Sekitar 2000 Siswa dan Mahasiswa Tanah Datar Ikut Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri
Tanah Datar, majalahintrust.com – Sekitar 2000 siswa SMAN dan Mahasiswa se Kabupaten Tanahdatar ikuti sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri yang dilaksanakan di Aula Kampus II UIN Batusangkar
Antusias pelajar dan mahasiswa itu terlihat seluruh ruangan penuh saat sosialisasi dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Sumatera Barat Jasman
dan narasumber. Di antaranya Kepala Balai Media Kebudayaan Kemendikbudristek Abu Chanifah, Rektor UIN Batusangkar Prof. Delmus Puneri Salim, Ph.D., Kepala SMK Negeri 1 Batusangkar Febrison, M.Pd.T., sutradara film Hadrah Daeng Ratu, serta konten kreator Verio Hasferi.
Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Dr. Naswardi, mengaku dan bangganya melihat antusius pelajar yang ikut sosiaslisasi melalui kerjasama dengan UIN Batusangkar
Sosialisasi ini merupakan bagian dari upaya LSF, untuk memperkuat literasi masyarakat terkait perfilman.
“Kegiatan Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Provinsi Sumatera Barat ini, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang film, khususnya terkait kebijakan penyensoran film dan iklan film,” ujar Dr. Naswardi.
Kegiatan ini untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat, dalam memilah tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia. Sehingga masyarakat dapat terhindar dari dampak negatif film yang tidak sesuai.
“Untuk Sumbar, kegiatan ini sudah masuk tahun kedua. Tahun lalu kita targetkan peserta yang lebih terbatas, sementara tahun ini kita targetkan tiga ribu peserta. Namun yang hadir melebihi target hingga hampir 25 persen,” ujar Naswardi.
Dalam era perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, film tidak hanya ditonton melalui bioskop atau televisi, tetapi juga dapat diakses melalui internet, platform digital, dan media sosial.
Hal ini membuat akses masyarakat terhadap film menjadi lebih mudah tanpa batasan tempat dan berpotensi memberikan dampak negatif, terutama bila film yang ditonton tidak sesuai dengan klasifikasi usia penontonnya.
Film yang mengandung konten-konten negatif seperti pornografi, kekerasan, perjudian, pelecehan, atau penodaan agama, bila dikonsumsi tanpa sensor, dapat merusak moral masyarakat, terutama generasi muda.
“Film yang mengandung konten-konten sensitif ini tentu memberikan dampak buruk, bila tidak ada upaya penyensoran yang dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, LSF terus berupaya melindungi masyarakat dari dampak buruk film, tidak hanya melalui kebijakan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS), tetapi juga dengan memperkuat literasi masyarakat dalam menonton film,” ujar Staf Ahli Jasman.
LSF telah mencanangkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri sejak tahun 2021. Gerakan ini menekankan pentingnya memilah tontonan berdasarkan klasifikasi usia untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari film yang tidak sesuai.
Rektor UIN Batusangkar Prof. Delmus Puneri Salim, Ph.D menyampaikan harapannya semoga dengan adanya sosialisasi budaya sensor mandiri ini mampu membawa dampak yang baik bagi masyarakat untuk mampu melakukan sensor mandiri dari tontonan yang sekarang gampang sekali didapatkan di era digital
Semoga dengan adanya sosialisasi ini, setiap peserta mampu menjadi contoh dan agen yang mampu memilih dan memilah tontonan sesuai usia. Sehingga setiap karya tidak hanya berfungsi sebagai hiburan di layar kaca saja tetapi juga mampu menyiratkan pesan dan dampak yang baik bagi kita.
Staf Ahli Gubernur Sumatera Barat Jasman, menyampaikan rasa bangga dengan hadirnya jumlah siswa dan mahasiswa terhadap program sensor mandiri.
“Perkembangan teknologi membawa berbagai konten dari luar yang penyensorannya hanya bisa dilakukan secara mandiri. Banyak platform digital yang menayangkan konten kekerasan dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Oleh karena itu, orang tua harus aktif mengawasi penggunaan perangkat seperti smartphone oleh anak-anak mereka,” tambah Jasman.
Karena itulah Provinsi Sumatera Barat mendukung penuh Gerakan Nasional Sensor Mandiri yang diinisiasi oleh LSF.
“Banyak orang yang terpengaruh oleh tontonan dan kemudian menyebarkan konten tersebut kepada orang lain, sehingga ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi kita semua. Diharapkan gerakan ini dapat memberikan dampak positif dan membentuk masyarakat yang lebih sadar dalam memilih tontonan,” pungkas Jasman. M.Dt
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.