Maninjau – Peristiwa cidera kepada atlet dalam melaksanakan kegiatan latihan harian maupun saat pertandingan lumrah terjadi. Bermacam – macam cara penyebab cidera dapat terjadi kepada atlet cabang olahraga, terutama cabang olahraga yang memiliki kontak fisik terhadap lawan.
Menurut Dr Pudia M Indika Dokter Olahraga Sumbar, dalam paparannya saat coaching clinic yang digelar KONI Sumbar, Rabu (12/8) mengatakan, penyebab atlet mengalami cidera bisa jadi karena kurangnya pemanasan, otot-otot yang masih belum siap menerima benturan, atau hal lain yang tidak disengaja.
Ia menerangkan, akibat dari cidera atlet bisa menjadi luka karena terjadinya diskontinuitas jaringan, sehingga pembuluh darah menjadi pecah akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Luka yang terjadi bisa didalam maupun luka menganga yang menimbulkan perdarahan dalam dan luar.
“Bisa jadi atlet luka mimisan, luka robek, luka sayat, luka lecet atau luka memar. Caranya adalah bagaimana kita bisa menghentikan perdarahan di sekitar luka,” Ujar nya.
Untuk luka mimisan kata Pudia, pelatih bisa melakukan langkah langkah membawa atlet ke tempat nyaman, mendudukan dengan kepala condong ke depan, memastikan tidak ada patah tulang hidung, jepit pangkal hidung dengan diarahkan melalui mulut, beri kompres es selama 5 menit, sumbat lubang hidung bergantian dengan kain kassa steril, apabila darah tak berhenti, cari pertolongan medis.
Jika pelatih menemukan atletnya luka terbuka, Pudia menyarankan agar melakukan tindakan pertama melihat lokasi luka terlebih dahulu, pastikan tak ada kelainan bentuk dari tulang sendi dan otot, posisikan luka diatas dada dan bawa atlet ke tempat nyaman, tekan luka dengan kassa steril smpai darah berhenti, berikan kompres es, bersihkan luka dengan cairan disinfektan dari dalam ke luar, tutup luka dengan kassa steril dan bawa ke fasilitas kesehatan.
“Penanganan medis untuk pendarahan dalam lebih gampang lagi apabila tidak ada kelainan dari bentuk tulang, sendi dan otot. Caranya bawa atlet ke tempat nyaman dan kompres dibagian daerah yang luka dalam selama 15-20 menit,” ungkapnya.
Lebih lanjut Pudia memaparkan, untuk cedera otot atau tendon maupun ligamen pada atlet juga sering terjadi. Cedera strain lebih dikenal dalam dunia kedokteran yang sering terjadi pada jaringan otot dan tendon. Sementara cedera sprain adalah cidera yang terjadi pada ligamen. Bentuk cideranya bisa robek hingga terputus yang dibagi dalam tiga tingkatan resiko, yakni derajat 1,derajat 2 dan derajat 3.
Cara pengujiannya untuk cedera strain, pelatih bisa lakukan metode tahanan dan perabaan. Berbeda dengan sprain, pelatih bisa lakukan tarikan dan perabaan.
“Derajat 1 nya terjadi peregangan yang hebat pada otot namun belum sampai terjadi perobekan pada jaringan otot atau tendon. Derajat 2, terjadi robekan pada otot maupun tendon yang membuat rasa nyeri maupun sakit. Pada kondisi ini otot menjadi melemah. Derajat 3 ini terjadi robekan pada unit musculotendineus,”pungkasnya. (Ridho)