Padang, majalahintrust.com – Untuk lebih meningkatkan pemahaman spritualitas keagamaan sekaligus penguatan akidah Islamyah pada warga, dan membina terus silaturrahmi antar sesama warga kompleks, maka kelompok jemaah mesjid Imaduddin, terletak di kompleks Wisma Indah II Kampung Lapai Kec Nanggalo, bersama-sama melakukan kegiatan berupa wisata religi, pada hari Minggu,18 Agustus 2024.
Sebetulnya rencana kegiatan wisata religi ini sudah direncanakan jauh hari sebagai program rutin kepengurusan. Bahkan keberangkatan sudah dijadwalkan pada pertengahan bulan April yang lalu. Namun rencana tersebut, terpaksa ditunda akibat terjadinya musibah banjir badang dan longsor di pelbagai tempat di Sumatera Barat saat itu. Terlebih putusnya jalan penghubung di jalur utama Cagar Alam Lembah Anai 11 April 2024 yang lalu.
Kegiatan kali ini, adalah melakukan kunjungan ke beberapa tempat ibadah dan bermakna spritual di Sumatera Barat. Di antarnya menziarahi makam dan mesjid ulama Syekh Burhanuddin di Ulakan Padang Pariaman. Di sini para peserta tidak hanya melakukan do’a bersama, namun sekaligus juga mendengar sejarah ringkas dari keberadaan ulama besar ini.
Perjalanan kemudian diteruskan dengan mengunjungi Mesjid Raya Bayur, yang terdapat di Kec. Tanjung Raya, Maninjau. Mesjid dengan arsitektur unik ini, diketahui merupakan salah satu mesjid tertua di Sumatera Barat. Dibangun sebelum abad ke 20 M, sebagai penanda kuatnya pengaruh Islam di Minangkabau.
Sempat mengalami musibah beberapa kali, seperti gempa bumi dan galodo, hingga kemudia pada tahun 2000, masyarakat dan tokoh masyarakat Bayur, salah satunya adalah mantan Mensos Bachtiar Chamsyah, membangun kembali mesjid ini agar bisa dimanfaatkan sebaiknya.
Keunikan bangunannya adalah, arsitektur mesjid yang memadukan ciri khas mirip bangunan pagoda di Thailand dengan beberapa menara dan lengkungan atap yang bertingkat pada empat sudutnya.
Kondisi kontur geografis di lereng perbukitan, membuat Mesjid ini terlihat agung dan kian indah. Dengan beberapa kolam ikan yang didesain bertingkat-tingkat sebelum memasuki areal Mesjid, lalu di sisi kanan, masih tersedia kolam tempat berwudhu, terlihat masih mempertahankan arsitektur masa kolonial.
Setelah melaksanakan shalat berjamaah waktu Dzuhur di Mesjid Raya Bayur, perjalanan wisata kemudian diteruskan ke rumah sekaligus tempat kelahiran dan sekarang dijadikan museum dari tokoh ulama dan budayawan terkenal, alm. Buya Hamka.
Di sini rombongan dapat menyaksikan sendiri, tempat tidur sederhana yang pernah digunakan oleh Buya Hamka dahulunya, juga bekas jubah-jubah yang digunakan saat melakukan dakwah ke pelbagai tempat. Tak lupa mainan masa kanak-kanak sang maestro, yakni berupa layang-layang darek.
Agar peserta dan rombongan tidak merasa lelah, maka rombongan pun berangkat istirahat sejenak di kawasan wisata, Lawang Water Park. Sebuah destinasi wisata unik yang terdapat di ketinggian. Lawang terkenal dengan industri gula merahnya serta kacang tanah yang terkenal gurih.
Kunjungan rombongan diteruskan kemudian ke rumah kelahiran dan juga dijadikan museum dari tokoh koperasi dan politik, yakni Bung Hatta yang terletak di jalan Soekarno Hatta, Kec. Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi.
Disini peserta wisata bisa menyaksikan sendiri, betapa sederhananya kehidupan sang proklamator dahulunya.
Perjalanan kemudian diakhiri dengan kunjungan sekaligus shalat berjamaah di Mesjid Agung Manarul, Islamic Centre, Koto Ketik, Padang Panjang, yang merupakan salah satu mesjid ikonik di Sumatera Barat. Dibangun sejak tahun 1999, namun baru bisa selesai dan dimanfaatkan pada tahun 2016.
Sebanyak lebih kurang 50 orang jemaah terlibat aktif dan partisipatif, dalam kegiatan wisata religi tersebut. Meski kebanyakan peserta tidak berusia muda lagi, namun antusias dan semangatnya terlihat tetap tak berkurang dalam mengikuti setiap rute dan objek yang dikunjungi.
Pembiayaan dari kegiatan ini sendiri, sebagaimana disampaikan Irfan DZ, selaku salah seorang panitia pelaksana kegiatan, adalah dari hasil iyuran jamaah juga.
“Jadi ini murni dari hasil partisipasi jemaah, dan didanai sendiri oleh jemaah. Tak ada bantuan dari pihak manapun, bahkan sponsor. Makanan atau konsumsi pun, dibawa masing-masing warga atau jemaah sebagai bekal selama di perjalanan,” ujarnya.
Sebelum berangkat, Ardim, lebih dikenal juga sebagai salah satu seniman pelukis religius, sekaligus sebagai salah satu ketua dari pengurus mesjid menyampaikan, bahwa kegiatan wisata religi ini akan dilakukan setiap tahunnya.
Dan InsyaAllah, pada tahun depan tidak lagi di lingkungan Propinsi Sumbar, namun juga bisa ke daerah lainya, di luar Sumatera Barat. yeka
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.