Padang, majalahintrust.com – Nilai kerugian sementara akibat banjir badang dan galodo di enam kabupaten kota di Sumatera Barat mencapai Rp 515.666.010.533,-. Dari enam kabupaten kota yang terparah adalah Tanah Datar yang kerugiannya mencapai Rp 259.181.663.000,-. Disusul Agam yang kerugiannya mencapai 197.610.497.553,-. Sementara empat daerah lainnya menyusul masing-masing Kab. 50 Kota, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang.
Sementara kerugian jiwa berjumlah 63 orang, dimana 3 orang belum teridentifikasi. Sementara 10 orang korban jiwa lagi masih dicari keberadaannya. Dimana 8 keluarga di antaranya sudah mengikhlaskan kepergian keluarganya, sementara dua keluarga masih bertahan sampai tanggal 9 Juni 2024, masa perpanjangan tanggap darurat bencana yang ditetapkan.
Demikian penggalan materi jumpa pers yang disampaikan Sekda Hansastri Jumat siang (7/6) di Ruang Rapat Diskominfo Sumbar. Rapat difasilitasi Kadis Kominfo Siti Aisyah, dengan pembicara Sekda Hansastri didampingi Kalaksa BPBD Sumbar Rudy Rinaldi. Pada saat yang bersamaan juga hadir Kepala Dinas Pendidika, Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Kesehatan dan beberapa kepala dinas lainnya.
Melanjutkan penjelasannya, Sekda Hansastri menyebutkan bahwa akibat banjir dan galodo, sebanyak 4.064 orang terpaksa mengungsi. Rumah terdampak 1.210 unit. Sarana pendidikan 15 unit, sarana kesehatan 2 unit dan tempat ibadah 28 unit. Ditambah bangunan lainnya 2 unit, sarana perdagangan 227 unit, irigasi 1.202 unit, PDAM/Pamsimas 23 unit, jembatan 55 unit.
‘Tak hanya itu, kerusakan jalan lebih kurang 54 titik, ternak 27.320 ekor dan pertanian lebih kurang 908.003 Ha terdampak akibat banjir bandang dan galodo tersebut,” ujar Sekda Hansastri.
Pada acara jumpa pers yang berlangsung ramai itu, juga hadir Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang Dian Al Maruf. Ia menjelaskan tentang pembangunan sabo dam di aliran sungai yang berhulu dari Gunung Marapi itu. Untuk pengerjaan sabo dam, katanya, akan laksanakan dalam tiga tahap pembangunan, mulai 2024-2025 sampai 2026-2027.
“Mungkin pengerjaan di tahun 2024-2025 sebanyak 8 unit sabo dam. Lalu tahap kedua dan ketiga menyusul dari pembagunan 56 sabo dam yang direncanakan untuk terdampak banjir bandang,” ujarnya,
Persoalan muncul ketika banyak wartawan yang bertanya soal jumlah uang masuk sampai hari ini. Masalahnya karena ini menyangkut banyak hal, terutama sekali uang bantuan ini bisa dibawa ke ranah hukum. Apalagi dana yang ada di rekening Baznas hanya Rp 676.724.406,-. Sementara banyak pihak yang telah menyumbang Gubernur Sumbar.
Menanggapi hal itu Kepala Dinas Sosial Syaifullah mengaku justru dialah yang selalu sibuk mempertanyakan hal itu kepada orang yang menyumbang. Kadang dia menyumbang sebesar Rp 500 juta. Tapi yang masuk hanyak Rp 300 juta. Sumbangan ini kalau tidak ada yang mengingatkannya, maka jumlahnya tak mencapai jumlah yang sebenarnya.
“Sebagai contoh dana bantuan dari Kepri. Diketahui bantuannya Rp 900 juta. Tapi yang masuk ke rekening Baznas hanyak Rp 300 juta. Sementara sisanya masuk ke rekening BPKAD yang berhubungan dengan APBD. Ini kan bermasalah jadinya,” ujar Syaifullah.
Mengatasi masalah tersebut, Sekda Hansastri menyebutkan hal ini menjadi PR baginya. Untuk itu dia berjanji akan mengatasi masalah ini dimana nanti tim dari Dinas Kominfo lah yang menyampaikan kembali hal ini kepada wartawan.
“Pokoknya masalah keuangan menjadi PR bagi saya. Karena banyak di antaranya tidak ikuti. Akibatnya kita lalai mencatat berapa jumlah yang sebenarnya dari orang yang membantu,” ujar Sekda. ns
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.