Padang – Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V berperan sentral membangkitkan kembali lahan pertanian masyarakat Pasaman Barat yang cukup lama ditinggalkan masyarakat, akibat kurangnya pasokan air.
Hal ini dikarenakan kurang berfungsinya sarana dan prasarana jaringan irigasi. Akibatnya sebanyak 80 persen masyarakat sekitar yang biasanya menggantungkan hidup dari hasil pertanian, harus mereka tinggalkan.
Sehingga berdampak kepada menurunnya penghasilan warga sebanyak 45 persen. Padahal kapasitas produksi beras normal 193.700 ton sekali panen, jika tidak ada kendala. Oleh sebab itu, masyarakat untuk sementara beralih profesi menanam sawit.
Namun secercah harapan kembali diapungkan, pasca hampir selesainya pembangunan Bendung Lubuk King serta Daerah Irigasi (DI) Batang Bayang yang berada di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang.
Bendung Lubuk King berada di Nagari Sikabau Ujung Gading direhabilitasi sejak tahun 2017 dengan pekerjaan meliputi bendung dan kantong lumpur, saluran Batang Bayang 1,1 km dan saluran suplesi 4,8 km, dengan total keseluruhan 5,9 km.
Sementara Daerah Irigasi (DI) Batang Bayang memiliki panjang irigasi 53,6 km, memiliki lebar bentang 27,5 km, dengan luas areal pembangunan 31,800 meter, serta mengairi sekitar 6500 areal lahan pertanian dengan debit air 5,2 m/3.
Kedua pekerjaan infrastruktur tersebut dilaksanakan oleh perusahaan rekanan malang melintang di dunia konstruksi, yakni PT Adhi Karya KSO PT Indo Bangun Group dengan nilai kontrak Rp 270 miliar
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Maryadi Utama ST.MSi kepada majalahintrust mengatakan, saat ini progres pembangunan merampungkan pekerjaan bendung, saluran sekunder, prestrek dan kantong lumpur
Disamping itu juga kita menata dengan baik lanscape bangunan dan taman sekitar, sehingga memiliki jiwa seni yang pada akhirnya memancing masyarakat untuk singgah, lalu menjadi lokasi wisata baru di Pasaman Barat.
Ia juga meminta kepada Pemerintah Pasaman Barat menyokong warga sekitar untuk membentuk Komunitas Peduli Sungai (KPS). Dengan tujuan memelihara bangunan yang sudah dibangun serta mengelolanya dengan baik untuk mendatangkan nilai ekonomis.
“Seperti di Batang Agam telah dibuat KPS untuk mengelola sungai disana. Seperti di Padang ada KPS Danau Cimpago. Alhasil mereka bisa mengelola fasilitas disana untuk mendapatkan nilai ekonomi tinggi,” Tutur Maryadi.
Kepala SNVT PJPA IAKR Danwismai SST. MDM menambahkan, Bendung Lubuk King berfungsi menaikkan muka air untuk mengalirkan air ke sawah masyarakat, sehingga berperan sebagai suplesi DI Batang Bayang.
Bendung Lubuk King ini disebutkan Danwismai sudah lama dibangun sejak 2003. Namun kondisinya tidak mencukupi mengairi 6500 hektar ini, hanya bisa mengairi 2800 hektar saja. Akan tetapi karena terjadi sesuatu hal akibat debit air kurang, saat ini 1500 hektar saja.
“Saat ini dengan Debit 5,2 m/3 dan luas areal pengairan 6500 hektar bisa kita aliri. Sehingga masa panen pertanian 5 kali dalam dua tahun, naik 250 persen dibandingkan sebelumnya,” Katanya.
Ia memperkirakan, pembangunan Bendung Lubuk King dan DI Batang Bayang direncanakan selesai pada akhir Mei, dan segera akan difungsikan, sehingga bisa mengairi lahan masyarakat.
Sementara, Project Production Manager PT Adhi Karya KSO Indo Bangun Group Muh Ari Yunianto mengatakan, saluran Induk DI Batang Bayang telah selesai di kerjakan 100 %.
“Saluran Induk sudah 100%. Sedangkan fasilitas umum lainnya seperti balairung juga sudah 100 % selesai, musholla sudah 99 %, begitu juga dengan Lanscape beserta pohon dan tanaman lainnya bulan ini selesai di kerjakan.
“Lahan kita semuanya sudah bebas. Tinggal lagi membuat saluran Suplesi masih ada sekitar 200 meter lagi dalam masa pekerjaan. Sedangkan Jalan beton yang di bangun sepanjang 53 km masih ada sepanjang 800 Meter yang masih dalam pekerjaan,”jelasnya.
Ia berharap, mudah – mudahan semua selesai pada akhir Mei mendatang. Sehingga masyarakat sekitar dapat memanfaatkan semua fasilitas disini. (ridho)