 2016 yang menurut Kami adalah hal biasa. Rusa-rusa totol itu bisa hidup dan berkembang biak dengan baik sekitar kawasan yang sangat sejuk itu menurut Kami itu biasa. Termasuk juga soal penamaan anak dari rusa totol itu yang diberi nama Ruslam atau Rusa Alam.
Namun ternyata konservasi ikan bilih dan pembibitan pohon kaliandra inilah sebenarnya puncak dari keluar-biasaan yang ingin diperlihatkan kepada Kami. Bravo Semen Padang. Luar biasa… Nofrialdi Nofi Sastera
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.